Sabtu, 24 Oktober 2020

TEMUAN BARU FILOGENI SERIWANG SANGIHE (EUTRICHOMYIAS ROWLEYI) YANG MENCENGANGKAN

 Oleh: Fachry Nur Mallo

Kekagumanku pada Seriwang Sangihe

Pada malam 19 Mei 2014, saya bersama Dadang Dwi Putra mendaki tanjakan tepi kaldera purba Gunung Sahendaruman, di selatan Pulau Sangihe.  Saya berkali-kali istirahat karena menapaki tanjakan begitu terjal.  Untunglah kami dibantu Pak Niu (penemu kembali Seriwang Sangihe) dan beberapa guide lokal yang membantu kami mengangkut barang yang cukup banyak.  Tanjakan-tanjakan terjal ini juga kami rasakan saat mengunjungi habitat Seriwang Sangihe dari pondok Pak Eping dengan mendaki beberapa bukit terjal pergi-pulang selama tiga hari.  Saya bersusah payah menjalani perjalanan ini, hanya satu tujuan ingin bertemu dan memotret Seriwang Sangihe.

Gambar 1.  Foto induk Seriwang Sangihe

Jumat, 02 Oktober 2020

BUKU BURUNG RAWA LOWO DAN SEKITARNYA

Alhamdulillah cita-cita saya menulis buku Burung Rawa Lowo dan sekitarnya, telah rampung saya selesaikan. Buku ini masih dalam persiapan untuk dicetak terbatas (beserta ISBN). Mengingat nilai penting buku ini untuk diketahui publik, terutama bagi yang saat ini berencana survei dan hunting burung di tempat tersebut, maka saya memutuskan untuk mengupload di blog saya.

Jika mendengar nama Rawa Lowo, pasti banyak yang merasa asing.  Rawa ini kurang dikenal karena terletak pada daerah terpencil di Morowali Utara. Belum ada data resmi luasnya. Tetapi rawa ini jika musim hujan akan membentuk genangan air seperti danau, yang luasnya menurut hasil perhitungan penulis 1500 ha. Perhitungan ini dilakukan berdasarkan google map, dengan melihat ketinggian, tipe vegetasi, dan areal terdampak banjir.

Rawa Lowo dan sekitarnya, merupakan salah satu areal lahan basah penting di Sulawesi sebagai habitat burung.  Tidak kalah penting dengan Rawa Aopa di Taman Nasional Rawa Aopa-Watumohai, Danau Tempe dan Danau Limboto, yang sudah dikenal. Nilai penting rawa ini, karena dapat menjadi contoh perwakilan terbaik dan terluas bagi habitat burung lahan basah pada daerah ultra bassis Sulawesi.  Selain itu, juga mempunyai nilai konservatif  bagi beberapa jenis burung terancam punah, terutama sembilan jenis: Mycteria cinerea, Ciconia episcopus, Rhabdotorrhinus exarhatus dan Rhyticeros cassidix, yang dikategorikan IUCN Rentan (Vulnerable), Anas gibberifrons, Anhinga melanogaster, Ninox ochracea, Ichtyophaga ichthyaetus dan Loriculus exilis  dikategorikan Hampir Terancam (Near Threatened). Ciconia episcopus melimpah populasinya, mungkin rawa ini memiliki populasi tertinggi jenis ini setelah Rawa Aopa di Sulawesi, atau mungkin juga jumlahnya sama.