Breeding
Corvus unicolor on Peleng Island, Central Sulawesi
Fachry Nur
Mallo 1, dadang Dwi Putra 2 Abdul Rahman 3, Herlina 4,
Moh. Ihsan
Nur Mallo 5 dan Alpian Maleso 6
A.
PENDAHULUAN
Corvus
unicolor merupakan
jenis endemik Kepulauan Banggai. Di
kepulauan ini hanya ditemukan di Pulau Peleng, pada hutan-utan primer dan
sekunder tua ketinggian 300 s/d 915 m.
Morfologinya
mirip Corvus enca, kecuali dibedakan dari ciri yang hampir menyerupainya;
matanya keputihan (Corvus enca gelap) dan bulunya hitam kecoklatan (Corvus
enca hitam pekat). Tetapi menurut del Hoyo, et al (2016) jenis ini
berkerabat lebih dekat Corvus unicolor, endemik daratan Sulawesi. Morfologisnya sangat berbeda dengan Corvus
typicus, tetapi suara, tingkah laku dan habitat lebih mirip dibanding Corvus
enca.
Jenis ini dalam
beberapa dekade terakhir diketahui
hanya berdasarkan dua specimen yang dikoleksi oleh Rothschild dan Hartert, dari sebuah tempat yang tidak
diketahui dengan pasti letaknya di Kepulauan Banggai selama rentang waktu 1884
- 1885 (Coates dan
Bishop, 2000). Sejak saat itu hingga sebelum
ditemukan Fachry Nur Mallo dan Dadang Dwi Putra
tahun 2007, jenis ini tidak diketahui statusnya dengan pasti. Data lokasi
penyebaran dan ekologinya diketahui dari beberapa literatur, yang hanya
berdasarkan perkiraan saja. Dalam beberapa literatur hanya mencantumkan Pulau
Banggai sebagai tempat penyebarannya.
B.
PERKEMBANGBIAKAN
Selama tahun
2006, 2010, 2014, 2015, 2016 dan 2018 telah berhasil ditemukan sarang Corvus
unicolor di sepuluh lokasi; Sabol, Momos, Alul-Kramat, Kramat (dekat
puncak), Amos, Buta Banggung (Indrawan, dkk., 2010), Dusun Bebe, Desa Luk
Labibi (Mallo dan Putra, 2007), Desa Malanggong, Desa Okulopotil, Dusun
Kokolomboi (dekat Tower) (Mallo, 2015).
Gambar 1. Induk Corvus unicolor di pohon Lithocarpus celebica (Dusun Kokolomboi) |
Dusun Bebe
terletak di tengah Pulau Peleng, sedangkan Sabol, Momos, Alul-Kramat, Kramat,
Amos, Buta Banggung, Desa Malanggong, Desa Okulopotil dan Kokolomboi (dekat
Tower) di barat Pulau Peleng. Lokasi sarang di Sabol, Alul-Kramat, Kramat dan Kokolomboi (dekat tower) terletak di hutan primer, di Momos, Amos dan Dusun Bebe
terletak di hutan sekunder.
Gambar 2. Sarang di Dusun Kokolomboi |
Di Desa
Malanggong satu pohon Palaquium sp., di Momos dijumpai empat sarang yang
masih aktif; tiga sarang dibuat pada
pohon Bombaceae dan satu sarang dibuat pada pohon Calophylum, di Alul-Kramat dijumpai
16 sarang yang
tidak aktif; lima
sarang dibuat pada
satu pohon Myristica sp., satu
sarang dibuat pada
pohon Canarium sp.,
sepuluh sarang dibuat pada pohon yang tidak diketahui jenisnya, di Kramat
(dekat puncak) satu
sarang tidak aktif dibuat pada satu pohon yang tidak
diketahui jenisnya,
Gambar 3. Sarang di Pohon Lithocarpus celebica Dusun Kokolomboi |
Gambar 4. Sarang di Desa Malanggong |
Gambar 5. Sarang di pohon Macaranga sp. Dusun Kokolomboi |
di Amos
dijumpai tujuh sarang aktif pada dua pohon yang tidak diketahui jenisnya, di
Buta Banggong sarang dijumpai masih aktif tetapi tidak diketahui jenisnya, di
Dusun Bebe satu
sarang aktif dibuat
pada pohon Pometia sp., di Desa Okulopotil dijumpai dua aktif
pada pohon Cananga sp. dan satu pohon tidak diketahui jenisnya, di Desa
Malanggong dijumpai satu sarang aktif pada pohon juga tidak diketahui jenisnya,
dan di Dusun Kokolomboi (dekat tower) dijumpai tiga sarang; satu aktif
diletakan pada pohon Lithorcarpus
celebica, satu sarang tidak aktif diletakan pada pohon terletak di perkebunan cengkeh (terdapat pepohonan)
dan (sebelum tower) satu sarang diletakan pada pohon Pinanga sp., dan di
Desa Okulopotil terletak di hutan sekunder bercampur lahan budidaya. Di Sabol
dijumpai empat sarang yang tidak aktif diletakkan pada Macaranga sp.
Dari
sepuluh lokasi dijumpainya sarang Corvus unicolor, hanya tujuh sarang
diketahui jumlah telur dan anaknya; pada sarang di Amos dijumpai pada dua
sarang masing-masing satu dan tiga telur, pada sarang di Buta Banggong dijumpai
tiga telur, pada sarang di Dusun Bebe dijumpai tiga anak yang masih berbulu
halus, pada sarang di Desa Okulopotil dijumpai masing-masing dari dua sarang
dua anak masih berbulu, pada sarang di Desa Malanggong dijumpai dua anak belum
berbulu dan pada sarang di Dusun Kokolomboi, dekat tower dijumpai dua anak
sudah berbulu (siap terbang) pada satu sarang lain (sebelum tower) dua anak
baru seminggu meninggalkan sarang.
Gambar 6. Diagram profil di pohon sarang Corvus unicolor di Dusun Bebe |
Dari data
tersebut di atas diketahui bila kita menghitung dijumpainya sarang aktif yang
berisi telur pada 15, 17 Mei 2007, 29
Juni 2007, tiga individu anak Corvus
unicolor dalam sarangnya
24 Juli 2007 (sesuai informasi
penangkap Gagak Banggai)
yang diperkirakan masih berumur maksimal satu hingga dua minggu (karena bulunya
masih halus), pada
15 Juli 2015 dan 2 hingga 25 Agustus 2015 dapat diperkirakan Corvus unicolor bertelur,
mengeram hingga membesarkan anaknya dalam sarang Mei dan Juni sampai awal
September, masa bercumbu dan membuat sarang diperkirakan sebelum Mei dan
Juni. Fakta ini
diperkuat dari pengamatan
I. Tinulele pada 3 Oktober 2004
di Desa
Leme-Leme Darat yang
mengamati sepasang induk Gagak Banggai mengajari anaknya makan
(diluar sarang)(Indrawan, 2004). Menurut Redaksi Ensiklopedi Indonesia (1989)
keluarga gagak diketahui menjalani masa pengeraman berlangsung dua hingga tiga
minggu dan masa membesarkan hasil eraman lima hingga enam minggu.
Gambar 7. Kontruksi pohon sarang (Lithocarpus celebica) Corvus unicolor setinggi 18 m di Dusun Kokolomboi |
Menurut
Mallo dan Putra (2008) dalam berkembangbiak kedua induk Corvus unicolor
sebagaimana keluarga gagak (Corvidae) membuat sarang berbentuk terbuka yang
kurang rapi dari ranting-ranting kayu yang kuat. Mallo (2015) telah melakukan
pengukuran dan pengamatan sarang di Dusun Kokolomboi (dekat Tower) (Mallo,
2015). Konstruksi sarang berupa tumpukan ranting kayu kuat dan agak besar yang
ukurannya bervariasi, tetapi rata-rata sebesar tulang daun aren (Arenga
pinnata). Ditengah tumpukan ranting tersebut dibuat ruangan khusus tempat
diletakan telur dan anak, materialnya lebih halus, berupa ranting-ranting lebih
kecil dan batang tumbuhan liana. Ukuran sarangnya cukup besar, total diameter
sarang 26,8 cm, ruang khusus 18,7 cm.
Tinggi letak sarang bervariasi antara 10 hingga 19 meter; di Dusun Bebe
sarang telah diletakkan pada pohon ”Toan” (Pometia sp.) (Mallo, 2007),
pada dahan tertinggi, dekat puncak kanopi setinggi 19 m, di Desa Okulopotil dua
sarang diletakkan masing-masing pada dahan tertinggi, dekat puncak kanopi
setinggi 7 m dan pada pohon Cananga sp. setinggi 15 m, di Desa
Malanggong pada dahan tertinggi dekat puncak kanopi setinggi 15 m dan di Dusun
Kokolomboi (dekat tower) Mallo menjumpai dua sarang; satu sarang diletakkan
pada pohon “barangan” (Lithocarpus celebica), dekat puncak tertinggi
kanopi, setinggi 15 m dan satu sarang pada pohon Macaranga sp., pada
dahan pertama setinggi 10 m (Mallo, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Coates,
B.J. and Bishop, K.D. 1997. A Guide to the Bird of Wallacea
(Sulawesi, the Moluccas and the Lesser Sunda Islands, Indonesia). Alderley.
Dove Publication.
Coates,
B.J. dan Bishop, K.D. 2000. Panduan Lapangan Burung-burung di
Kawasan Wallacea (Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara).
Terjemahan. Bogor. Birdlife-Indonesia Programme dan Dove Publication.
del Hoyo, J. and Collar, NJ. 2014. Illustrated Checklist of the Bird of the
World, Volume 1 Non Passerines. Lyns and Birdlife International.
del Hoyo, J. and Collar, NJ. 2016. Illustrated Checklist of the Bird of the
World, Volume 2 Passerines. Lyns and Birdlife International.
Ihsan, M.,
2011. Analisis
Kuantitatif Komunitas Burung di Pulau Peleng Dengan Fokus Gagak Banggai (Corvus
unicolor). Thesis. Institut Pertanian
Bogor (IPB). Bogor.
Indrawan
M, Tinulele, I and Masala, Y. 2004. Kuyak: the rediscovery of the
Banggai Crow Corvus unicolor in the mountains of western Peleng. (Tidak dipublikasikan).
Indrawan, M., Masala, Y., Putra, D.D., Mallo, F.N.,
Maleso, A., Salim, A., Masala, F., Tinulele, I., Pesik, L., Katiandagho, D.S. and Sunosol. 2010. Rediscovery of the Critically
Endagered Banggai Crow Corvus unicolor on Peleng Island, Indonesia; Part 1;
Ekologis. Bull. Brit. Orn. Cl. 130; 1546 -165.
King, B. 2009. Slender-billed Crow Corvus enca. On Banggai and Peleng Islands, of
Sulawesi. Kukila 14 2009; 67 – 69.
Maleso, A.
2016. Catatan Perkembangbiakan 17 Burung Pulau Peleng. Salakan.
Mallo, F.N., Putra, D.D., Rahman, A., Herlina, Lilis
dan Wati. 2006. Status Gagak Banggai
(Corvus unicolor) di Pulau Peleng, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Palu. Celebes Bird Club (CBC). Tidak
dipublikasikan.
Mallo, F.N. dan Putra, D.D. 2007. Status Gagak Banggai (Corvus unicolor) di
Pulau Peleng, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Palu. Celebes Bird Club (CBC). Tidak
dipublikasikan.
Mallo, F.N. dan D.D. Putra.
2008. Status Gagak Banggai (Corvus
unicolor) di Pulau Banggai dan bagian timur Pulau Peleng, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Palu. Celebes Bird Club (CBC). Tidak
dipublikasikan.
Mallo, F.N., Putra, D.D., Rasmunssen, P.C., Herlina, Soemadikarta, S., Indrawan, M.,
Darjono, Mallo, M.I.N., Sweet, P., Rahman, A., Raharjaningtrah, W., Masala, Y.,
and Verbelen, F. 2011. Rediscovery
of the Critically Endagered Banggai Crow Corvus unicolor on Peleng
Island, Indonesia; Part 2; Taxonomy. Bull. Brit. Orn. Cl. 130; 166
-180.
Mallo, F.N. dan Maleso,
A. 2015. Penggunaan
Pohon Untuk Bersarang, Bentuk Sarang dan Aktifitas Berbiak Gagak Banggai
(Corvus unicolor) di Pulau Peleng, Sulawesi Tengah.Palu.
Celebes Bird Club (CBC).
Mallo, F.N. Putra,
D.D., Rahman, A., Herlina. Mallo, M.I.N dan
Maleso, A. 2018. Gagak
Banggai, dan burung-burung di Kepulauan Banggai-Sula. Bandung.
Celebes Bird Club (CBC) dan Program Studi Magister Ilmu Lingkungan (PSMIL)
Universitas Padjadjaran.
Redaksi Ensiklopedi Indonesia1989. Burung, Ensikopedi Indonesia seri fauna.
Jakarta. PT.
Intermasa
1, 2,
3, 4 Celebes Bird Club (CBC), Jalan
Thamrin No. Palu,
5 KPB Spilornis Fahutan Universitas Tadulako-Palu,
6
Pengamat burung di Pulau Peleng, Desa Tatendeng, Kec. Buko, Kab. Banggai
Kepulauan.
Lampiran: Tabel pengamatan sarang Corvus unicolor.
No
|
Pengamat& waktu
pengamatan
|
Lokasi/habitat
|
Nama pohon/-diameter
|
Tinggi sarang
|
Jumlah sa-rang satu
pohon/sta-tus
|
Jum-lah anak/telur
|
Ukuran sarang
|
1.
|
Y. Masala & L. Pesik/22 Sept. 2006
|
Sabol/hutan primer
|
Palaquium sp./-
|
-
|
4 (tdk aktif)
|
-
|
-
|
2.
|
M. Indrawan/2,6,9 Okt. 2006
|
Momos/hutan sekunder
|
Bombaceae/20 cm
Calophyllum/15 cm
|
-
-
|
3/?
1
|
?
-
|
-
-
|
3.
|
M.. Indra-wan&S.Kanthian. Dago/2 Mei 2007
|
Alul-Kramat
c.700-900 mdpl/hutan primer
|
Myristica sp./25 cm
Canarium sp./15 cm
tdk diketahui jenisnya/20 cm
tdk diketa-hui/40 cm jenisnya
tdk diketahui jenisnya/-
|
-
-
-
-
-
|
5/tdk aktif
1/tdk aktif
2/?
7/tdk aktif
1/tdk aktif
|
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
|
4.
|
M. In-drawan/2 Mei 2007
|
Kramat (dekat Pun-cak)/hutan primer
|
tdk diketahui jenisnya/25 cm
|
-
|
2/tdk aktif
|
-
|
-
|
5.
|
Y. Ma-sala & L. Pe-sik/15,17 Mei 2007
|
Amos
700 m/hutan primer & sekunder
|
tdk diketahui jenisnya/10 cm
tdk diketahui jenisnya/15 cm
|
-
-
|
1/aktif
6/aktif
|
1 te-lur
3 te- lur
|
-
-
|
6.
|
Via/29 Juni 2007
|
Buta Bang-gong/-
|
tdk diketahui jenisnya/-
|
-
|
-/aktif
|
3 te-
Lur
|
-
|
7.
|
FN. Mallo & D.D. Putra (CBC) /24 Juli 2007
|
Dusun Bebe, Desa Tam-bos/hutan sekunder tua
|
Pometia sp./25 cm
|
17 m
|
1 /aktif (Se-pasang in-duk dibuat specimen saat ini di-simpan di Museum Zoologi Bogor
|
3 anak
|
-
|
8.
|
D.D. Putra/ 9 Mei
2013
|
Desa Ta-tendeng
|
?
|
?
|
Tidak aktif
|
-
|
|
9.
|
Alpian Maleso/
15 Juli 2015
|
Malang-gong/perkebunan
cengkeh
|
?
|
15 m
|
1/sarang aktif
|
2 anak be-lum ber-bulu
|
?
|
10.
|
Alpian Maleso/
2015
|
Okulopu-til/hutan
sekunder bercam-pur lahan budidaya
|
?
|
7 m
|
1/sarang aktif
|
2 anak sudah
ber-bulu
|
|
11.
|
F.N. Mallo &
Alpian Maleso/18 Agustus 2015
|
Ds. Ko-kolomboi
|
Lithocarpus
celebecum
|
15 m
|
1/sarang aktif
|
2 anak sudah berbulu
lebat
|
Diameter 26,8 cm
|
12.
|
F.N. Mallo &
Alpian Maleso/18 Agustus 2015
|
Ds. Ko-kolomboi
|
Macaranga sp.
|
10 m
|
1/sarang tidak
aktif
|
-
|
?
|
13.
|
Alpian Maleso/17
Nop. 2016
|
Okulopu-til/sisa
hutan campuran dengan
perkebunan/ketinggain 360 m
|
Cananga sp.
|
15 m
|
1/sarang aktif
|
2 anak
|
?
|
14.
|
Labi/ akhir Juli 2018
|
Ds. Ko-kolomboi
|
Pinanga sp.
|
?
|
Baru 1 minggu meninggal sarang
|
2 anak
|
?
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar