Fachry Nur Mallo
Vegetasi Ranca Upas didominasi hutan tropis primer dan sekunder tua pegunungan
bawah ketinggian diatas 1.700 m. Di pinggiran hutan ini terhampar lahan
budidaya dan rawa. Daerah ini ini terletak di selatan Bandung, berjarak kurang
lebih 50 km dari kota tersebut. Bersama
Ciwidey dan Kawah putih merupakan tujuan wisata terkenal di selatan Bandung.
Hutan tropis di Ranca Upas relatif
masih terjaga, sehingga masih banyak dijumpai fauna. Mamalia yang paling terkenal Pather pardus,
jejaknya masih sering dijumpai, juga Presbytis comata dan Trachypithecus
auratus kadang dijumpai berkelompok atau berpasangan. Berbagai jenis amfibia, yang sering dijumpai Microhyla
palmipes, Rachoporus reindwardii, Rachoporus margaritifer dan Megaphrys montana.
Serta berbagai jenis reptilia, serangga, terutama kupu-kupu. Khusus avivauna, belum ada data resmi jumlah
jenisnya di kawasan ini. Untuk memenuhi kebutuhan
data pada tulisan ini, saya mengumpulkan hasil pengamatan saya dan pengamat-pengamat
lain, dan berhasil terdata 113 jenis hidup di tempat ini.
Avivauna kawasan ini dominasi
penghuni hutan tropis primer, tercatat 84 jenis diantaranya. Sisanya 18 jenis hidup di areal terbuka dan
pepohonan terbuka, enam jenis terikat areal berair/rawa dan lima jenis
melakukan aktifitas di angkasa (tidak termasuk satu jenis Sterna sp.).
Diantara semua penghuni hutan tropis
primer, sangat dominan jenis-jenis insectivore, tercatat 58 jenis. Sisanya 26
jenis terdiri dari frugivore tujuh jenis, memakan mamalia/reptilia 18 jenis,
dan memakan katak dan ikan satu jenis.
Di hutan-hutan dataran tinggi Sulawesi, pada 1979 Watling telah
mencatat interaksi berkelompok antar-jenis burung insectivore dalam berburu
serangga (Whitten, A.J., dkk. 1987). Watling membagi jenis-jenis yang terlibat
dalam kelompok antar-jenis tiga kelompok, yaitu jenis inti, jenis
yang seringkali ikut serta dan jenis yang kadang saja ikut serta.
HASIL
PENGAMATAN
Saya
telah berhasil mencatat beberapa kali terbentuknya kelompok antar-jenis burung
insectivore saat berburu serangga di hutan primer dan sekunder tua Ranca Upas.
Untuk penyajian data dalam tulisan ini saya hanya memilih tujuh pengamatan yang
mewakili kondisi vegetasi dan penyebaran jenis burung di hutan primer dan
sekunder tua Ranca Upas.
Pengamatan
pertama, 10 Agustus 2014
Kondisi vegetasi berupa hutan primer
berbatasan vegetasi rawa terbuka tidak luas, lebih sempit dari lokasi
pengamatan kedua.
Foto 2. Seicercus grammiceps. Sering terlihat soliter atau berpasangan berbaur dengan kelompok antar-jenis di strata semak dan tajuk bawah |
Sembilan jenis terlibat terlibat,
terdiri dari satu jenis Vireonidae (Pteruthius
aenobarbus), satu jenis Champephagidae (Pericrocotus
miniatus), satu jenis Stenostiridae (Culicicapa ceylonensis), satu jenis Pycnonotidae
(Ixos virescens), satu jenis
Phylloscopidae (Phylloscopus grammiceps), satu
jenis Leiotrichidae (Alcippe pyrrhoptera), satu
jenis Sittidae (Sitta azurea) dan dua jenis Muscicapidae (Eumyias
indigo dan Ficedula westermanni). Peranannya
masing-masing diuraikan pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Jenis terlibat kelompok
antar-jenis dalam perburuan serangga di hutan primer Ranca Upas pada pengamatan
pertama.
Jenis inti
|
Jenis yang seringkali ikut serta
|
Jenis yang kadang saja ikut serta
|
Alcippe pyrrhoptera
|
Pteruthius aenobarbus
|
Ixos virescens
|
Sitta azurea
|
Pericrocotus miniatus
|
|
Culicicapa ceylonensis
|
||
Phylloscopus grammiceps
|
||
Eumyias indigo
|
||
Ficedula westermanni
|
Pengamatan
kedua, 23 Agustus 2014
Kondisi vegetasi berupa hutan primer
berbatasan dekat vegetasi rawa terbuka tidak luas. Delapan jenis terlibat, terdiri dari satu
jenis Cuculidae (Cacomantis variolosus), satu jenis Megalaimidae (Psilopogon armilllaris), satu jenis Champephagidae
(Pericrocotus miniatus), satu
jenis Rhipiduridae (Rhipidura phoenicura), satu jenis Zosteropidae (Heleia javanica), satu jenis Leiotrichidae (Alcippe pyrrhoptera) dan dua jenis Muscicapidae (Ficedula hyperythra dan Ficedula westermanni).
Peranannya masing-masing diuraikan pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Jenis terlibat kelompok
antar-jenis dalam perburuan serangga di hutan primer Ranca Upas pada pengamatan
kedua.
Jenis inti
|
Jenis yang seringkali ikut serta
|
Jenis yang kadang saja ikut serta
|
Alcippe pyrrhoptera
|
Pericrocotus miniatus
|
Cacomantis
variolosus
|
Rhipidura phoenicura
|
Psilopogon
armilllaris
|
|
Heleia javanica
|
||
Ficedula hyperythra
|
||
Ficedula westermanni
|
Pengamatan
ketiga, 14 Desember 2014
Kondisi vegetasi berupa hutan primer
berbatasan dekat vegetasi rawa terbuka tidak luas, tetapi tidak seluas pada
lokasi pengamatan kedua.
Foto 3. Pteruthius aenobarpus. Sering terlihat soliter atau berpasangan berburu serangga di semak |
Enam jenis terlibat, terdiri dari
satu jenis Cuculidae (Phanicophaeus curvirostris), satu jenis
Megalaimidae (Psilopogon armilllaris),
satu jenis Champephagidae (Pericrocotus
miniatus), satu jenis Rhipiduridae (Rhipidura phoenicura), satu
jenis Dicruridae (Dicrurus leucophaeus), satu jenis Zosteropidae
(Heleia javanica) dan satu
jenis Leiotrichidae (Alcippe
pyrrhoptera). Peranannya masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 3. Jenis terlibat kelompok
antar-jenis dalam perburuan serangga di hutan primer Ranca Upas pada pengamatan
ketiga.
Jenis inti
|
Jenis yang seringkali ikut serta
|
Jenis yang kadang saja ikut serta
|
Alcippe pyrrhoptera
|
Pericrocotus miniatus
|
Phanicophaeus
curvirostris
|
Rhipidura phoenicura
|
Dicrurus leucophaeus
|
|
Heleia javanica
|
Pengamatan
keempat, 4 Januari 2015
Kondisi vegetasi hutan primer agak
tertutup, tetapi terdapat sungai kecil sehingga membuka sedikit celah rapatnya
vegetasi.
Foto 4. Sitta azurea. Umum berkelompok kecil hingga besar menelisik kulit batang dan dahan kayu mencari serangga |
Lima jenis terlibat, terdiri dari satu Rhipiduridae (Rhipidura phoenicura), satu jenis Zosteropidae (Heleia javanica), satu jenis Leiotrichidae (Alcippe pyrrhoptera), satu jenis Muscicapidae (Ficedula
hyperythra) dan satu jenis Nectariniidae (Aethopyga eximia). Peranannya masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.
Jenis terlibat kelompok antar-jenis dalam perburuan serangga di hutan
primer Ranca Upas pada pengamatan keempat.
Jenis inti
|
Jenis yang seringkali ikut serta
|
Jenis yang kadang saja ikut serta
|
Alcippe pyrrhoptera
|
Rhipidura phoenicura
|
Aethopyga eximia
|
Heleia javanica
|
||
Ficedula hyperythra
|
Pengamatan
kelima, 29 Januari 2015
Kondisi vegetasi berupa hutan primer
rapat pada punggungan bukit agak terjal.
Sepuluh jenis terlibat, terdiri dari satu jenis Picidae (Picus
mentalis), satu jenis Vireonidae (Pteruthius
aenobarbus), satu jenis Rhipiduridae (Rhipidura phoenicura), satu
jenis Stenostiridae (Culicicapa
ceylonensis), dua jenis Phylloscopidae (Phylloscopus
grammiceps dan Phylloscopus trivirgatus), satu
jenis Leiotrichidae (Alcippe
pyrrhoptera), satu jenis Sittidae (Sitta azurea) dan tiga jenis Muscicapidae (Eumyias indigo, Ficedula hyperythra dan Ficedula westermanni).
Foto 5. Aethopyga eximia. Insectivore yang kadang terlibat pada kelompok antar-jenis saat berburu serangga |
Peranannya masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Jenis terlibat kelompok
antar-jenis dalam perburuan serangga di hutan primer Ranca Upas pada pengamatan
kelima.
Jenis inti
|
Jenis yang seringkali ikut serta
|
Jenis yang kadang saja ikut serta
|
Alcippe pyrrhoptera
|
Pteruthius aenobarbus
|
Picus
mentalis
|
Sitta azurea
|
Rhipidura phoenicura
|
|
Culicicapa ceylonensis
|
||
Phylloscopus grammiceps
|
||
Eumyias indigo
|
||
Ficedula hyperythra
|
||
Ficedula westermanni
|
Pengamatan
keenam, 27 September 2015
Kondisi vegetasi berupa hutan primer
berbatasan areal terbuka sempit, mungkin areal lahan budidaya yang telah
ditinggalkan sehingga ditumbuhi vegetesi herba dan semak mencirikan jenis
tumbuhan hutan sekunder awal.
Foto 6. Eumyas indigo. Sering terlihat soliter berbaur dalam kelompok antar-jenis di strata tajuk bawah dan semak |
Tujuh jenis terlibat, terdiri dari satu
Trogonidae (Apalharpactes reinwardtii), satu
jenis Vangidae (Hemipus
hirundinaceus), satu jenis Rhipiduridae (Rhipidura phoenicura), satu jenis Zosteropidae (Heleia javanica), satu jenis Leiotrichidae
(Alcippe pyrrhoptera), satu
jenis Stenostiridae (Culicicapa
ceylonensis) dan satu jenis Muscicapidae (Ficedula
westermanii). Peranannya
masing-masing diuraikan pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Jenis terlibat kelompok
antar-jenis dalam perburuan serangga di hutan primer Ranca Upas pada pengamatan
keenam.
Jenis inti
|
Jenis yang seringkali ikut serta
|
Jenis yang kadang saja ikut serta
|
Heleia
javanica
|
Hemipus hirundinaceus
|
Apalharpactes reinwardtii
|
Alcippe pyrrhoptera
|
Rhipidura phoenicura
|
|
Culicicapa ceylonensis
|
||
Ficedula westermanni
|
Pengamatan
ketujuh, 13 Desember 2015
Kondisi vegetasi berupa hutan primer
berbatasan vegetasi areal budidaya yang telah ditinggalkan sehingga ditumbuhi
vegetasi campuran herba, pisang (Musa sp.), dan semak.
Foto 7. Hemipus hirundinaceus. Kadang berbaur dalam kelompok antar-jenis saat berburu serangga |
Sembilan jenis terlibat, terdiri
dari satu jenis Champephagidae (Pericrocotus miniatus), dua jenis Vireonidae (Pteruthius
flaviscapis dan Pteruthius aenobarbus), satu
jenis Rhipiduridae (Rhipidura phoenicura), satu
jenis Dicruridae (Dicrurus leucophaeus), satu jenis Zosteropidae
(Heleia javanica), satu
jenis Leiotrichidae (Alcippe pyrrhoptera), satu jenis Sittidae (Sitta azurea) dan satu jenis Turdidae (Cochoa azurea).
Foto 8. Alcippe pyrrhoptera. Aktivitasnya paling sering menyebabkan terbentuknya kelompok antar-jenis saat berburu serangga |
Tabel 7. Jenis terlibat kelompok
antar-jenis dalam perburuan serangga di hutan primer Ranca Upas pada pengamatan
ketujuh.
Jenis inti
|
Jenis yang seringkali ikut serta
|
Jenis yang kadang saja ikut serta
|
Heleia
javanica
|
Pericrocotus miniatus
|
Dicrurus leucophaeus
|
Alcippe pyrrhoptera
|
Pteruthius flaviscapis
|
Cochoa azurea
|
Sitta azurea
|
Pteruthius aenobarbus
|
|
Rhipidura phoenicura
|
Terbetuknya
kelompok antar-jenis pada jenis lain
Jenis
terrestrial dan penghuni semak bawah
Beberapa
jenis insectivore penghuni lantai hutan (terrestrial) dan strata
semak juga saya amati terlibat dalam kelompok antar-jenis saat berburu serangga,
tetapi saya tidak masukan dalam penyajian data pada tulisan ini. Diantaranya Tesia
superciliaris, Cyanoderma melanothora dan Pellorneum capistratum. Ketiga
jenis tersebut kadang terlihat berbaur dengan jenis insectivore lain saat
terjadinya perburuan serangga di strata semak pada vegetasi rapat. Diantara
ketiganya Cyanoderma melanothora yang lebih
sering teramati.
Pada vegetasi rapat di strata semak
ketinggian maksimal 1,5 m, saya mengamati pergerakan Tesia superciliaris berburu
serangga juga diikuti Phyllergates
cuculatus dan Cyornis unicolor, masing-masing dalam dua peristiwa berbeda.
Dalam interaksi tersebut teramati dua Phyllergates cuculatus mengikuti
dua Tesia superciliaris memasuki vegetasi rapat dan serasah daun di tajuk
semak. Saat serangga terusik kedua
Phyllergates cuculatus menyergapnya. Pada
waktu berbeda, saat saya memancing kehadiran Tesia superciliaris
menggunakan rekaman suara, tiba-tiba saya melihat satu Cyornis unicolor hinggap tidak jauh dari satu Tesia superciliaris. Terlihat Cyornis unicolor mengamati
pergerakan Tesia superciliaris sambil sesekali terbang mendekati.
Sepertinya
Phyllergates
cuculatus dan Cyornis unicolor membutuhkan
jasa
Tesia superciliaris mengusir serangga dari dalam semak rapat agar
dapat disergap.
Foto 9. Phyllergates cuculatus. Sering terlihat diam-diam mengikuti Tesia superciliarisberburu serangga |
Pola tingkah laku demikian juga
ditunjukan Cinclidium diana. Jenis ini teramati sekali berinteraksi dengan Apalharpactes reinwardtii saat berburu serangga. Saat Cinclidium diana
melakukan pergerakan di semak setinggi 0,5-1 m saya mengamati Apalharpactes
reinwardtii mengikuti pergerakkan Cinclidium
diana. Mungkin Apalharpactes
reinwardtii membutuhkan jasa Cinclidium diana mengusir serangga yang
bersembunyi di semak rapat. Karena Cinclidium
diana suka memasuki vegetasi semak yang rapat. Walaupun hanya teramati sekali
melakukan interaksi dengan Apalharpactes
reinwardtii berburu serangga,
tetapi karakter ini mengindikasikan bahwa Cinclidium diana juga merupakan
jenis yang terlibat dalam pembentukan kelompok antar-jenis saat berburu
serangga.
Pada
areal terbuka, sebagai perbandingan
Pada areal
tempat parkir dan camping ground Ranca Upas, saya juga mencatat beberapa
kali terjadi pembentukan kelompok antar-jenis saat perburuan serangga. Peristiwa
ini hanya melibatkan tidak lebih dari lima jenis, tetapi lebih sering terlihat
hanya melibatkan dua atau tiga jenis burung insectivore. Yang sering dijumpai
adalah Hemipus hirundinaceus, Parus major dan
Sitta azurea.
PEMBAHASAN
Jenis
inti
Dari total
tujuh pengamatan, tiga jenis terlibat dalam pembentukan kelompok antar-jenis
pada jenis inti, yaitu Heleia javanica, Alcippe pyrrhoptera
dan Sitta azurea. Diantara ketiga jenis tersebut Alcippe
pyrrhoptera paling sering terlibat (tujuh kali), sedangkan
Heleia javanica dan Sitta azurea lebih
jarang terlibat. Diantara kedua jenis disebut
terakhir Sitta azurea lebih sering terlibat dibanding
Heleia javanica, dan dalam peritiwa lain (yang tidak dimasukan dalam
data) juga demikian (lihat tabel 7).
Dengan
demikian Alcippe pyrrhoptera sangat penting dalam pembentukan
jenis inti kelompok antara-jenis di Ranca Upas.
Tabel 8.
Jumlah frekwensi
keterlibatan dan jumlah populasi jenis terlibat dalam kelompok antar-jenis
kategori-jenis inti
No.
|
Jenis
|
Jumlah total keterlibatan
|
Jumlah total individu
|
01.
|
Heleia javanica
|
2 kali
|
8
|
02.
|
Alcippe pyrrhoptera
|
7 kali
|
57
|
03
|
Sitta azurea
|
3 kali
|
44
|
Di Taman
Nasional Lore Lindu Mallo (2015) mengamati jenis inti merupakan jenis menemukan dan
mengusik serangga yang dijumpai. Umumnya
jenis inti mempunyai ciri-ciri:
- Aktif mencari serangga hingga ke
dalam relung-relung vegetasi semak dan tajuk
- Mempunyai ukuran yang kecil
- Aktif mencari serangga berkelompok
Ketiga ciri yang
menjadi karakter utama jenis-jenis yang terlibat dalam jenis-inti
dipunyai ketiga jenis tersebut.
Jenis
yang seringkali ikut serta
Dari
total tujuh pengamatan, 11 jenis terlibat dalam pembentukan kelompok
antar-jenis pada jenis yang seringkali ikut serta. Diantara jenis tersebut Rhipidura
phoenicura dan Ficedula westermanni paling
sering terlibat (masing-masing empat kali), menyusul Pteruthius aenobarbus,
Pericrocotus miniatus, Culicicapa
ceylonensis, Heleia javanica, Ficedula hyperythra (masing-masing
tiga kali). Sisanya
Pteruthius flaviscapis, Hemipus hirundinaceus, Phylloscopus grammiceps dan
Eumyias indigo masing-masing dua dan satu kali terlibat (lihat tabel
9).
Foto 10. Stachyris melanothorax. Penghuni semak kadang terlibat pembentukan kelompok antar-jenis saat berburu serangga |
Dengan
demikian Rhipidura phoenicura dan Ficedula
westermanni sangat penting dalam pembentukan jenis
yang seringkali ikut serta. Keduanya
hampir tidak pernah absen dalam setiap pembentukan kelompok antar-jenis. Bahkan
diantara pengamat burung untuk menandai terbentuknya peristiwa ini dengan
mendengar suara Rhipidura phoenicura.
Sementara jenis lain tidak sesering kedua jenis tersebut terlibat.
Tabel 9. Jumlah frekuensi keterlibatan dan
jumlah populasi jenis terlibat dalam kelompok antar-jenis kategori jenis yang
seringkali ikut serta.
No.
|
Jenis
|
Jumlah total keterlibatan
|
Jumlah total individu
|
01.
|
Pteruthius flaviscapis
|
1 kali
|
1
|
02.
|
Pteruthius aenobarbus
|
3 kali
|
5
|
03.
|
Pericrocotus miniatus
|
3 kali
|
34
|
04.
|
Hemipus hirundinaceus
|
1 kali
|
1
|
05.
|
Rhipidura phoenicura
|
4 kali
|
4
|
06.
|
Culicicapa ceylonensis
|
3 kali
|
4
|
07.
|
Phylloscopus grammiceps
|
2 kali
|
5
|
08.
|
Heleia javanica
|
3 kali
|
8
|
09.
|
Eumyias indigo
|
2 kali
|
2
|
10.
|
Ficedula hyperythra
|
3 kali
|
4
|
11.
|
Ficedula westermanni
|
4 kali
|
1
|
Di Taman Nasional Lore
Lindu, Mallo (2015) mengamati jenis yang seringkali ikut serta adalah jenis yang sering terlihat
hadir bila terjadi pembentukan kelompok antar-jenis. Jenis ini sering mengikuti
atau memantau dari jarak jauh jenis inti saat melakukan pencarian serangga,
bila jenis-inti mendapatkan serangga dalam jumlah besar maka jenis yang
seringkali ikut serta akan segera mendatangi tempat jenis inti menemukan
makanan dan memangsa serangga yang terbang karena terhalau oleh jenis inti.
Jenis
yang kadang saja ikut serta
Dari
total tujuh pengamatan, delapan jenis terlibat dalam pembentukan kelompok
antar-jenis pada jenis yang kadang saja ikut serta. Diantara
kedelapan jenis tersebut Dicrurus leucophaeus paling sering terlibat (2
kali) sedangkan enam jenis lain
masing-masing satu kali.
Dicrurus leucophaeus lebih
sering terlibat, karena merupakan bukan jenis pengembara (nomad), makanan utama
serangga, lebih tersebar luar terutama pada tepi hutan. Burung ini lebih banyak melakukan aktifitas di
tepi hutan, daripada di dalam hutan, sehingga hanya tercatat pada peristiwa terjadi
di tepi hutan. Sedangkan tujuh jenis lain
merupakan pengembara lokal, makanan
utamanya bukan serangga dan hanya tersebar pada tempat tertentu di hutan Ranca
Upas (lihat tabel 10).
Foto 11. Rhamphococcyx curvirostris. Kadang berbaur dalam kelompok antar-jenis saat berburu serangga di hutan sekunder tua |
Dalam
pengamatan ini, keterlibatan Apalharpactes reinwardtii, Psilopogon
armilllaris, Ixos virescens dan Aethopyga eximia dalam peristiwa ini cukup mengejutkan saya. Apalharpactes reinwardtii walaupun
insectivore tetapi belum pernah terlihat terlibat dalam kelompok
antar-jenis. Psilopogon armilllaris, Ixos
virescens dan Aethopyga
eximia masing-masing sepengetahuan saya frugivore dan nectarivore, walaupun
kadang memakan serangga, tetapi belum pernah terlihat teramati terlibat dalam
peristiwa ini.
Tabel 10. Jumlah frekwensi keterlibatan dan
jumlah populasi jenis terlibat dalam kelompok
antar-jenis kategori jenis yang kadang saja ikut serta.
No.
|
Jenis
|
Jumlah total keterlibatan
|
Jumlah total individu
|
01.
|
Phanicophaeus
curvirostris
|
1 kali
|
1
|
02.
|
Cacomantis
variolosus
|
1 kali
|
1
|
03.
|
Apalharpactes
reinwardtii
|
1 kali
|
1
|
04.
|
Psilopogon
armilllaris
|
1 kali
|
1
|
05.
|
Picus
mentalis
|
1 kali
|
3
|
06.
|
Dicrurus
leucophaeus
|
2 Kali
|
2
|
07.
|
Ixos virescens
|
1 kali
|
1
|
08.
|
Aethopyga eximia
|
1 kali
|
1
|
Di Taman
Nasional Lore Lindu, Mallo (2015) mengamati jenis yang kadang saja ikut serta adalah jenis yang
tidak sering dijumpai bergabung dalam kelompok antar-jenis yang melakukan
pencarian serangga.
Foto 12. Dicrurus leucophaeus. Sering dijumpai berbaur dalam kelompok antar-jenis di tepi hutan primer dan sekunder tua |
Umumnya spesies yang seringkali ikut
serta dan jenis kadang saja ikut serta mempunyai ciri-ciri:
-
Tubuhnya berukuran lebih besar daripada jenis inti.
-
Malas mencari makanan (malas masuk kedalam relung tajuk).
-
Tidak hidup berkelompok dalam jumlah besar.
Khusus pada jenis yang kadang
saja ikut serta ditambahkan berdasarkan pengamatan di Ranca Upas:
-
Serangga
bukan makanan utamannya.
-
Pengembara
lokal pada hutan disekitarnya
Selama melakukan aktifitas tersebut,
Apalharpactes reinwardtii, Psilopogon armilllaris dan Ixos virescens teramati hanya mengawasi dari jarak dekat jenis-jenis
inti dan jenis yang seringkali
ikut serta berburu serangga. Saat
terlihat serangga berukuran besar terbang karena terusik lalu menyergapnya. Sedangkan Aethopyga
eximia, langsung terlibat saat
terbentuknya kelompok antar-jenis.
Kategori jenis yang kadang saja ikut
serta adalah jenis yang tidak sering dijumpai bergabung dalam kelompok antar-jenis
saat melakukan pencaraian serangga (Whitten,
dkk. 1987).
Dari tujuh
kali terjadi peristiwa pembentukan kelompok antar-jenis, jenis dan populasi
terlibat lebih banyak di tepi hutan; sembilan jenis pada pengamatan pertama, delapan
jenis pada pengamatan kedua, tujuh jenis pada pengamatan keenam, dan sembilan
jenis pengamatan ketujuh. Sedangkan yang
terjadi dalam hutan rapat sedikit jenis terlibat: pada pengamatan keempat hanya
lima jenis terlibat. Bahkan saya lebih
sering melihat hanya melibatkan dua jenis dengan populasi sedikit, seperti
terjadi peristiwa antara Tesia superciliaris dengan
Phyllergates cuculatus dan Cyornis unicolor, dan
antara Cinclidium Diana
dengan Apalharpactes reinwardtii. Hal ini mungkin disebabkan rapatnya vegetasi
sehingga menyulitkan terjadi peristiwa tersebut.
Foto 13. Ficedula hyperythra. Sering soliter atau berpasangan berbaur dalam kelompok antar-jenis saat berburu serangga di semak dan tajuk bawah |
Tetapi yang
anehnya pada lokasi pengamatan kelima, pada hutan rapat di punggungan bukit jenis
terlibat sepuluh jenis dengan populasi tertinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena pada
punggungan bukit banyak celah tajuk yang terbuka, sehingga mudah dimasuki dan
jika terjadi peritiwa pembentukan kelompok antar-jenis mudah dilihat jenis lain
sehingga akan mendatangi lokasi penemuan serangga.
Dari
pengamatan yang dilakukan lebih sering terjadi pembentukan kelompok
antara-jenis pada tepi hutan dibanding pada vegetasi hutan yang rapat.
Daftar
Pustaka
del Hoyo, J. and
Collar, N.J. 2014. Illustrated Checklist of the Bird
of the World, Volume 1 Non Passerines. Lynx and
Birdlife International.
del Hoyo, J. and
Collar, N.J. 2016. Illustrated Checklist of the Bird
of the World, Volume 2 Passerines. Lynx
and Birdlife International.
MacKinnon, J. 1991. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di
Jawa dan
Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
MacKinnon, J., Phillips, K., dan van Balen, B. 1992. Panduan Lapangan Burung-Burung di
Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor. LIPI dan Birdlife-IP.
Mallo, F.N. 2015. Burung-burung
di Taman Nasional Lore Lindu, catatan ekologi, konservasi dan status keberadaan
jenis. Celebes Bird Club (CBC) dan Program Studi Magister Ilmu
Lingkungan (PSMIL) Universitas Padjadjaran.
Mallo, F.N. 2016. Catatan
Pengamatan Burung-burung di Jawa. Tidak dipublikasikan.
Mallo, F.N, 2018. Burung-burung dataran tinggi Jawa
Barat: catatan di Ranca Upas. Blog Fachry Nur Mallo.
Whitten, A.J., Mustafa, M. dan Enderson, G.S. 1987. Ekologi
Sulawesi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar