Senin, 28 September 2020

PENGGUNAAN RELUNG HABITAT BURUNG DI KOTA BANDUNG: PENGAMATAN DI TAMAN MALUKU DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN

 Oleh Fachry Nur Mallo

Gambar 1. Pycnonotus aurigaster di Taman Maluku

PENDAHULUAN

Jenis burung yang terdapat di Kota Bandung cukup tinggi, karena di kota ini masih memiliki areal bervegetasi cukup luas di beberapa tempat.  Areal tersebut sebagian tersebar di taman-taman kota. Selain itu, juga pada areal halaman rumah, halaman perkantoran dan ruang publik yang juga ditanami tumbuhan, baik jenis tumbuhan semak maupun tumbuhan tinggi.

Penggunaan relung habitat burung di Kota Bandung merupakan suatu obyek kajian menarik, obyek ini jarang diketahui.  Kegiatan survei dan pengamatan lebih sering dilakukan untuk inventarisasi jenis dan populasinya.

Oleh karena itu penulis terdorong menulis tulisan ini terkait hal tersebut.  Tulisan ini hanya bersifat pengamatan di lapangan.  Walaupun metode digunakan sangat sederhana, tetapi kaidah digunakan sudah menggunakan prinsip-prinsip kajian terhadap obyek ini.  Dengan demikian hasil tulisan ini dapat menjadi pengetahuan awal penggunaan relung oleh burung di Kota Bandung.

Dalam melakukan pengamatan penulis memilih dua tempat, yaitu Taman Maluku dan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin.  Pemilihan kedua tempat tersebut dengan pertimbangan karena keduanya memiliki kondisi habitat yang berbeda.  Taman Maluku didominasi vegetasi pohon yang cukup rapat, sedangkan Lapas Sukamiskin didominasi areal terbuka, sedikit vegetasi pepohonan.  Untuk jelasnya diuraikan singkat dekskripsi kondisi tempat tersebut, yaitu:

Taman Maluku

Taman seluas 2,4 ha (Mulyana 2013) ini diapit jalan Maluku, Jalan Aceh dan Jalan Saparua.  Memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi dan penutupan kanopi besar, hal ini membuat intensitas caha erlalu tinggi.  Usia pohon-pohon sudah cukup tua walaupun terdapat beberapa pohon anakan yang baru ditanam di sekitarnya.  Jenis tumbuhan di taman ini diantaranya Ficus sp, Casuarina sp., Eugenia spp., Muntingia calabura, Swietwnia sp. Canarium sp., Samanea sp., Cassia sp. Lagerstroemia sp. Caesalpinia ya tidak t pulcherrima, Aglaia sp., Ixora sp. dan Gardenia sp.

Diantara taman-taman yang ada di Kota Bandung, aktivitas manusia relatif rendah di taman ini, walaupun terbuka bagi umum.

Lapas Sukamiskin

Lapas Sukamiskin yang memiliki luas lebih dari 2 ha terletak di Jalan AH. Nasution.  Sebagian besar ruang terbuka berupa areal berumput dan pavin block, di beberapa tempat terdapat tanaman budidaya membentuk sebagian besar vegetasi semak   hingga   tajuk   bawah setinggi   maksimal 7 meter.  Jenis tumbuhan tajuk bawah tercatat adalah Eugenia sp., Alstonia shcolaris, Mangifera indica, Cocos nucifera dan Muntingia calabura.  Tumbuhan semak umumnya; Psidium guajava, Eugenia sp. Musa sp. dan anakan jenis tumbuhan tajuk bawah.

Lapas Sukamiskin merupakan kompleks penjara yang dihuni lebih dari 400 narapidana. Hal menyebabkan aktifitas manusia sangat ramai di tempat ini.

Gambar 2. Othotomus ruficeps di Taman Maluku

JENIS BURUNG

Taman Maluku

Di Taman Maluku tercatat 30 jenis burung, terdiri dari 19 melakukan aktifitas di pepohonan/semak, 5 jenis melakukan aktifitas di pepohonan dan areal terbuka, 2 jenis penghuni areal terbuka, 2 jenis melakukan aktifitas di pepohonan dan areal berair dan 3 jenis melakukan aktifitas di angkasa.

Tabel 1. Daftar jenis burung di Taman Maluku.

No.

Jenis

Tipe habitat dihuni

Keterangan

TA

TB

SM

AT

A

01

Spilopelia chinensis

-

U

S

U

-

S,P

02

Geopelia striata

-

U

S

U

-

P, introduksi hidup liar

03

Caprimulgus affinis

-

-

-

?

J

P

04

Collocalia linchi

-

-

-

-

U

S,P

05

Aerodramus fuciphagus

-

-

-

-

U

S,P

06

Apus nipalensis

-

-

-

-

U

S

07

Cacomantis merulinus

-

U

S

-

-

S, P

08

Cacomantis variolosus

-

S

S

-

-

ST

09

Otus lempiji

-

S

S

-

-

P,B

10

Halcyon cyanoventris

-

U

U

U

-

P

11

Todiramphus chloris

-

S

S

S

 

ST

12

Psilopogon haemacephalus

U

U

S

-

-

S,P

13

Dendrocopos analis

U

U

-

-

-

S, P

14

Falco peregrinus

S

-

-

-

-

P

(14A)

Probosciger aterrimus

S

-

-

-

-

S, introduksi

(14B)

Loriculus galgulus

S

S

-

-

-

S, introduksi

15

Psittacula alexandri

U

S

-

-

-

S,P

16

Gerygone sulphurea

-

U

S

-

-

P

17

Lanius tigrinus

-

S

S

-

-

P

18

Othotomus ruficeps

-

S

U

-

-

S,P

19

Pycnonotus aurigaster

U

U

S

U

-

S,P

20

Pycnonotus goiavier

S

S

S

S

-

P

21

Zosterops palpebrosus

U

U

U

-

-

S,P

22

Sitta frontalis

-

S

-

-

-

P,introduksi hidup liar?

23

Pastor roseus

-

-

-

S

-

P,B, introduksi?

24

Agropsar sturninus

S

S

-

-

-

P

25

Acridotheres javanicus

-

S

S

U

-

P,S

(25A)

Scissirostrum dubium

 

 

 

 

 

ST, introduksi

26

Muscicapa dauurica

S

U

S

-

-

P

27

Ficedula zanthopygia

S

S

S

-

-

P

28

Dicaeum trochileum

-

U

U

-

-

S,P

29

Cynniris jugularis

-

S

U

-

-

S,P

30

Passer montanus

-

-

-

U

-

S,P

Keterangan: TA= Tajuk atas; TB=Tajuk bawah; SM= semak; AT=areal terbuka; A= angkasa; P= Pengamatan pribadi; S= Sholihah dkk.; B= Bandung Birding; ST= Siti Rochaytun Sutedja; U= umum; AB= Agak banyak; S= Sedikit

Lapas Sukamiskin

Di Lapas Sukamiskin tercatat 21 jenis burung, terdiri dari 5 jenis melakukan aktifitas di pepohonan/semak, 2 jenis melakukan aktifitas di pepohonan dan areal terbuka, 5 jenis penghuni areal terbuka, 1 jenis melakukan aktifitas di pepohonan dan areal berair dan 6 jenis melakukan aktifitas di angkasa.

Tabel  2.  Daftar  jenis burung di Lapas Sukamiskin

No.

Jenis

Tipe habitat dihuni

 

Keterangan

TA

TB

SM

AT

A

01

Columba livia

-

-

-

U

-

 

02

Spilopelia chinensis

-

U

S

U

-

 

03

Geopelia striata

-

S

S

S

-

 

04

Caprimulgus affinis

-

-

-

S

U

 

05

Collocalia linchi

-

-

-

-

U

 

06

Aerodramus fuciphagus

-

-

-

-

U

 

07

Apus nipalensis

-

-

-

-

U

 

08

Halcyon cyanoventris

-

-

-

?

-

Terbang melintas

09

Psilopogon haemacephalus

-

?

-

-

 

10

Dendrocopos analis

-

?

-

-

-

11

Artamus leucoryn

-

-

-

-

U

 

12

Cecropis daurica

-

-

-

-

U

 

13

Hirundo rustica

-

-

-

-

U

 

14

Pycnonotus aurigaster

-

U

U

S

-

 

15

Zosterops palpebrosus

-

U

U

-

-

 

16

Acridotheres javanicus

-

S

S

U

-

 

17

Dicaeum trochileum

-

U

U

-

-

 

18

Lonchuro leucogastroides

-

-

-

U

-

 

19

Lonchura punctulata

-

-

-

U

-

 

20

Passer montanus

-

-

-

U

-

 

Keterangan : TA= Tajuk atas; TB=Tajuk bawah; SM= semak; AT=areal terbuka; A= angkasa;

PENGGUNAAN RELUNG

Taman Maluku 

Penggunaan relung burung di Taman Maluku dapat dibagi lima kategori, yaitu:

Pertama melakukan aktifitas sepenuhnya di pepohonan dan semak sejumlah 19 jenis; Cacomantis merulinus, Cacomantis variolosus, Otus lempiji, Psilopogon haemacephalus, Dendrocopos analis, Falco peregrinus, Psittacula alexandri, Gerygone sulphurea, Lanius tigrinus, Othotomus ruficeps, Pycnonotus aurigaster, Pycnonotus goiavier, Zosterops palpebrosus, Sitta frontalis, Agropsar sturninus, Muscicapa dauurica, Ficedula zanthopygia, Dicaeum trochileum dan Cinnyris jugularis.

Gambar 3.  Zosterops palpebrosus di Taman Maluku

Kedua
melakukan aktifitas di pepohonan dan areal terbuka sejumlah 4 jenis; Spilopelia chinensis, Geopelia striata, Pastor roseus dan Acridotheres javanicus.

Ketiga melakukan aktifitas di areal terbuka sejumlah 3 jenis; Caprimulgus affinis, Acridotheres javanicus dan Passer montanus.

Keempat melakukan aktifitas di pepohonan dan areal berair sejumlah 2 jenis; Halcyon cyanoventris dan Todiramphus chloris.

Kelima melakukan aktifitas di angkasa sejumlah 3 jenis; Collocalia linchi, Aerodramus fuciphagus dan Apus nipalensis.

Kategori pertama. Taman ini didominasi jenis yang melakukan aktifitas sepenuhnya pada vegetasi pohon termasuk vegetasi semak.  Dari 30 jenis burung di Taman Maluku, tercatat 19 jenis yang melakukan aktifitas dengan memanfaatkan berbagai strata secara vertikal vegetasi pepohonan.

Pada strata tajuk atas dan tajuk bawah dijumpai Otus lempiji, Psilopogon haemacephalus, Dendrocopos analis, Falco peregrinus, Psittacula alexandri, Pycnonotus aurigaster, Pycnonotus goiavier, Agropsar sturninus, Muscicapa dauurica dan Ficedula zanthopygia.  Falco peregrinus, dijumpai sekali terbang lalu bertengger pada puncak pohon tinggi.  Jenis ini merupakan pengunjung jarang ke pemukiman pusat kota.  Psittacula alexandri merupakan jenis penghuni asli strata tajuk atas.  Jenis ini sangat jarang melakukan aktifitas pada strata lebih ke bawah.  Sedangkan Otus lempiji, Psilopogon haemacephalus, Dendrocopos analis, Pycnonotus aurigaster, Pycnonotus goiavier, Agropsar sturninus, Muscicapa dauurica dan Ficedula zanthopygia selain memanfaatkan relung di strata tajuk atas dan tajuk bawah, bahkan kadang juga terlihat di strata semak.

Gambar 4. Cinnyris jugularis di Taman Maluku

Diantara burung-burung penghuni vegetasi pohon, terdapat 10 jenis lainnya dijumpai beraktifitas hanya pada strata tajuk bawah, yaitu: Cacomantis merulinus, Gerygone sulphurea, Lanius tigrinus, Othotomus ruficeps, Zosterops palpebrosus, Sitta frontalis, Dicaeum trochileum dan Cinnyris jugularis. Tetapi diantaranya juga melakukan aktifitas di strata semak terutama Lanius tigrinus, Zosterops palpebrosus, Dicaeum trochileum dan Cinnyris jugularis. 

Kategori kedua sejumlah 4 jenis; Streptopelia chinensis, Geopelia striata, Pastor roseus dan Acridotheres javanicus.  Jenis-jenis ini sangat membutuhkan vegetasi pohon atau semak dan areal terbuka. Umumnya pepohonan atau semak digunakan sebagai tempat bersarang dan berlindung, sementara areal terbuka menjadi tempat mencari makan.

Kategori Ketiga melakukan aktifitas di tempat terbuka sejumlah 2 jenis; Caprimulgus affinis dan Passer montanus. Kedua jenis ini jarang dijumpai, karena sedikit areal terbuka yang tersedia. Penulis hanya menjumpai Caprimulgus affinis dua kali terbang berburu serangga.

Gambar 5.  Lanius tigrinus di Taman Maluku

Kategori keempat hanya dua jenis, yaitu Halcyon cyanoventris dan Todiramphus chloris. Halcyon cyanoventris merupaan jenis burung endemik jawa yang umum dijumpai pada areal berair sekitar pemukiman agak terpencil pemukiman pusat kota. Jenis ini sangat mengagumkan, karena mampu beradaptasi terhadap hampir semua vegetasi berair atau dekat air di dataran rendah Jawa, termasuk di areal pusat pemukiman.  Diduga kemampuan adaptasi Halcyon cyanoventris yang tinggi menyebabkan Todirhamphus chloris tidak melimpah populasinya di dataran rendah Jawa, dibandingkan tempat lain di luar Jawa.  Karena jenis ini sangat kompetitif dalam memperebutkan sumberdaya.

Gambar 6. Halcyon cyanoventris di Taman Maluku

Di Taman Maluku, saya beberapa kali mengamati Halcyon cyanoventris bertengger di tepi kolam. Kola ini setiap hari ramai dikunjungi manusia.  Tetapi jenis ini berakifitas saat pengunjung tidak melakukan aktifitas di sekitar kolam.  Todiramphus chloris hanya sekali dijumpai.

Gambar 7. Psilopogon haemacephalus di Taman Maluku

Kategori kelima berjumlah tiga jenis, yaitu; Collocalia linchi, Aerodramus fuciphagus dan Apus nipalensis. Apus nipalensis merupakan pengunjung dari utara khatulistiwa saat musim dingin. Dua jenis lain residen.  Ketiga jenis ini memanfaatkan vegetasi pepohonan, semak, areal terbuka mencari serangga.

Gambar 8.  Muscicapa dauurica di Taman Maluku

Lapas Sukamiskin 

Penggunaan relung habitat burung di Lapas Sukamiskin dapat dibagi lima kategori, yaitu:

Pertama, melakukan aktifitas sepenuhnya di pepohonan dan semak sejumlah 5 jenis; Psilopogon haemacephalus, Dendrocopos analis, Pycnonotus aurigaster, Zosterops palpebrosus dan Dicaeum trochileum.

Kedua, melakukan aktifitas di pepohonan dan areal terbuka sejumlah 2 jenis; Streptopelia chinensis dan Geopelia striata.

Ketiga, melakukan aktifitas di tempat terbuka sejumlah 5 jenis; Columba livia, Caprimulgus affinis, Lonchura leucogastroides, Lonchura punctulata dan Passer montanus.

Keempat, melakukan aktifitas di pepohonan dan areal berair sejumlah 1 jenis; Halcyon cyanoventris.

Kelima, melakukan aktifitas di angkasa sejumlah 6 jenis; Collocalia linchi, Aerodramus fuciphagus, Apus nipalensis, Artamus leucoryn, Cecropis daurica dan Hirundo rustica.

Kategori pertama, di habitat ini sedikit jenis yang melakukan aktifitas sepenuhnya pada vegetasi pohon termasuk vegetasi semak.  Dari 20 jenis burung di tempat ini, hanya tercatat 5 jenis yang melakukan aktifitas dengan memanfaatkan berbagai strata secara vertikal vegetasi pepohonan.

Pepohonan di Lapas Sukamiskin maksimal hanya setinggi 7 meter dan vegetasi terbentuk hampir seluruh semak setinggi 3 meter.  Dengan demikian di tempat ini hanya terdapat dua strata vegetasi; semak dan tajuk bawah.

Gambar 9.  Dendrocopos analis di Taman Maluku

Dua penghuni strata tajuk atas dan tajuk bawah (Psilopogon haemacephalus dan Dendrocopos analis) hanya sering terbang melintas, tidak pernah dijumpai bertengger di dalam Lapas Sukamiskin, karena tidak ada adanya pohon tinggi.  Sedangkan tiga jenis lain (Pycnonotus aurigaster, Zosterops palpebrosus dan Dicaeum trochileum) sering dijumpai melakukan aktifitas di kedua strata tersebut. Diantara ketiga jenis tersebut, Pycnonotus aurigaster dan Dicaeum trochileum, paling sering melakukan aktifitas.

Kategori kedua, sejumlah 2 jenis; Streptopelia chinensis dan Geopelia striata.  Streptopelia chinensis umum dijumpai mencari makan di areal terbuka luas, sedangkan Geopelia striata jarang. Selain bertenggar di pepohonan kedua jenis tersebut sering juga bertengger di atas bangunan.

Gambar 10.  Cacomantis merulinus di Taman Maluku

Kategori Ketiga, melakukan aktifitas di areal terbuka sejumlah 5 jenis; Columba livia, Caprimulgus affinis, Lonchura leucogastroides, Lonchura punctulata dan Passer montanus. Kelima jenis ini umum dijumpai pada areal-areal berumput dan berpohonan di areal berbuka, juga lahan budidaya dan areal persawahan. Saat buah padi sudah berisi melimpah dijumpai Lonchura leucogastroides.  Lonchura punctulata tidak pernah saya jumpai di areal persawahan, dan juga tidak pernah berbaur dengan Lonchura leucogastroides.  Jenis tersebut lebih sering memakan buah rumput.  Padahal di areal persawahan di Jawa jenis ini juga kadang memakan buah padi.  Mungkin karena areal persawahan ini sangat sempit, sehingga harus berkompetisi ketat dengan Lonchura leucogastroides untuk mendapatkan buah padi.  Caprimulgus affinis cukup umum dijumpai melakukan aktifitas berburu serangga pada areal terbuka.

Gambar 11.  Pastor roseus di Taman Maluku

Kategori keempat hanya satu jenis, yaitu Halcyon cyanoventris.  Hanya dijumpai terbang melintas, tidak pernah bertengger di Lapas Sukamiskin.  Padahal di Lapas Sukamiskin terdapat kolam praktek wirausaha bagi para narapidana.

Kategori kelima berjumlah enam jenis, yaitu; Collocalia linchi, Aerodramus fuciphagus, Apus nipalensis, Artamus leucoryn, Cecropis daurica dan Hirundo rustica.  Apus nipalensis dan Hirundo rustica merupakan pengunjung dari utara khatulistiwa saat musim dingin.  Keduanya memanfaatkan vegetasi pepohonan, semak, areal terbuka mencari serangga.  Keduanya cukup umum djumpai saat musim migran.  Keempat jenis lain yang residen, umum djumpai beterbangan pada areal terbuka.

Perbandingan Penggunaan Relung Habitat Burung di Taman Maluku dan Lapas Sukamiskin

Dibandingkan Lapas Sukamiskin, pada Taman Maluku lebih banyak dijumpai jenis burung.  Hal ini disebabkan karena di Taman Maluku areal vegetasi tumbuhan pohon tersedia cukup luas dan jenisnya lebih beragam dibanding di Lapas Sukamiskin.  Selain itu strata vegetasinya lebih lengkap; yang terdiri dari strata tajuk atas, strata tajuk bawah dan strata semak.  Sedangkan areal vegetasi terbentuk di Lapas Sukamiskin sempit, kurang beragam jenisnya, dan hanya terdapat strata tajuk bawah dan semak.  Strata tajuk bawah hanya pada beberapa pohon berketinggian hingga 8 meter.  Jenis tumbuhan pohon pada strata semak dominan terbentuk.

Hal ini menjadi fator penyebab sehingga di Lapas Sukamiskin hanya terdapat tiga jenis penghuni asli strata semak dan tajuk atas, yaitu Pycnonotus aurigaster, Zosterops palpebrosus dan Dicaeum trochileum, sedangkan dua jenis lain (Psilopogon haemacephalus dan Dendrocopos analis) di tempat lain penghuni tajuk atas dan tajuk bawah hanya terbang melintas di Lapas Sukamiskin, karena tidak tersedia pohon-pohon tinggi.

Gambar 12.  Acridotheres javanicus di Taman Maluku

Taman Maluku sebagian besar dihuni jenis burung yang melakukan aktifitas sepenuhnya di pepohonan dan semak, dibanding yang melakukan aktifitas di tipe habitat lain.  Hal ini disebaban karena sebagian besar areal di tempat ini berupa vegetasi tumbuhan pohon tinggi dan semak.

Jenis yang melakukan aktifitas di pepohonan dan areal terbuka di Taman Maluku juga lebih banyak daripada di Lapas Sukamiskin, hal tidak lepas karena terdapatnya areal vegetasi berpohon dan semak yang luas.

Tetapi untuk kategori jenis melakukan aktifitas di areal terbuka lebih banyak terdapat di Lapas Sukamiskin dari pada Taman Maluku.  Hal ini disebabkan karena areal terbuka lebih dominan di Lapas Sukamiskin dibanding tipe habitat lain, sedangkan di Taman Maluku sedikit tersedia areal tebuka.  Selain itu kehadiran Lonchura leucogastroides dan Lonchura punctulata di Lapas Sukamiskin, juga disebabkan karena posisi Lapas Sukamiskin berada pada tempat dimana aktifitas kendaraaan dan manusia tidak sepadat di sekitar Taman Maluku.  Serta di sekitar Lapas Sukamiskin masih terdapat areal terbuka yang menjadi habitat kedua jenis tersebut.

Tabel  3.   Daftar  perbandingan penggunaan relung pada habitat  burung di  Taman Maluku dan Lapas Sukamiskin

No.

Kategori habitat dihuni

Taman Maluku

 

Lapas Sukamiskin

 

1

Melakukan aktifitas sepenuhnya di pepohonan dan semak

19

5

2

Melakukan aktifitas di pepohonan dan areal terbuka

4

2

3

Melakukan aktifitas di tempat terbuka

3

5

4

Melakukan aktifitas di pepohonan dan areal berair

2

1

5

Melakukan aktifitas di angkasa

3

6

J  u  m  l  a  h

30

21

Banyaknya tersedia areal terbuka di Lapas Sukamiskin juga dapat dilihat dari respon kehadiran jenis kategori melakukan aktifitas di angkasa yang juga menyukai areal terbuka lebih banyak dibanding di Taman Maluku.  Tetapi kehadiran Artamus leucoryn, Cecropis daurica dan Hirundo rustica di Lapas Sukamiskin juga disebabkan karena posisi Lapas Sukamiskin berada pada tempat dimana aktifitas kendaraan dan manusia tidak sepadat di sekitar Taman Maluku.

Jenis yang melakukan aktifitas di pepohonan dan areal berair lebih banyak di Taman Maluku daripada di Lapas Sukamiskin.  Di Lapas Sukamiskin juga terdapat di beberapa tempat kolam pemeliharaan ikan, tetapi tidak pernah dikunjungi Halcyon cyanoventris.  Jenis ini hanya terbang melintas melewati atas kolam.  Hal ini disebabkan karena ramainya aktifitas manusia di kolam-kolam tersebut pada siang hari.  Kolam di Taman Maluku juga ramai dikunjungi manusia, tetapi pada waktu-waktu tertentu tidak ada aktifitas manusia, sehingga dimanfaatkan jenis tersebut mencari makan. Di Taman Maluku tercatat dua jenis penghuni tipe habitat ini, satu jenis lagi lain adalah Todiramphus chloris, tetapi penghuni asli habitat ini adalah Halcyon cyanoventris.

Selama saya mengamati di Taman Maluku hanya menjumpai Halcyon cyanoventris, tidak pernah menjumpai Todiramphus chloris.  Tetapi saya mendapatan informasi berbeda dari satu foto Siti Rochayatunn yang mendokumentasian satu individu Todiramphus chloris di Taman Maluku, padahal kedua jenis ini berkomeptisi ketat, dengan demikian tidak mungkin hidup bersama dalam areal yang kecil seperti Taman Maluku.  Dari informasi Siti Rochayatunn bahwa sejak ia menemukan Todiramphus chloris tidak menemukan lagi Halcyon cyanoventris.  Diduga Halcyon cyanoventris telah ditangkap pemburu burung, mengingat tingginya aktifitas pemburuan burung di Taman Maluku, atau telah mati. Hal ini menyebabkan terjadi kekosongan relung, sehingga diisi oleh Todiramphus chloris. Mungkin juga Halcyon cyanoventris pindah ke tempat lain karena kalah berkompetisi dengan Todiramphus chloris. Alasan terakhir kecil kemungkinan terjadi, karena dalam berkompetisi Halcyon cyanoventris lebih unggul dari Todiramphus chloris.

Adaptasi beberapa jenis burung dalam menghuni relung

Satu hal menarik di Lapas Sukamiskin adalah adaptasi Pycnonotus aurigaster, Zosterops palpebrosus dan Dicaeum trochileum hidup di vegetasi ekstrim.  Lapas Sukamiskin merupakan tempat yang ekstrim bagi kehidupan burung penghuni pepohonan, karena di tempat ini sedikit ditumbuhi tumbuhan. Tumbuhan yang ada tumbuh berpencar diselingi areal terbuka luas, yang maksimal hanya setinggi 8 meter, serta aktifitas manusia sepanjang siang hari sangat tinggi.  Hanya jenis-jenis burung yang dapat beradaptasi dengan situasi ekstrim tersebut dapat hidup di Lapas Sukamiskin, sehingga di tempat ini sedikit dijumpai jenis penghuni vegetasi pohon/semak.

Di tempat ini hanya dijumpai Pycnonotus aurigaster, Zosterops palpebrosus dan Dicaeum trochileum pada tipe vegetasi tersebut.  Sementara Gerygone sulphurea, Othotomus ruficeps dan Cynniris jugularis yang juga hidup mapan di semua tempat bervegetasi pohon di pusat-pusat perkotaan, termasuk di Taman Maluku tidak dijumpai, karena tidak dapat beradaptasi.

Dengan demikian hal ini menunjukan kemampuan adaptasi Pycnonotus aurigaster, Zosterops palpebrosus dan Dicaeum trochileum lebih tinggi dibanding Gerygone sulphurea, Othotomus ruficeps dan Cynniris jugularis dalam menghuni habitat eksrim.  Fenomena ini dapat menjadi rujukan untuk menilai kemampuan adaptasi jenis-jenis burung tersebut secara umum di Kota Bandung.

Gambar 13.  Dicaeum trochileum di Taman Maluku

Perbandingan adaptasi Halcyon cyanoventris di kedua tempat ini juga menarik. Halcyon cyanoventris merupakan jenis burung endemik Jawa yang memiliki adaptasi tinggi hidup di perkotaan. Tetapi walaupun demikian tidak semua areal cocok dengan aktifitas jenis ini.  Di Lapas Sukamiskin jenis ini belum pernah teramati mengunjungi kolam-kolam peliharaan ikan, meskipun di tempat tersebut terdapat sumber makananan melimpah, berupa katak dan ikan-ikan kecil bagi jenis tersebut. Jenis ini hanya terbang tinggi melitas diatas kolam-kolam tersebut.  Jenis ini tidak dapat melakukan aktifitas di kolam-kolam Lapas Sukamiskin, karena tidak terdapat pohon tinggi dan memiliki kerapatan cukup menjadi tempat bertengger sehingga tidak menyolok terlihat, dan tidak adanya jeda aktifitas manusia. Jenis ini dapat melakukan aktifitas di Taman Maluku karena terdapat vegetasi tumbuhan tinggi dan yang rapat.  Walaupaun tempat ini banyak dikunjungi manusia, tetapi ada jeda waktu aktifitas manusia.

Ucapan Terima Kasih

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu selama dilakukan pengamatan burung di Taman Maluku, terutama Kang Budi Hermawan, Kang Ader Rahmat, Kang Adi Sugiarto, Teh Dewi Wahyuni, Kang Radiktya Akasah dan Kang Whishal M. Dasanova. Juga, teman-teman Bandung Birding (Bandring), yang telah bersama-sama melakukan pengamatan secara rutin di Taman Maluku. Terutama Kang Sam Ade, Kang Nugie, Kang Iqbal, Kang Gagah, Kang Alam dan Kang Maulana Rahman. Serta Teh Siti Rochayatunn yang banyak menginformasikan hasil pengamatannya di Taman Maluku kepada penulis.

Juga tidak kalah penting adik saya Moh. Ihsan Nur Mallo, yang telah membantu mengedit dan memposting tulisan ini. Serta semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu selama melakukan kegiatan di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

del Hoyo, J. & Collar, N.J.  2014. Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume 1 Non Passerines. Lynx and Birdlife International.

Del Hoyo, J. & Collar, N.J.  2016. Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume 2 Passerines. Lynx and Birdlife International.

Endah, G.P. & Partasasmita R. 2015. Keanekaan jenis burung di Taman Kota Bandung, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, Volume 1, Nomor 6, September 2015.

Iskandar, J., 2015. Keaneka Hayati Jenis Binatang, Manfaat Ekologi Bagi Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.

MacArthur, R.H. & Wilson E. 2001. The Theory of Island Biogeography.  Princeton University Press.

MacKinnon, J. 1991. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Mallo, F.N. 2016. Catatan Pengamatan Burung-burung di Jawa. Tidak dipublikasikan.

Mulyana, S. 2013. Kajian Jenis Pohon Potensial Untuk Hutan Kota Bandung, Jawa Barat (Study of Tree Species Potential for Urban Forest in Bandung City, West Java). Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. Volume 10, Nomor 1.

Putra, Y.M.P., & Ramadhani M., 2018. Burung Semakin Jauhi Wilayah Perkotaan. Republika. Kamis 6 Pebruari 2017.

Whittaker, R.J. & Fernandes-Falacois, J.M.  2013. Island Biogeography, Ecology, Evolution, and Conservation. Oxford University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar