Jika kita
berkunjung ke Kota Bandung dan sekitarnya kita masih dapat menikmati aktivitas
berbagai jenis burung di taman-taman kota, atau areal lain berpohon cukup luas.
Misalnya di halaman kantor atau rumah cukup luas, vegetasi pemukiman pinggiran
kota atau areal berair terpencil.
Selama tinggal
di Kota Bandung dengan jangka waktu cukup lama, saya telah melakukan kunjungan
rutin ke beberapa tempat di kota ini dan sekitarnya, dan telah menjumpai 49
jenis burung. Sebenarnya catatan ini
belum menggambarkan keseluruhan jumlah jenis burung di Kota Bandung dan
sekitarnya, karena masih banyak jenis yang pernah tercatat tidak saya jumpai,
mungkin karena sudah punah, atau merupakan jenis yang jarang.
Gambar 2: Psittacula alexandri, penghuni tajuk atas sejati |
Legenda
perburungan Indonesia Bapak Johan Iskandar telah intens melakukan pengamatan
burung di Kota Bandung dan sekitarnya, jauh sebelum saya melakukan pengamatan
saat ini. Kemudian dilanjutkan teman-teman dari Yayasan Pribumi Alam Lestari
(YPAL), Bicons, dan beberapa kelompok pengamat burung lain di kota ini.
Gambar 3: Halcyon cyanoventris, satu satunya jenis melakukan aktifitas di areal berair pada pemukiman pusat kota |
Dalam pembahasan
ini, saya hanya membatasi ruang lingkup pada jenis-jenis burung dijumpai di
pemukiman, yang terpengaruh oleh ramai aktifitas manusia dan kendaraan. Tidak
termasuk jenis-jenis pada vegetasi luas, diluar pengaruh faktor tersebut,
seperti di Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda, rawa, persawahan, vegetasi
berpohon dan semak luas di sekitar Kota Bandung. Wilayahnya meliputi areal
pemukiman tidak dibatasi administrasi Kota Bandung, juga meliputi daerah diluar
kota Bandung seperti Sumedang dan Cimahi.
Ada lokasi yang secara administrasi masuk wilayah Kota Bandung dan
sekitarnya, tetapi jika menunjukkan areal tidak terpengaruh secara langsung ramai
aktivitas manusia dan kendaraan tidak dimasukan.
Gambar 4: Dendrocopos analis |
Menurut
Whittaker et al. ( 2013) dalam
biogeografi Pulau, pulau dapat dibagi dua, yaitu:
-
Pulau sebenarnya, yaitu daratan yang
seluruhnya dikeliling air
-
Pulau habitat, bentuk lain dari
habitat pulau, yaitu habitat patch (blog) berlainan dikelilingi oleh habitat
sangat kontras. Tipe habitat pulau ini terdapat di daratan.
Gambar 5: Zosterops palpebrosus, umum di tajuk bawah dan semak pada pemukiman pusat kota |
Pada beberapa
tempat di kota Bandung dan sekitarnya telah terbentuk pulau habitat berupa
pacth-patch, akibat padatnya pemukiman penduduk dan kendaraan sehingga mengisolasi
vegetasi suatu areal dari vegetasi yang lebih luas disekitarnya. Isolasi ini
menyebabkan beberapa jenis burung juga terisolasi dari populasi disekitarnya. Terjadinya
fenomena ini merupakan peristiwa Biogeografi Pulau. Hal ini merupakan suatu kajian yang cukup
menarik.
Untuk
memudahkan pembahasan, saya membagi jenis-jenis burung di Kota Bandung dan
sekitarnya menjadi dua kelompok, yaitu:
Pertama burung pemukiman pusat kota
Kedua burung pemukiman pinggiran kota.
Gambar 6: Cacomantis merulinus, suaranya merupakan suara penciri di taman-taman kota |
Burung
dikategorikan pemukiman pusat kota dijumpai pada taman-taman kota di pusat kota,
seperti Taman Maluku, Taman Pramuka, Taman Lansia, halaman Balai Kota Bandung,
Taman Tegallega, Taman Cilaki, Taman Ganesha, Taman Kandaga dan beberapa taman
lain, dan juga vegetasi pepohonan atau areal lain di halaman rumah dan kantor
yang cukup luas. Areal-areal tersebut telah terisolasi dari vegetasi lebih luas
di sekitat Kota Bandung, sehingga jenis-jenis
burung yang terdapat di areal tersebut tidak
dapat melakukan aktifitas pada areal atau vegetasi luas tersebut, atau jika
dapat melewatinya, aksesnya sangat sulit, sehingga jenis-jenis tersebut sudah
hidup terisolasi pada vegetasi terbentuk di pusat kota.
Gambar 7: Tyto alba, suaranya kadang terdengar pada malam hari di areal berpohon |
Di areal ini dijumpa
39 jenis, terdiri dari 35 hidup alami, 11
migran dari utara khatulistiwa saat musim dingin, dan empat peliharaan
terlepas.
Untuk
kebutuhan pengkajian, burung-burung di kawasan ini dibagi empat kategori, yaitu:
Pertama melakukan aktifitas sepenuhnya di pepohonan dan semak
Kedua melakukan aktifitas di pepohonan dan areal terbuka.
Ketiga melakukan aktifitas di pepohonan dan areal berair.
Keempat melakukan aktifitas di angkasa.
Kawasan ini
didominasi jenis melakukan aktifitasnya sepenuhnya pada vegetasi pohon termasuk
vegetasi semak. Tercatat ada 25 jenis. Melakukan aktifitas dengan memanfaatkan
berbagai strata secara vertikal vegetasi pepohonan. Pada strata tajuk atas dan
tajuk bawah dijumpai Tyto alba, Otus
lempiji, Pernis ptilorhynchus, Accipiter soloensis, Accipiter gularis,
Psilopogon haemacephalus, Dendrocopos analis, Falco peregrinus, Psittacula
alexandri, Pycnonotus aurigaster, Pycnonotus goiavier, Agropsar sturninus,
Agropsar philippensis. Tiga jenis pengunjung dari utara khatulistiwa; Pernis ptilorhynchus, Accipiter soloensis,
Accipiter gularis, sering hanya melintasi pemukiman pusat kota, tetapi
tidak menutup kemungkinan juga memanfaatkan vegetasi pepohonan agak luas untuk
bertengger, berburu bahkan bermalam. Raptor lainnya, Falco peregrinus, juga saya jumpai satu kali terbang lalu
bertengger pada puncak pohon tinggi di Taman Maluku. Keempat jenis ini merupakan pengunjung ke
pemukiman pusat kota. Psittacula alexandri merupakan satu-satunya
jenis penghuni asli strata tajuk atas. Jenis
ini sangat jarang melakukan aktifitas strata lebih ke bawah. Sedangkan Tyto alba, Otus lempiji, Psilopogon
haemacephalus, Dendrocopos analis, Pycnonotus aurigaster, Pycnonotus goiavier,
Agropsar sturninus, Agropsar philippensis, selain memanfaatkan relung di
strata tajuk atas dan tajuk bawah, bahkan kadang juga terlihat di strata semak.
Bahkan juga Tyto alba dalam kondisi tertentu harus menerkam tikus di atas
permukaan tanah.
Gambar 8: Otus lempiji, umum di pepohonan luas Kota Bandung |
Diantara
burung-burung penghuni vegetasi pohon, ada 10 jenis lainnya hanya dijumpai pada
strata tajuk bawah, yaitu Cacomantis
merulinus, Gerygone sulphurea, Lanius tigrinus, Orthotomus ruficeps, Pycnonotus dispar, Zosterops palpebrosus,
Sitta azurea, Ficedula zanthopygia, Dicaeum trochileum dan Cinnyris jugularis. Tetapi diantaranya
juga melakukan aktifitas di strata semak terutama Lanius tigrinus, Zosterops palpebrosus, Dicaeum trochileum dan Cinnyris jugularis.
Gambar 9: Orthotomus ruficeps, umum di tajuk bawah dan vegetasi semak |
Kategori kedua
berjumlah tujuh jenis, yaitu Spilopelia chinensis, Geopelia striata, Pastor
roseus, Acridotheres javanicus, Lonchura punctulata, Lonchura leucogastra
dan Passer montanus. Jenis-jenis ini sangat membutuhkan vegetasi
pohon atau semak dan areal terbuka. Umumnya pepohonan atau semak digunakan
sebagai tempat bersarang dan berlindung, sementara areal terbuka menjadi tempat
mencari makan.
Gambar 10: Pycnonotus aurigaster, umum hampir pada semua areal berpohon |
Kategori
ketiga hanya satu jenis, yaitu Halcyon
cyanoventris. Endemik Jawa umum
dijumpai pad areal berair sekitar pemukiman agak terpencil pemukiman pusat kota. Jenis ini sangat mengagumkan, karena mampu
beradaptasi terhadap hampir semua vegetasi berair atau dekat air di dataran
rendah Jawa, termasuk di areal pusat pemukiman.
Saya beberapa kali mengamati bertengger di tepi kolam Taman Maluku ramai
dikunjungi manusia. Tetapi jenis ini berakifitas
saat pengunjung tidak melakukan aktifitas di sekitar kolam.
Gambar 11: Hirundo rustica, migran umum di Kota Bandung |
Mungkin kemampuan
adaptasi dan tingginya populasi jenis ini menyebabkan sehingga Todirhamphus chloris tidak melimpah
populasinya di dataran rendah Jawa, dibandingkan tempat lain di luar Jawa. Karena jenis ini sangat kompetitif dalam
memperebutkan sumberdaya. Dua jenis rajaudang yang dijumpai di kawasan
pemukiman pinggiran kota; Alcedo
meninting dan Alcedo coerulescens tidak dijumpai di pemukiman pusat kota. Padahal di kawasan tersebut terdapat areal
berair yang memungkinkan menjadi habitatnya. Hal ini menunjukan faktor ramainya
aktifitas manusia dan kendaraan menyebabkan jenis tersebut tidak memilih
hidup di pemukiman pusat kota. Jenis-jenis
tersebut juga hidup ditengah aktifitas manusia dan kendaraan pada pemukiman
pinggiran kota, tetapi tingkat keramaiannya sedikit dibanding di pemukiman
pusat kota.
Gambar 12: Agropsar philippensis, pengunjung yang sangat jarang ke pemukiman pusat kota |
Kategori
keempat berjumlah empat jenis, yaitu Collocalia
linchi, Aerodramus fuciphagus, Apus pacificus dan Hirundo rustica. Dua jenis
disebut terakhir pengunjung dari utara khatulistiwa saat musim dingin.
Keempatnya juga memanfaatkan vegetasi pepohonan, semak, areal terbuka berair
mencari serangga.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keanekaragaman jenis burung sangat ditentukan oleh
keanekaragaman habitat yang disukai. Menurut MacArthur, et al. (2001)…..seperti keanekaragaman
habitat, yang pada gilirannya mengendalikan keragaman jenis. Watson dalam
MacArthur et al. (2001) dalam
penelitiannya di Kepulauan Aegean, dengan memisahkan ukuran keragaman habitat
pulau di kepulauan tersebut, menemukan bahwa hal itu menyumbang variasi terbesar dalam jumlah jenis burung penetap….
Fenomena tersebut juga dijumpai Mayr et al, (2001) pada pola penyebaran burung-burung di Kepulauan
Melanesia Utara. Di Kepulauan ini ia menemukan bahwa…jenis Pulau Solomon sebagian
besar (71%) gagal untuk menjangkau kepulauan di timur karena arealnya
lebih kecil dan keragaman habitat yang lebih rendah….., dan ….
……. Sebagian besar jenis absen
dari New Britain atau New Ireland di Pulau Umboi atau Pulau New
Hanover, sehingga dapat segera dipahami dalam hal satu
atau beberapa faktor: jenis dirugikan oleh terbatasnya ketersediaan
habitat.
Dari padangan
tersebut dapat diketahui bahwa factor utama yang mempengaruhi keanekaragaman
jenis burung di pemukiman pusat kota adalah tersedianya habitat. Di kawasan ini
hanya tersedia tiga tipe habitat, yaitu vegetasi pepohonan, areal berair dan
areal terbuka. Jika habitat burung variasinya lebih banyak tersedia, maka
jenisnya akan meningkat.
Selain faktor
tersebut yang juga berpengaruh adalah gangguan dari manusia. Beberapa jenis
yang mempunyai habitat di kawasan ini tetapi tidak dijumpai seperti Alcedo meninting, Alcedo coerulescens, Falco moluccensis, Artamus leucorhynchus, Cecropis
daurica. Padahal jenis-jenis
tersebut terdapat di pemukiman pinggiran kota. Selain itu ada jenis
yang populasinya sedikit di kawasan ini, tetapi cukup banyak di pemukiman
pinggiran kota, yaitu: Falco peregrinus. Hal ini dapat menggambarkan jenis tersebut tidak
terdapat atau populasinya sedikit di pemukiman pusat kota juga karena faktor
ramainya aktifitas manusia dan kendaraan.
Sedangkan
jenis terikat dengan areal berair hanya dijumpai satu jenis, karena memang
sangat sedikit terdapat areal berair di kawasan tersebut.
Habitat-habitat
burung di pemukiman pusat kota hampir seluruhnya terisolasi dari hutan
disekitar kota Bandung, karena dibatasi oleh pemukiman, bangunan-bangunan lain
serta jalan raya. Hal ini menyebabkan sebagian besar jenis ini tidak dapat
berinteraksi pada populasi di sekitar Kota Bandung, kecuali sedikit longgar populasi
tersebut dapat berinteraksi dengan populasi di pemukiman pinggiran kita. Tetapi
walaupun demikian, jenis pengunjung dari utara khatulistiwa sudah pasti dapat
melakukan interaksi keluar dari kawasan pemukiman pusat kota. Mungkin juga Collocalia linchi, Aerodramus fuciphagus
dan Tyto alba melakukan interaksi
dengan populasi di areal luas sekitar kota Bandung karena wilayah jelajahnya
yang lebih luas dibanding jenis-jenis lain. Populasi-populasi di pemukiman
pusat kota melakukan aktifitasnya pada patch-patch (blok-blok) vegetasi saling
terpencar.
Burung pemukiman pinggiran kota
Burung
dikategorikan pemukiman pinggiran kota adalah dapat dijumpai pada vegetasi
pohon dan vegetasi lain di belakang kawasan pemukiman pusat kota. Indikator
yang masuk kategori jenis di kawasan ini adalah jenis selain dapat melakukan aktifitas
di kawasan ini, juga dapat melakukan aktifitas pada areal atau vegetasi di luar
belakang pemukiman.
Gambar 13: Alcedo coerulescens, kadang dijumpai pada areal berair di pemukiman pinggiran kota |
Di kawasan ini
dijumpa 45 jenis, seluruhnya hidup alami, 10 migran dari utara khatulistiwa
saat musim dingin, dan empat peliharaan terlepas.
Burung-burung di
kawasan ini dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
Pertama melakukan aktifitas sepenuhnya di pepohonan dan semak
Kedua melakukan aktifitas di pepohonan dan areal terbuka.
Ketiga melakukan aktifitas di pepohonan dan areal berair.
Keempat melakukan sepenuhnya di rawa/persawahan.
Kelima melakukan aktifitas di angkasa.
Burung-burung
kawasan ini didominasi jenis beraktifitas sepenuhnya pada vegetasi berpohon
termasuk vegetasi semak. Tercatat ada 25
jenis. Pada strata tajuk atas dan tajuk bawah dijumpai Tyto alba, Otus lempiji, Pernis ptilorhynchus, Accipiter soloensis,
Accipiter gularis, Psilopogon haemacephalus, Dendrocopos analis, Falco
moluccensis, Falco peregrinus, Psittacula alexandri, Pycnonotus aurigaster,
Pycnonotus goiavier dan Agropsar
sturninus. Tiga jenis pengunjung dari utara khatulistiwa; Pernis ptilorhynchus, Accipiter soloensis dan Accipiter gularis sering juga memanfaatkan vegetasi pepohonan agak
luas untuk bertengger, berburu bahkan bermalam. Raptor lainnya, Falco peregrinus, juga dijumpai cukup umum terbang atau bertengger
pada pohon tinggi atau tower listrik. Keempat jenis ini merupakan pengunjung ke
kawasan ini. Psittacula alexandri merupakan
satu-satunya jenis penghuni asli strata tajuk atas vegetasi pepohonan. Jenis ini sangat jarang melakukan aktifitas
di strata lebih rendah. Sedangkan Tyto
alba, Otus lempiji, Psilopogon haemacephalus, Dendrocopos analis, Pycnonotus
aurigaster, Pycnonotus goiavier dan
Agropsar sturninus, memanfaatkan relung di strata tajuk atas dan tajuk
bawah, bahkan kadang di strata semak.
Gambar 14: Falco peregrinus, cukup umum dijumpai di areal terbuka pemukiman pinggiran kota |
Diantara
burung-burung penghuni vegetasi pohon, ada 12 lainnya dijumpai pada strata
tajuk bawah, yaitu Cacomantis merulinus, Cacomantis
variolosus, Gerygone sulphurea, Lanius tigrinus, Prinia familiaris, Orthotomus
ruficeps, Zosterops palpebrosus, Sitta azurea, Ficedula
zanthopygia, Dicaeum trochileum, Cinnyris jugularis dan Ploceus manyar. Tetapi diantaranya juga banyak melakukan
aktifitas di strata semak terutama Lanius
tigrinus, Zosterops palpebrosus, Dicaeum trochileum, Cinnyris jugularis dan Ploceus manyar. Burung disebut terakhir jarang dijumpai, mungkin karena akibat
maraknya perburuan terhadapnya.
Gambar 15: Gallinula chloropus, kadang dijumpai pada areal rawa tidak luas di pemukiman pinggiran kota |
Kategori kedua
berjumlah tujuh jenis Spilopelia
chinensis, Geopelia striata, Acridotheres javanicus, Lonchura punctulata,
Lonchura leucogastra, Lonchura maja dan Passer
montanus. Jenis-jenis ini sangat membutuhkan vegetasi pohon atau semak dan
areal terbuka. Umumnya pepohonan atau semak digunakan sebagai tempat bersarang
dan berlindung, sementara areal terbuka menjadi tempat mencari makan.
Kategori
ketiga empat jenis, yaitu Alcedo
meninting, Alcedo coerulescens dan Halcyon
cyanoventris.
Kategori keempat
jenis burung-burung rawa, yaitu: Dendrocygna javanica, Amaurornis phoenicurus,
Gallinula chloropus, Ixobrychus cinnamomeus dan Cisticola exillis. Dendrocygna javanica hanya dijumpai melintasi kawasan Ranca Ekek, karena terdapat rawa yang cukup luas
di belakang pemukiman penduduk. Cisticola exillis sebenarnya penghuni
areal persawahan dan semak, tetapi di kawasan ini lebih sering teramati di
areal vegetasi rawa, walaupun kadang di vegetasi semak.
Gambar 16: Amaurornis phoenicurus, kadang dijumpai pada areal rawa tidak luas di pemukiman pinggiran kota |
Kategori kelima
burung-burung melakukan aktifitas di angkasa. Ada tujuh jenis, yaitu Collocalia linchi, Aerodramus fuciphagus,
Apus pacificus, Artamus leucoryn, Cecropis daurica, Apus pacificus dan Hirundo rustica merupakan pengunjung
dari utara khatulistiwa saat musim dingin. Seluruhnya juga memanfaatkan vegetasi
pepohonan, semak, areal terbuka areal berair untuk mencari serangga.
Sama dengan
pemukiman pusat kota, dari kelima tipe habitat tersebut, areal vegetasi
berpohon dan bersemak tersedia cukup luas, menyebabkan jenis-jenis burung di
pemukiman pinggiran kota lebih didominasi jenis-jenis penghuni vegetasi pepohonan
dan semak. Selain areal vegetasi berpohon, juga dijumpai areal terbuka terbuka
cukup luas, hal ini meyebabkan jenis-jenis yang menyukai areal terbuka masih
cukup banyak dijumpai.
Habitat-habitat
burung di pemukiman pinggiran kota walaupun juga masih dipengaruhi adanya barrier dengan areal atau vegetasi luas disekitarnya,
karena dibatasi oleh pemukiman, bangunan-bangunan lain serta jalan raya, tetapi
barrier tersebut tidak seketat barrier dilewati jenis-jenis di pemukiman pusat
kota ke areal atau vegetasi luas di sekitar Kota Bandung. Beberapa jenis masih
bisa berhubungan dengan populasi di areal atau vegetasi luas disekitarnya,
terutama jenis-jenis burung yang melakukan aktifitas di air. Tetapi walaupun
demikian, sudah pasti jenis pengunjung dari utara khatulistwa dapat melakukan
interaksi keluar dari kawasan ini. Demikian juga Collocalia linchi, Aerodramus fuciphagus dan Tyto alba dapat melakukan interaksi dengan populasi di areal luas sekitarnya
karena wilayah jelajahnya lebih luas dibanding jenis-jenis lain.
Sama seperti
pada pemukiman pusat kota, selain faktor tersedia habitat yang disukai, yang
juga mempengaruhi keanekaragaman jenis burung di kawasan ini adalah ramainya
aktifitas manusia dan kendaraan. Beberapa jenis yang dijumpai pada vegetasi luas
dekat dibelakang pemukiman pinggiran
kota tidak di jumpai di kawasan ini, seperti Dendrocygna arcuata, Centropus bengalensis, Lewinia striata, Amaurornis
cinerea, Ardeola speciosa,
Bubulcus ibis, Rostratula benghalensis, Tringa glareola dan Ictinaetus malaiensis. Selain itu, ada beberapa jenis yang populasinya
sedikit di kawasan ini, tetapi populasinya banyak pada vegetasi luas di
belakang kawasan ini, yaitu: Dendrocygna javanica, Amaurornis phoenicurus,
Gallinula chloropus, Ixobrychus cinnamomeus, Alcedo coerulescens, Falco
moluccensis, Falco peregrinus, Artamus leucoryn, Cecropis daurica, Lonchura
punctulata, Lonchura leucogastra dan
Lonchura maja. Hal ini dapat menggambarkan
jenis-jenis tersebut tidak terdapat atau populasinya sedikit di pemukiman
pinggiran kota karena faktor ramainya aktifitas manusia dan kendaraan.
Gambar 17: Dendrocygna javanica, kadang terlihat terbang melintas di atas pemukiman pinggiran kota |
Faktor lain
yang juga mempengaruhi keanekaragaman jenis burung di pemukiman pusat kota dan
pinggiran kota adalah keaneragaman jenis pada areal luas di sekitar kota
Bandung, yang dapat menyuplai ke kawasan tersebut. Habitat-habitat burung disekitar
Kota Bandung sebagian besar mengalami gangguan, sehingga menyebabkan jenis burung
di tempat tersebut sedikit. Kondisi ini menyebabkan jenis-jenis yang terdapat di
Kota Bandung dan sekitarnya relatif sedikit, baik di pemukiman pusat kota maupun
pemukiman pinggiran kota.
Di Kota Palu (Sulawesi)
dijumpai dua jenis (Ptilinopus melanospilus dan
Trichoglossus ornatus) pengunjung dari areal berhutan
dipinggiran kota ke pusat pemukiman kota (Mallo, 1996). Hal ini disebabkan
karena relatif tidak jauh dari kota Palu masih terdapat areal berhutan cukup
luas. Mungkin jika terdapat areal berhutan luas tidak jauh letaknya dari Kota
Bandung, tidak menutup kemungkian ada jenis pengunjung seperti itu ke pemukiman
pusat kota.
Dibandingkan
pada masa lalu jumlah jenis burung di pemukiman Kota Bandung dan sekitarnya
sudah berkurang, contohnya Caprimulgus
macrurus dulu pernah dijumpai di Kota Bandung, bahkan menurut Kang Ader
(Bicons) dulu Acridotheres melanopterus
masih dijumpai di Kota Bandung (kom. pribadi, 2016). Selain itu, jenis-jenis
yang ada populasinya jauh berkurang dibanding masa lalu. Ini disebabkan karena
semakin berkurangnya vegetasi tersedia dan maraknya penangkapan disamping semakin
ramai aktifitas manusia dan kendaraan di kawasan ini.
DAFTAR PUSTAKA
del Hoyo, J. and Collar, N.J.
2014. Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume
1 Non Passerines. Lynx and Birdlife International.
del Hoyo, J. and Collar, N.J.
2016. Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume
2 Passerines. Lynx and Birdlife
International.
Endah, G.P. dan Partasasmita R.
2015. Keanekaan jenis burung di Taman Kota Bandung, Jawa Barat. Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon, Volume 1, Nomor 6, September 2015.
Iskandar, J., 2015. Keaneka Hayati Jenis Binatang, Manfaat
Ekologi Bagi Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
MacArthur, R.H. and Wilson E.
2001. The Theory of Island
Biogeography. Princeton University Press.
MacKinnon, J.
1991. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan
Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Mallo,
F.N. 1996. Kehidupan Burung-Burung
di Lembah Palu, Study Pendahuluan dari hasil Pengamatan Terhadap Keberadaan
Jenis, Kelestarian dan kondisi Habitatnya. Belum dipublikasikan.
Mallo, F.N. 2016. Catatan Pengamatan Burung-burung di Jawa.
Tidak dipublikasikan.
Mayr, E. and Diamond, J.,
2001. The Bird of Northern Melanesia,
Speciation, Ecologi & Biogeography. Oxford University Press.
Putra, Y.M.P., dan Ramadhani
M., 2018. Burung Semakin Jauhi Wilayah
Perkotaan. Republika. Kamis 6 Pebruari 2017.
Whittaker, R.J. and
Fernandes-Falacois, J.M. 2013. Island Biogeography, Ecology, Evolution, and
Conservation. Oxford University Press.
Whitten, A.J., Mustafa, M. dan
Enderson, G.S. 1987. Ekologi
Sulawesi. Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press.
Lampiran: daftar jenis burung yang tercatat di Kota Bandung dan sekitarnya
No.
|
Spesies
|
Pusat Kota
|
Pinggiran Kota
|
Keterangan
|
01.
|
Dendrocygna javanica
|
-
|
J
(melintas)
|
PP
|
02.
|
Spilopelia chinensis
|
U
|
U
|
PP
|
03.
|
Geopelia striata
|
J
|
-
|
PP, Lepasan
|
04.
|
Collocalia linchi
|
U
|
U
|
PP
|
05.
|
Aerodramus fuciphagus
|
U
|
U
|
PP
|
06.
|
Apus pacificus
|
J
|
AU
|
PP, Migran
utara
|
07.
|
Cacomantis merulinus
|
U
|
U
|
PP
|
08.
|
Cacomantis variolosus
|
-
|
J
|
PP
|
09.
|
Amaurornis phoenicurus
|
-
|
J
|
PP
|
10.
|
Gallinula chloropus
|
-
|
J
|
PP
|
11.
|
Ixobrychus cinnamomeus
|
-
|
J
|
PP
|
12.
|
Tyto alba
|
AU
|
AU
|
PP
|
13.
|
Otus lempiji
|
U
|
U
|
PP
|
14.
|
Pernis ptilorhynchus
|
J
|
AU
|
PP, Migran
utara
|
15.
|
Accipiter soloensis
|
J
|
AU
|
PP, Migran
utara
|
16.
|
Accipiter gularis
|
J
|
AU
|
PP, Migran
utara
|
17.
|
Alcedo meninting
|
-
|
J
|
-
|
18.
|
Alcedo coerulescens
|
-
|
J
|
PP
|
19.
|
Halcyon cyanoventris
|
U
|
U
|
PP
|
20.
|
Psilopogon haemacephalus
|
U
|
U
|
PP
|
21.
|
Dendrocopos analis
|
U
|
U
|
PP
|
22.
|
Falco moluccensis
|
-
|
AU
|
PP, Melintas
|
23.
|
Falco peregrinus
|
J
|
AU
|
PP, Migran
utara
|
24.
|
Psittacula alexandri
|
U
|
U
|
PP,
|
25.
|
Hydrornis guajanus
|
J
|
-
|
Lepasan, B
|
26.
|
Gerygone sulphurea
|
U
|
U
|
PP
|
27.
|
Artamus leucoryn
|
-
|
AU
|
PP
|
28.
|
Lanius tigrinus
|
AU
|
AU
|
PP, Migran
utara
|
29.
|
Cisticola exillis
|
-
|
AU
|
PP
|
30.
|
Prinia familiaris
|
-
|
J
|
PP
|
31.
|
Orthotomus ruficeps
|
U
|
U
|
PP
|
32.
|
Cecropis daurica
|
-
|
AU
|
PP
|
33.
|
Hirundo rustica
|
U
|
U
|
PP, Migran
utara
|
34.
|
Pycnonotus dispar
|
J
|
-
|
Lepasan
|
35.
|
Pycnonotus aurigaster
|
U
|
U
|
PP
|
36.
|
Pycnonotus goiavier
|
AU
|
AU
|
PP
|
37.
|
Zosterops palpebrosus
|
U
|
U
|
PP
|
38.
|
Sitta azurea
|
J
|
-
|
PP
|
39.
|
Pastor roseus
|
J
|
-
|
PP, Lepasan?
|
40.
|
Agropsar sturninus
|
AU
|
AU
|
PP, Migran
utara
|
41.
|
Agropsar philippensis
|
J
|
-
|
PP, Migran
utara
|
42.
|
Acridotheres javanicus
|
AU
|
AU
|
PP
|
43.
|
Muscicapa dauurica
|
U
|
U
|
PP, Migran
utara
|
44.
|
Ficedula zanthopygia
|
AU
|
AU
|
Migran
utara
|
45.
|
Dicaeum trochileum
|
U
|
U
|
PP
|
46.
|
Cinnyris jugularis
|
U
|
U
|
PP
|
47.
|
Ploceus manyar
|
-
|
J
|
PP
|
48.
|
Lonchura punctulata
|
-
|
AU
|
PP
|
49.
|
Lonchura leucogastra
|
J
|
AU
|
PP
|
50.
|
Lonchura maja
|
-
|
J
|
PP
|
51.
|
Passer montanus
|
U
|
U
|
PP
|
Jumlah
|
39
|
45
|
Keterangan:
PP : Pengamatan pribadi
U :
Umum
AU
: Agak umum
J :
Jarang
Semakin meningkatnya pemahaman saya tetang burung Kota Bandung dan sekitarnya, saya melihat ada beberapa kesalahan kecil dalam tulisan ini, oleh karena itu saya memperbaiki kesalahan tersebut. Perbaikan tersebut adalah:
BalasHapus- jenis Ploceus ditemukan di pemukiman pinggiran kota bukan Ploceus philippinus tetapi Ploceus manyar.
- Jenis Cacomantis yang ditemukan di pemukiman pusat kota hanya Cacomantis merulinus, sedangkan Cacomantis variolosus tidak ditemukan. Cacomantis variolosus hanya ditemukan jarang di sekitar pemukiman pinggiran kota.
- Prinia familiaris tidak ditemukan di pemukiman pusat kota, hanya ditemukan jarang di sekitar pemukiman pinggiran kota.
- Lonchura punctulata dipastikan agak umum di pemukiman pinggiran kota, tetapi di pemukiman pusat kota tidak ditemukan.
terima kasih bermanfaat sekali.. dulu di sepanjang jalan ganesha sempat juga jadi pemukiman burung pemakan ikan.... trus sama walikota dipapas pohon2nya.. burung apa ya itu, dan mereka pindah ke mana?
BalasHapussaya 085691337288 terima kasih
Mohon maaf mbak Vivi Silvia C, saya baru membalas komentarnya, sebelumnya bukan saya mengelola blog ini, tetapi adik saya, saya meminta tolong adik saya, karena saya memiliki keterbatasan, Mulai saat ini saya mengelola langsung blog ini. Terima kasih telah telah komen artikel ini. Mungkin burung dimaksud nycticorax nycticorax.
Hapus