Sabtu, 14 Juli 2018

STRATEGI PERBURUAN SERANGGA BURUNG-BURUNG INSECTIVORE DI HUTAN PRIMER DAN SEKUNDER TUA RANCA UPAS, JAWA BARAT

Fachry Nur Mallo
Foto 1. Rhipidura phoenicura
PENDAHULUAN
Vegetasi Ranca Upas didominasi hutan tropis primer dan sekunder tua pegunungan bawah ketinggian diatas 1.700 m. Di pinggiran hutan ini terhampar lahan budidaya dan rawa. Daerah ini ini terletak di selatan Bandung, berjarak kurang lebih 50 km dari kota tersebut.  Bersama Ciwidey dan Kawah putih merupakan tujuan wisata terkenal di selatan Bandung.
Hutan tropis di Ranca Upas relatif masih terjaga, sehingga masih banyak dijumpai fauna.  Mamalia yang paling terkenal Pather pardus, jejaknya masih sering dijumpai, juga Presbytis comata dan Trachypithecus auratus kadang dijumpai berkelompok atau berpasangan.  Berbagai jenis amfibia, yang sering dijumpai Microhyla palmipes, Rachoporus reindwardii, Rachoporus margaritifer dan Megaphrys montana. Serta berbagai jenis reptilia, serangga, terutama kupu-kupu.  Khusus avivauna, belum ada data resmi jumlah jenisnya di kawasan ini.  Untuk memenuhi kebutuhan data pada tulisan ini, saya mengumpulkan hasil pengamatan saya dan pengamat-pengamat lain, dan berhasil terdata 113 jenis hidup di tempat ini.  

Avivauna kawasan ini dominasi penghuni hutan tropis primer, tercatat 84 jenis diantaranya.  Sisanya 18 jenis hidup di areal terbuka dan pepohonan terbuka, enam jenis terikat areal berair/rawa dan lima jenis melakukan aktifitas di angkasa (tidak termasuk satu jenis Sterna sp.).
Diantara semua penghuni hutan tropis primer, sangat dominan jenis-jenis insectivore, tercatat 58 jenis. Sisanya 26 jenis terdiri dari frugivore tujuh jenis, memakan mamalia/reptilia 18 jenis, dan memakan katak dan ikan satu jenis.
Di hutan-hutan dataran tinggi Sulawesi, pada 1979 Watling telah mencatat interaksi berkelompok antar-jenis burung insectivore dalam berburu serangga (Whitten, A.J., dkk. 1987). Watling membagi jenis-jenis yang terlibat dalam kelompok antar-jenis tiga kelompok, yaitu jenis inti, jenis yang seringkali ikut serta dan jenis yang kadang saja ikut serta.
HASIL PENGAMATAN
Saya telah berhasil mencatat beberapa kali terbentuknya kelompok antar-jenis burung insectivore saat berburu serangga di hutan primer dan sekunder tua Ranca Upas. Untuk penyajian data dalam tulisan ini saya hanya memilih tujuh pengamatan yang mewakili kondisi vegetasi dan penyebaran jenis burung di hutan primer dan sekunder tua Ranca Upas.
Pengamatan pertama, 10 Agustus 2014
Kondisi vegetasi berupa hutan primer berbatasan vegetasi rawa terbuka tidak luas, lebih sempit dari lokasi pengamatan kedua.

Foto 2.  Seicercus grammiceps. Sering terlihat soliter atau berpasangan berbaur
dengan kelompok antar-jenis di strata semak dan tajuk bawah
Sembilan jenis terlibat terlibat, terdiri dari satu jenis Vireonidae (Pteruthius aenobarbus), satu jenis Champephagidae (Pericrocotus miniatus), satu jenis Stenostiridae (Culicicapa ceylonensis), satu jenis Pycnonotidae (Ixos virescens), satu jenis Phylloscopidae (Phylloscopus grammiceps), satu jenis Leiotrichidae (Alcippe pyrrhoptera), satu jenis Sittidae (Sitta azurea) dan dua jenis Muscicapidae (Eumyias indigo dan Ficedula westermanni). Peranannya masing-masing diuraikan pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Jenis terlibat kelompok antar-jenis dalam perburuan serangga di hutan primer Ranca Upas pada pengamatan pertama.
Jenis inti

Jenis yang seringkali ikut serta
Jenis yang kadang saja ikut serta
Alcippe pyrrhoptera
Pteruthius aenobarbus
Ixos virescens
Sitta azurea
Pericrocotus  miniatus


Culicicapa ceylonensis


Phylloscopus grammiceps


Eumyias indigo


Ficedula westermanni

Pengamatan kedua, 23 Agustus 2014
Kondisi vegetasi berupa hutan primer berbatasan dekat vegetasi rawa terbuka tidak luas.  Delapan jenis terlibat, terdiri dari satu jenis Cuculidae (Cacomantis variolosus), satu jenis Megalaimidae (Psilopogon armilllaris), satu jenis Champephagidae (Pericrocotus miniatus), satu jenis Rhipiduridae (Rhipidura phoenicura), satu jenis Zosteropidae (Heleia javanica), satu jenis Leiotrichidae (Alcippe pyrrhoptera) dan dua jenis Muscicapidae (Ficedula hyperythra dan Ficedula westermanni). Peranannya masing-masing diuraikan pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Jenis terlibat kelompok antar-jenis dalam perburuan serangga di hutan primer Ranca Upas pada pengamatan kedua.
Jenis inti

Jenis yang seringkali ikut serta
Jenis yang kadang saja ikut serta
Alcippe pyrrhoptera
Pericrocotus  miniatus
Cacomantis variolosus

Rhipidura phoenicura
Psilopogon armilllaris

Heleia javanica


Ficedula hyperythra


Ficedula westermanni

Pengamatan ketiga, 14 Desember 2014
Kondisi vegetasi berupa hutan primer berbatasan dekat vegetasi rawa terbuka tidak luas, tetapi tidak seluas pada lokasi pengamatan kedua.
Foto 3.  Pteruthius aenobarpus.  Sering terlihat soliter atau berpasangan berburu serangga di semak
Enam jenis terlibat, terdiri dari satu jenis Cuculidae (Phanicophaeus curvirostris), satu jenis Megalaimidae (Psilopogon armilllaris), satu jenis Champephagidae (Pericrocotus miniatus), satu jenis Rhipiduridae (Rhipidura phoenicura), satu jenis Dicruridae (Dicrurus leucophaeus), satu jenis Zosteropidae (Heleia javanica) dan satu jenis Leiotrichidae (Alcippe pyrrhoptera). Peranannya masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Jenis terlibat kelompok antar-jenis dalam perburuan serangga di hutan primer Ranca Upas pada pengamatan ketiga.
Jenis inti

Jenis yang seringkali ikut serta
Jenis yang kadang saja ikut serta
Alcippe pyrrhoptera
Pericrocotus  miniatus
Phanicophaeus curvirostris

Rhipidura phoenicura
Dicrurus leucophaeus

Heleia javanica

Pengamatan keempat,  4 Januari 2015
Kondisi vegetasi hutan primer agak tertutup, tetapi terdapat sungai kecil sehingga membuka sedikit celah rapatnya vegetasi.

Foto 4.  Sitta azurea.  Umum berkelompok kecil hingga besar menelisik
kulit batang dan dahan kayu mencari serangga
Lima jenis terlibat, terdiri dari satu Rhipiduridae (Rhipidura phoenicura), satu jenis Zosteropidae (Heleia javanica), satu jenis Leiotrichidae (Alcippe pyrrhoptera), satu jenis Muscicapidae (Ficedula hyperythra) dan satu jenis Nectariniidae (Aethopyga eximia). Peranannya masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.  Jenis terlibat kelompok antar-jenis dalam perburuan serangga di hutan primer Ranca Upas pada pengamatan keempat.
Jenis inti

Jenis yang seringkali ikut serta
Jenis yang kadang saja ikut serta
Alcippe pyrrhoptera
Rhipidura phoenicura
Aethopyga eximia

Heleia javanica


Ficedula hyperythra

Pengamatan kelima, 29 Januari  2015
Kondisi vegetasi berupa hutan primer rapat pada punggungan bukit agak terjal.  Sepuluh jenis terlibat, terdiri dari satu jenis Picidae (Picus mentalis), satu jenis Vireonidae (Pteruthius aenobarbus), satu jenis Rhipiduridae (Rhipidura phoenicura), satu jenis Stenostiridae (Culicicapa ceylonensis), dua jenis Phylloscopidae (Phylloscopus grammiceps dan Phylloscopus trivirgatus), satu jenis Leiotrichidae (Alcippe pyrrhoptera), satu jenis Sittidae (Sitta azurea) dan tiga jenis Muscicapidae (Eumyias indigo, Ficedula hyperythra dan Ficedula westermanni). 

Foto 5. Aethopyga eximia.  Insectivore yang kadang terlibat pada kelompok antar-jenis 
saat berburu serangga
Peranannya masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Jenis terlibat kelompok antar-jenis dalam perburuan serangga di hutan primer Ranca Upas pada pengamatan kelima.
Jenis inti

Jenis yang seringkali ikut serta
Jenis yang kadang saja ikut serta
Alcippe pyrrhoptera
Pteruthius aenobarbus
Picus mentalis
Sitta azurea
Rhipidura phoenicura


Culicicapa ceylonensis


Phylloscopus grammiceps


Eumyias indigo


Ficedula hyperythra


Ficedula westermanni

Pengamatan keenam, 27 September 2015
Kondisi vegetasi berupa hutan primer berbatasan areal terbuka sempit, mungkin areal lahan budidaya yang telah ditinggalkan sehingga ditumbuhi vegetesi herba dan semak mencirikan jenis tumbuhan hutan sekunder awal.

Foto 6.  Eumyas indigo.  Sering terlihat soliter berbaur dalam kelompok antar-jenis
di strata tajuk bawah dan semak
Tujuh jenis terlibat, terdiri dari satu Trogonidae (Apalharpactes reinwardtii), satu jenis Vangidae (Hemipus hirundinaceus), satu jenis Rhipiduridae (Rhipidura phoenicura), satu jenis Zosteropidae (Heleia javanica), satu jenis Leiotrichidae (Alcippe pyrrhoptera), satu jenis Stenostiridae (Culicicapa ceylonensis) dan satu jenis Muscicapidae (Ficedula westermanii). Peranannya masing-masing diuraikan pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Jenis terlibat kelompok antar-jenis dalam perburuan serangga di hutan primer Ranca Upas pada pengamatan keenam.
Jenis inti

Jenis yang seringkali ikut serta
Jenis yang kadang saja ikut serta
Heleia javanica
Hemipus hirundinaceus
Apalharpactes reinwardtii
Alcippe pyrrhoptera
Rhipidura phoenicura


Culicicapa ceylonensis


Ficedula westermanni

Pengamatan ketujuh, 13 Desember 2015
Kondisi vegetasi berupa hutan primer berbatasan vegetasi areal budidaya yang telah ditinggalkan sehingga ditumbuhi vegetasi campuran herba, pisang (Musa sp.), dan semak.

Foto 7Hemipus hirundinaceus.  Kadang berbaur dalam kelompok antar-jenis
 saat berburu serangga
Sembilan jenis terlibat, terdiri dari satu jenis Champephagidae (Pericrocotus  miniatus), dua jenis Vireonidae (Pteruthius flaviscapis dan Pteruthius aenobarbus), satu jenis Rhipiduridae (Rhipidura phoenicura), satu jenis Dicruridae (Dicrurus leucophaeus), satu jenis Zosteropidae (Heleia javanica), satu jenis  Leiotrichidae (Alcippe pyrrhoptera), satu jenis Sittidae (Sitta azurea) dan satu jenis Turdidae (Cochoa azurea).  
Foto 8.  Alcippe pyrrhoptera.  Aktivitasnya paling sering menyebabkan terbentuknya
 kelompok antar-jenis saat berburu serangga
 Peranannya masing-masing diuraikan pada tabel berikut ini:
Tabel 7. Jenis terlibat kelompok antar-jenis dalam perburuan serangga di hutan primer Ranca Upas pada pengamatan ketujuh.
Jenis inti

Jenis yang seringkali ikut serta
Jenis yang kadang saja ikut serta
Heleia javanica
Pericrocotus  miniatus 
Dicrurus leucophaeus
Alcippe pyrrhoptera
Pteruthius flaviscapis
Cochoa azurea
Sitta azurea
Pteruthius aenobarbus


Rhipidura phoenicura

Terbetuknya kelompok antar-jenis pada jenis lain
Jenis terrestrial dan penghuni semak bawah
Beberapa jenis insectivore penghuni lantai hutan (terrestrial) dan strata semak juga saya amati terlibat dalam kelompok antar-jenis saat berburu serangga, tetapi saya tidak masukan dalam penyajian data pada tulisan ini. Diantaranya Tesia superciliaris, Cyanoderma melanothora dan Pellorneum capistratum. Ketiga jenis tersebut kadang terlihat berbaur dengan jenis insectivore lain saat terjadinya perburuan serangga di strata semak pada vegetasi rapat. Diantara ketiganya Cyanoderma melanothora yang lebih sering teramati.
Pada vegetasi rapat di strata semak ketinggian maksimal 1,5 m, saya mengamati pergerakan Tesia superciliaris berburu serangga juga diikuti Phyllergates cuculatus dan Cyornis unicolor, masing-masing dalam dua peristiwa berbeda. Dalam interaksi tersebut teramati dua Phyllergates cuculatus mengikuti dua Tesia superciliaris memasuki vegetasi rapat dan serasah daun di tajuk semak. Saat serangga terusik kedua Phyllergates cuculatus menyergapnya. Pada waktu berbeda, saat saya memancing kehadiran Tesia superciliaris menggunakan rekaman suara, tiba-tiba saya melihat satu Cyornis unicolor hinggap tidak jauh dari satu Tesia superciliaris. Terlihat Cyornis unicolor mengamati pergerakan Tesia superciliaris sambil sesekali terbang mendekati.
Sepertinya Phyllergates cuculatus dan Cyornis unicolor membutuhkan jasa Tesia superciliaris mengusir serangga dari dalam semak rapat agar dapat disergap.

Foto 9.  Phyllergates cuculatus.  Sering terlihat diam-diam mengikuti Tesia superciliarisberburu serangga
Pola tingkah laku demikian juga ditunjukan Cinclidium diana. Jenis ini teramati  sekali berinteraksi dengan Apalharpactes reinwardtii saat berburu serangga. Saat Cinclidium diana melakukan pergerakan di semak setinggi 0,5-1 m saya mengamati Apalharpactes reinwardtii mengikuti pergerakkan Cinclidium diana. Mungkin Apalharpactes reinwardtii membutuhkan jasa Cinclidium diana mengusir serangga yang bersembunyi di semak rapat.  Karena Cinclidium diana suka memasuki vegetasi semak yang rapat. Walaupun hanya teramati sekali melakukan interaksi dengan Apalharpactes reinwardtii berburu serangga, tetapi karakter ini mengindikasikan bahwa Cinclidium diana juga merupakan jenis yang terlibat dalam pembentukan kelompok antar-jenis saat berburu serangga.
Pada areal terbuka, sebagai perbandingan
Pada areal tempat parkir dan camping ground Ranca Upas, saya juga mencatat beberapa kali terjadi pembentukan kelompok antar-jenis saat perburuan serangga. Peristiwa ini hanya melibatkan tidak lebih dari lima jenis, tetapi lebih sering terlihat hanya melibatkan dua atau tiga jenis burung insectivore. Yang sering dijumpai adalah Hemipus hirundinaceus, Parus major dan Sitta azurea.
PEMBAHASAN
Jenis inti
Dari total tujuh pengamatan, tiga jenis terlibat dalam pembentukan kelompok antar-jenis pada jenis inti, yaitu Heleia javanica, Alcippe pyrrhoptera dan Sitta azurea. Diantara ketiga jenis tersebut Alcippe pyrrhoptera paling sering terlibat (tujuh kali), sedangkan Heleia javanica dan Sitta azurea lebih jarang terlibat. Diantara kedua jenis disebut terakhir Sitta azurea lebih sering terlibat dibanding Heleia javanica, dan dalam peritiwa lain (yang tidak dimasukan dalam data) juga demikian (lihat tabel 7).
Dengan demikian Alcippe pyrrhoptera sangat penting dalam pembentukan jenis inti kelompok antara-jenis di Ranca Upas.
Tabel 8. Jumlah frekwensi keterlibatan dan jumlah populasi jenis terlibat dalam kelompok antar-jenis kategori-jenis inti
No.
Jenis
Jumlah total keterlibatan
Jumlah total individu
01.
Heleia javanica
2 kali
8
02.
Alcippe pyrrhoptera
7 kali
57
03
Sitta azurea
3 kali
44
Di Taman Nasional Lore Lindu Mallo (2015) mengamati jenis inti merupakan jenis menemukan dan mengusik serangga yang dijumpai.  Umumnya jenis inti mempunyai ciri-ciri:
-    Aktif mencari serangga hingga ke dalam relung-relung vegetasi semak dan tajuk
-    Mempunyai ukuran yang kecil
-    Aktif mencari serangga berkelompok
Ketiga ciri yang menjadi karakter utama jenis-jenis yang terlibat dalam jenis-inti dipunyai ketiga jenis tersebut.
Jenis yang seringkali ikut serta
Dari total tujuh pengamatan, 11 jenis terlibat dalam pembentukan kelompok antar-jenis pada jenis yang seringkali ikut serta.  Diantara jenis tersebut Rhipidura phoenicura dan Ficedula westermanni paling sering terlibat (masing-masing empat kali), menyusul  Pteruthius aenobarbus, Pericrocotus  miniatus, Culicicapa ceylonensis, Heleia javanica, Ficedula hyperythra (masing-masing tiga kali).  Sisanya Pteruthius flaviscapis, Hemipus hirundinaceus, Phylloscopus grammiceps dan Eumyias indigo masing-masing dua dan satu kali terlibat (lihat tabel 9).  

Foto 10.  Stachyris melanothorax.  Penghuni semak kadang terlibat pembentukan kelompok antar-jenis saat berburu serangga
Dengan demikian Rhipidura phoenicura dan Ficedula westermanni sangat penting dalam pembentukan jenis yang seringkali ikut serta.  Keduanya hampir tidak pernah absen dalam setiap pembentukan kelompok antar-jenis. Bahkan diantara pengamat burung untuk menandai terbentuknya peristiwa ini dengan mendengar suara Rhipidura phoenicura. Sementara jenis lain tidak sesering kedua jenis tersebut terlibat.
Tabel 9. Jumlah frekuensi keterlibatan dan jumlah populasi jenis terlibat dalam kelompok antar-jenis kategori jenis yang seringkali ikut serta.
No.
Jenis
Jumlah total keterlibatan
Jumlah total individu
01.
Pteruthius flaviscapis
1 kali
1
02.
Pteruthius aenobarbus
3 kali
5
03.
Pericrocotus  miniatus
3 kali
34
04.
Hemipus hirundinaceus
1 kali
1
05.
Rhipidura phoenicura
4 kali
4
06.
Culicicapa ceylonensis
3 kali
4
07.
Phylloscopus grammiceps
2 kali
5
08.
Heleia javanica
3 kali
8
09.
Eumyias indigo
2 kali
2
10.
Ficedula hyperythra
3 kali
4
11.
Ficedula westermanni
4 kali
1
Di Taman Nasional Lore Lindu, Mallo (2015) mengamati jenis yang seringkali ikut serta adalah jenis yang sering terlihat hadir bila terjadi pembentukan kelompok antar-jenis. Jenis ini sering mengikuti atau memantau dari jarak jauh jenis inti saat melakukan pencarian serangga, bila jenis-inti mendapatkan serangga dalam jumlah besar maka jenis yang seringkali ikut serta akan segera mendatangi tempat jenis inti menemukan makanan dan memangsa serangga yang terbang karena terhalau oleh jenis inti.
Jenis yang kadang saja ikut serta
Dari total tujuh pengamatan, delapan jenis terlibat dalam pembentukan kelompok antar-jenis pada jenis yang kadang saja ikut serta. Diantara kedelapan jenis tersebut Dicrurus leucophaeus paling sering terlibat (2 kali) sedangkan enam jenis lain masing-masing satu kali.  Dicrurus leucophaeus lebih sering terlibat, karena merupakan bukan jenis pengembara (nomad), makanan utama serangga, lebih tersebar luar terutama pada tepi hutan.  Burung ini lebih banyak melakukan aktifitas di tepi hutan, daripada di dalam hutan, sehingga hanya tercatat pada peristiwa terjadi di tepi hutan.  Sedangkan tujuh jenis lain merupakan  pengembara lokal, makanan utamanya bukan serangga dan hanya tersebar pada tempat tertentu di hutan Ranca Upas (lihat tabel 10).

Foto 11Rhamphococcyx curvirostris.  Kadang berbaur dalam kelompok antar-jenis
saat berburu serangga di hutan sekunder tua
Dalam pengamatan ini, keterlibatan Apalharpactes reinwardtii, Psilopogon armilllaris, Ixos virescens dan Aethopyga eximia dalam peristiwa ini cukup mengejutkan saya.  Apalharpactes reinwardtii walaupun insectivore tetapi belum pernah terlihat terlibat dalam kelompok antar-jenis. Psilopogon armilllaris, Ixos virescens dan Aethopyga eximia masing-masing sepengetahuan saya frugivore dan nectarivore, walaupun kadang memakan serangga, tetapi belum pernah terlihat teramati terlibat dalam peristiwa ini.
Tabel 10. Jumlah frekwensi keterlibatan dan jumlah populasi jenis terlibat dalam kelompok antar-jenis kategori jenis yang kadang saja ikut serta.
No.
Jenis
Jumlah total keterlibatan
Jumlah total individu
01.
Phanicophaeus curvirostris
1 kali
1
02.
Cacomantis variolosus
1 kali
1
03.
Apalharpactes reinwardtii
1 kali
1
04.
Psilopogon armilllaris
1 kali
1
05.
Picus mentalis
1 kali
3
06.
Dicrurus leucophaeus
2 Kali
2
07.
Ixos virescens
1 kali
1
08.
Aethopyga eximia
1 kali
1
Di Taman Nasional Lore Lindu, Mallo (2015) mengamati jenis yang kadang saja ikut serta adalah jenis yang tidak sering dijumpai bergabung dalam kelompok antar-jenis yang melakukan pencarian serangga.

Foto 12.  Dicrurus leucophaeus.  Sering dijumpai berbaur dalam kelompok antar-jenis
di tepi hutan primer dan sekunder tua
Umumnya spesies yang seringkali ikut serta dan jenis kadang saja ikut serta mempunyai ciri-ciri:
- Tubuhnya berukuran lebih besar daripada jenis inti.
- Malas mencari makanan (malas masuk kedalam relung tajuk).
- Tidak hidup berkelompok dalam jumlah besar. 
Khusus pada jenis yang kadang saja ikut serta ditambahkan berdasarkan pengamatan di Ranca Upas:
-    Serangga bukan makanan utamannya.
-    Pengembara lokal pada hutan disekitarnya
Selama melakukan aktifitas tersebut, Apalharpactes reinwardtii, Psilopogon armilllaris dan Ixos virescens teramati hanya mengawasi dari jarak dekat jenis-jenis inti dan jenis yang seringkali ikut serta berburu serangga.  Saat terlihat serangga berukuran besar terbang karena terusik lalu menyergapnya.  Sedangkan Aethopyga eximia, langsung terlibat saat terbentuknya kelompok antar-jenis.
Kategori jenis yang kadang saja ikut serta adalah jenis yang tidak sering dijumpai bergabung dalam kelompok antar-jenis saat melakukan pencaraian serangga (Whitten, dkk. 1987).
Dari tujuh kali terjadi peristiwa pembentukan kelompok antar-jenis, jenis dan populasi terlibat lebih banyak di tepi hutan; sembilan jenis pada pengamatan pertama, delapan jenis pada pengamatan kedua, tujuh jenis pada pengamatan keenam, dan sembilan jenis pengamatan ketujuh.  Sedangkan yang terjadi dalam hutan rapat sedikit jenis terlibat: pada pengamatan keempat hanya lima jenis terlibat.  Bahkan saya lebih sering melihat hanya melibatkan dua jenis dengan populasi sedikit, seperti terjadi peristiwa antara Tesia superciliaris dengan Phyllergates cuculatus dan Cyornis unicolor, dan antara Cinclidium Diana dengan Apalharpactes reinwardtii. Hal ini mungkin disebabkan rapatnya vegetasi sehingga menyulitkan terjadi peristiwa tersebut.

Foto 13.  Ficedula hyperythra.  Sering soliter atau berpasangan berbaur dalam
kelompok antar-jenis saat berburu serangga di semak dan tajuk bawah
Tetapi yang anehnya pada lokasi pengamatan kelima, pada hutan rapat di punggungan bukit jenis terlibat sepuluh jenis dengan populasi tertinggi.  Hal ini mungkin disebabkan karena pada punggungan bukit banyak celah tajuk yang terbuka, sehingga mudah dimasuki dan jika terjadi peritiwa pembentukan kelompok antar-jenis mudah dilihat jenis lain sehingga akan mendatangi lokasi penemuan serangga.
Dari pengamatan yang dilakukan lebih sering terjadi pembentukan kelompok antara-jenis pada tepi hutan dibanding pada vegetasi hutan yang rapat.

Daftar Pustaka
del Hoyo, J. and Collar, N.J.  2014. Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume 1 Non Passerines. Lynx and Birdlife International.
del Hoyo, J. and Collar, N.J.  2016. Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume 2 Passerines.  Lynx  and Birdlife International.
MacKinnon, J. 1991. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan
         Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
MacKinnon, J., Phillips, K., dan van Balen, B. 1992. Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor. LIPI dan Birdlife-IP.
Mallo, F.N. 2015. Burung-burung di Taman Nasional Lore Lindu, catatan ekologi, konservasi dan status keberadaan jenis. Celebes Bird Club (CBC) dan Program Studi Magister Ilmu Lingkungan (PSMIL) Universitas Padjadjaran.
Mallo, F.N. 2016. Catatan Pengamatan Burung-burung di Jawa. Tidak dipublikasikan.
Mallo, F.N, 2018. Burung-burung dataran tinggi Jawa Barat: catatan di Ranca Upas. Blog Fachry Nur Mallo.
Whitten, A.J., Mustafa, M. dan Enderson, G.S. 1987. Ekologi Sulawesi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar