Selasa, 28 Agustus 2018

PERKEMBANGBIAKAN CORVUS UNICOLOR DI PULAU PELENG, SULAWESI TENGAH


Breeding Corvus unicolor on Peleng Island, Central Sulawesi
Fachry Nur Mallo 1, dadang Dwi Putra 2 Abdul Rahman 3, Herlina 4,
Moh. Ihsan Nur Mallo 5 dan Alpian Maleso 6

A.                PENDAHULUAN
Corvus unicolor merupakan jenis endemik Kepulauan Banggai.  Di kepulauan ini hanya ditemukan di Pulau Peleng, pada hutan-utan primer dan sekunder tua ketinggian 300 s/d 915 m.
Morfologinya mirip Corvus enca, kecuali dibedakan dari ciri yang hampir menyerupainya; matanya keputihan (Corvus enca gelap) dan bulunya hitam kecoklatan (Corvus enca hitam pekat). Tetapi menurut del Hoyo, et al (2016) jenis ini berkerabat lebih dekat Corvus unicolor, endemik daratan Sulawesi.  Morfologisnya sangat berbeda dengan Corvus typicus, tetapi suara, tingkah laku dan habitat lebih mirip dibanding Corvus enca.
Jenis ini dalam beberapa dekade terakhir diketahui hanya berdasarkan dua specimen yang dikoleksi oleh Rothschild dan Hartert, dari sebuah tempat yang tidak diketahui dengan pasti letaknya di Kepulauan Banggai selama rentang waktu 1884 - 1885 (Coates dan Bishop, 2000). Sejak saat itu hingga sebelum ditemukan Fachry Nur Mallo dan Dadang Dwi Putra  tahun 2007, jenis ini tidak diketahui statusnya dengan pasti. Data lokasi penyebaran dan ekologinya diketahui dari beberapa literatur, yang hanya berdasarkan perkiraan saja. Dalam beberapa literatur hanya mencantumkan Pulau Banggai sebagai tempat penyebarannya.
B.                 PERKEMBANGBIAKAN
Selama tahun 2006, 2010, 2014, 2015, 2016 dan 2018 telah berhasil ditemukan sarang Corvus unicolor di sepuluh lokasi; Sabol, Momos, Alul-Kramat, Kramat (dekat puncak), Amos, Buta Banggung (Indrawan, dkk., 2010), Dusun Bebe, Desa Luk Labibi (Mallo dan Putra, 2007), Desa Malanggong, Desa Okulopotil, Dusun Kokolomboi (dekat Tower) (Mallo, 2015).
Gambar 1. Induk Corvus unicolor di pohon Lithocarpus celebica (Dusun Kokolomboi)
Dusun Bebe terletak di tengah Pulau Peleng, sedangkan Sabol, Momos, Alul-Kramat, Kramat, Amos, Buta Banggung, Desa Malanggong, Desa Okulopotil dan Kokolomboi (dekat Tower) di barat Pulau Peleng. Lokasi sarang di Sabol, Alul-Kramat, Kramat dan Kokolomboi   (dekat tower) terletak di  hutan primer, di Momos, Amos dan Dusun Bebe terletak di hutan sekunder.
Gambar 2.  Sarang di Dusun Kokolomboi
Di Desa Malanggong satu pohon Palaquium sp., di Momos dijumpai empat sarang yang masih aktif; tiga sarang  dibuat pada pohon Bombaceae dan satu sarang dibuat pada pohon  Calophylum, di Alul-Kramat dijumpai 16  sarang  yang  tidak  aktif;  lima  sarang  dibuat  pada  satu  pohon  Myristica sp.,  satu  sarang  dibuat  pada  pohon  Canarium sp., sepuluh sarang dibuat pada pohon yang tidak diketahui jenisnya, di Kramat (dekat  puncak)  satu  sarang tidak aktif dibuat pada satu pohon yang  tidak  diketahui jenisnya,
Gambar 3.  Sarang di Pohon Lithocarpus celebica Dusun Kokolomboi
Gambar 4.  Sarang di Desa Malanggong
Gambar 5.  Sarang di pohon Macaranga sp.  Dusun Kokolomboi
di Amos dijumpai tujuh sarang aktif pada dua pohon yang tidak diketahui jenisnya, di Buta Banggong sarang dijumpai masih aktif tetapi tidak diketahui jenisnya,  di  Dusun  Bebe  satu  sarang  aktif  dibuat  pada pohon Pometia sp., di Desa Okulopotil dijumpai dua aktif pada pohon Cananga sp. dan satu pohon tidak diketahui jenisnya, di Desa Malanggong dijumpai satu sarang aktif pada pohon juga tidak diketahui jenisnya, dan di Dusun Kokolomboi (dekat tower) dijumpai tiga sarang; satu aktif diletakan pada pohon Lithorcarpus  celebica, satu sarang tidak aktif diletakan pada pohon terletak  di perkebunan cengkeh (terdapat pepohonan) dan (sebelum tower) satu sarang diletakan pada pohon Pinanga sp., dan di Desa Okulopotil terletak di hutan sekunder bercampur lahan budidaya. Di Sabol dijumpai empat sarang yang tidak aktif diletakkan pada Macaranga sp.
Dari sepuluh lokasi dijumpainya sarang Corvus unicolor, hanya tujuh sarang diketahui jumlah telur dan anaknya; pada sarang di Amos dijumpai pada dua sarang masing-masing satu dan tiga telur, pada sarang di Buta Banggong dijumpai tiga telur, pada sarang di Dusun Bebe dijumpai tiga anak yang masih berbulu halus, pada sarang di Desa Okulopotil dijumpai masing-masing dari dua sarang dua anak masih berbulu, pada sarang di Desa Malanggong dijumpai dua anak belum berbulu dan pada sarang di Dusun Kokolomboi, dekat tower dijumpai dua anak sudah berbulu (siap terbang) pada satu sarang lain (sebelum tower) dua anak baru seminggu meninggalkan sarang.
Gambar 6.  Diagram profil di pohon sarang Corvus unicolor di Dusun Bebe
Dari data tersebut di atas diketahui bila kita menghitung dijumpainya sarang aktif yang berisi telur pada 15, 17 Mei 2007,  29 Juni 2007, tiga individu  anak Corvus unicolor  dalam  sarangnya  24 Juli 2007  (sesuai  informasi  penangkap  Gagak   Banggai)  yang diperkirakan masih berumur maksimal satu hingga dua minggu (karena  bulunya  masih  halus),   pada   15 Juli 2015  dan  2 hingga 25 Agustus 2015 dapat  diperkirakan Corvus unicolor bertelur, mengeram hingga membesarkan anaknya dalam sarang Mei dan Juni sampai awal September, masa bercumbu dan membuat sarang diperkirakan sebelum Mei dan Juni.  Fakta  ini  diperkuat  dari  pengamatan  I. Tinulele pada  3 Oktober 2004 di  Desa   Leme-Leme   Darat   yang    mengamati  sepasang  induk Gagak Banggai mengajari anaknya makan (diluar sarang)(Indrawan, 2004). Menurut Redaksi Ensiklopedi Indonesia (1989) keluarga gagak diketahui menjalani masa pengeraman berlangsung dua hingga tiga minggu dan masa membesarkan hasil eraman lima hingga enam minggu. 
Gambar 7.  Kontruksi pohon sarang (Lithocarpus celebica)
Corvus unicolor setinggi 18 m di Dusun Kokolomboi
Menurut Mallo dan Putra (2008) dalam berkembangbiak kedua induk Corvus unicolor sebagaimana keluarga gagak (Corvidae) membuat sarang berbentuk terbuka yang kurang rapi dari ranting-ranting kayu yang kuat. Mallo (2015) telah melakukan pengukuran dan pengamatan sarang di Dusun Kokolomboi (dekat Tower) (Mallo, 2015). Konstruksi sarang berupa tumpukan ranting kayu kuat dan agak besar yang ukurannya bervariasi, tetapi rata-rata sebesar tulang daun aren (Arenga pinnata). Ditengah tumpukan ranting tersebut dibuat ruangan khusus tempat diletakan telur dan anak, materialnya lebih halus, berupa ranting-ranting lebih kecil dan batang tumbuhan liana. Ukuran sarangnya cukup besar, total diameter sarang 26,8 cm, ruang khusus 18,7 cm.   Tinggi letak sarang bervariasi antara 10 hingga 19 meter; di Dusun Bebe sarang telah diletakkan pada pohon ”Toan” (Pometia sp.) (Mallo, 2007), pada dahan tertinggi, dekat puncak kanopi setinggi 19 m, di Desa Okulopotil dua sarang diletakkan masing-masing pada dahan tertinggi, dekat puncak kanopi setinggi 7 m dan pada pohon Cananga sp. setinggi 15 m, di Desa Malanggong pada dahan tertinggi dekat puncak kanopi setinggi 15 m dan di Dusun Kokolomboi (dekat tower) Mallo menjumpai dua sarang; satu sarang diletakkan pada pohon “barangan” (Lithocarpus celebica), dekat puncak tertinggi kanopi, setinggi 15 m dan satu sarang pada pohon Macaranga sp., pada dahan pertama setinggi 10 m (Mallo, 2015).

DAFTAR PUSTAKA

Coates, B.J. and Bishop, K.D. 1997. A Guide to the Bird of Wallacea (Sulawesi, the Moluccas and the Lesser Sunda Islands, Indonesia). Alderley. Dove Publication.
Coates, B.J. dan Bishop, K.D. 2000. Panduan Lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea (Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara). Terjemahan. Bogor. Birdlife-Indonesia Programme dan Dove Publication.
del Hoyo, J. and Collar, NJ.  2014. Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume 1 Non Passerines. Lyns and Birdlife International.
del Hoyo, J. and Collar, NJ.  2016. Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume 2 Passerines. Lyns and Birdlife International.
Ihsan, M., 2011. Analisis Kuantitatif Komunitas Burung di Pulau Peleng Dengan Fokus Gagak Banggai (Corvus unicolor). Thesis. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Indrawan M, Tinulele, I and Masala, Y. 2004. Kuyak: the rediscovery of the Banggai Crow Corvus unicolor in the mountains of western Peleng. (Tidak dipublikasikan).
Indrawan, M., Masala, Y., Putra, D.D., Mallo, F.N., Maleso, A., Salim, A., Masala, F., Tinulele, I., Pesik, L., Katiandagho, D.S. and Sunosol. 2010. Rediscovery  of the Critically Endagered Banggai Crow Corvus unicolor on Peleng Island, Indonesia; Part 1; Ekologis. Bull. Brit. Orn. Cl. 130; 1546 -165.  
King, B. 2009. Slender-billed Crow Corvus enca. On Banggai and Peleng Islands, of Sulawesi. Kukila 14 2009; 67 – 69.
Maleso, A. 2016. Catatan Perkembangbiakan 17 Burung Pulau Peleng. Salakan.
Mallo, F.N., Putra, D.D., Rahman, A., Herlina, Lilis dan Wati. 2006. Status Gagak Banggai (Corvus unicolor) di Pulau Peleng, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Palu. Celebes Bird Club (CBC). Tidak dipublikasikan.
Mallo, F.N. dan Putra, D.D. 2007. Status Gagak Banggai (Corvus unicolor) di Pulau Peleng, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Palu. Celebes Bird Club (CBC). Tidak dipublikasikan.
 Mallo, F.N. dan D.D. Putra. 2008. Status Gagak Banggai (Corvus unicolor) di Pulau Banggai dan bagian timur Pulau Peleng, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Palu. Celebes Bird Club (CBC). Tidak dipublikasikan.
Mallo, F.N., Putra, D.D., Rasmunssen, P.C.,  Herlina, Soemadikarta, S., Indrawan, M., Darjono, Mallo, M.I.N., Sweet, P., Rahman, A., Raharjaningtrah, W., Masala, Y., and Verbelen, F. 2011. Rediscovery  of the Critically Endagered Banggai Crow Corvus unicolor on Peleng Island, Indonesia; Part 2; Taxonomy. Bull. Brit. Orn. Cl. 130; 166 -180.
Mallo, F.N. dan  Maleso, A. 2015. Penggunaan Pohon Untuk Bersarang, Bentuk Sarang dan Aktifitas Berbiak Gagak Banggai (Corvus unicolor) di Pulau Peleng, Sulawesi Tengah.Palu. Celebes Bird Club (CBC).
 Mallo, F.N. Putra, D.D., Rahman, A., Herlina. Mallo, M.I.N dan  Maleso, A. 2018. Gagak Banggai, dan burung-burung di Kepulauan Banggai-Sula. Bandung. Celebes Bird Club (CBC) dan Program Studi Magister Ilmu Lingkungan (PSMIL) Universitas Padjadjaran.
Redaksi Ensiklopedi Indonesia1989. Burung, Ensikopedi Indonesia seri fauna. Jakarta.                      PT. Intermasa
1, 2, 3, 4  Celebes Bird Club (CBC), Jalan Thamrin No.     Palu,
5  KPB Spilornis Fahutan Universitas Tadulako-Palu, 
6 Pengamat burung di Pulau Peleng, Desa Tatendeng, Kec. Buko, Kab. Banggai Kepulauan.

Lampiran: Tabel pengamatan sarang Corvus unicolor.



No

Pengamat& waktu pengamatan
Lokasi/habitat

Nama pohon/-diameter
Tinggi sarang
Jumlah sa-rang satu
pohon/sta-tus
Jum-lah anak/telur
Ukuran sarang

1.
Y. Masala & L. Pesik/22 Sept. 2006
Sabol/hutan primer
Palaquium sp./-
-
4 (tdk aktif)
-
-
2.
M. Indrawan/2,6,9 Okt. 2006
Momos/hutan sekunder



Bombaceae/20 cm

Calophyllum/15 cm
-


-
3/?


1
?


-

-


-
3.
M.. Indra-wan&S.Kanthian. Dago/2 Mei 2007
Alul-Kramat
c.700-900 mdpl/hutan primer
Myristica sp./25 cm
Canarium sp./15 cm
tdk diketahui jenisnya/20 cm
tdk diketa-hui/40 cm jenisnya
tdk diketahui jenisnya/-
-

-

-

-

-
5/tdk aktif
1/tdk aktif
2/?

7/tdk aktif
1/tdk aktif
-

-

-


-


-
-

-

-


-


-
4.
M. In-drawan/2 Mei 2007
Kramat (dekat Pun-cak)/hutan primer
tdk diketahui jenisnya/25 cm

-
2/tdk aktif
-
-
5.
Y. Ma-sala & L. Pe-sik/15,17 Mei 2007
Amos
700 m/hutan primer & sekunder
tdk diketahui jenisnya/10 cm
tdk diketahui jenisnya/15 cm

-


-
1/aktif


6/aktif
1 te-lur

3 te- lur
-


-
6.
Via/29 Juni 2007
Buta Bang-gong/-
tdk diketahui jenisnya/-

-
-/aktif
3 te-
Lur
-
7.
FN. Mallo & D.D. Putra (CBC) /24 Juli 2007
Dusun Bebe, Desa Tam-bos/hutan sekunder tua
Pometia sp./25 cm
17 m
1 /aktif (Se-pasang in-duk dibuat specimen saat ini di-simpan di Museum Zoologi Bogor
3  anak
-
8.
D.D. Putra/ 9 Mei 2013
Desa Ta-tendeng
?
?
Tidak aktif
-

9.
Alpian Maleso/
15 Juli 2015
Malang-gong/perkebunan cengkeh
?
15 m
1/sarang aktif
2 anak be-lum ber-bulu
?
10.
Alpian Maleso/
2015
Okulopu-til/hutan sekunder bercam-pur lahan budidaya
?
7 m
1/sarang aktif
2 anak sudah ber-bulu

11.
F.N. Mallo & Alpian Maleso/18 Agustus 2015
Ds. Ko-kolomboi
Lithocarpus  celebecum
15 m
1/sarang aktif
2 anak sudah berbulu lebat
Diameter 26,8 cm
12.
F.N. Mallo & Alpian Maleso/18 Agustus 2015
Ds. Ko-kolomboi
Macaranga sp.
10 m
1/sarang tidak aktif
-
?
13.
Alpian Maleso/17 Nop. 2016
Okulopu-til/sisa hutan campuran dengan  perkebunan/ketinggain 360 m
Cananga sp.
15 m
1/sarang aktif
2 anak
?
14.
Labi/ akhir Juli 2018
Ds. Ko-kolomboi
Pinanga sp.
?
Baru 1 minggu  meninggal sarang
2 anak
?






Tidak ada komentar:

Posting Komentar