Oleh Fachry Nur Mallo
Gambar 1. Pycnonotus aurigaster di Taman Maluku |
PENDAHULUAN
Jenis burung yang terdapat di Kota Bandung
cukup tinggi, karena di kota ini masih memiliki areal bervegetasi cukup luas di
beberapa tempat. Areal tersebut sebagian
tersebar di taman-taman kota. Selain itu, juga pada areal halaman rumah,
halaman perkantoran dan ruang publik yang juga ditanami tumbuhan, baik jenis
tumbuhan semak maupun tumbuhan tinggi.
Penggunaan relung habitat burung di Kota Bandung merupakan suatu obyek kajian menarik, obyek ini jarang diketahui. Kegiatan survei dan pengamatan lebih sering dilakukan untuk inventarisasi jenis dan populasinya.
Oleh karena itu penulis terdorong menulis
tulisan ini terkait hal tersebut. Tulisan
ini hanya bersifat pengamatan di lapangan. Walaupun metode digunakan sangat sederhana,
tetapi kaidah digunakan sudah menggunakan prinsip-prinsip kajian terhadap obyek
ini. Dengan demikian hasil tulisan ini
dapat menjadi pengetahuan awal penggunaan relung oleh burung di Kota Bandung.
Dalam melakukan pengamatan penulis memilih
dua tempat, yaitu Taman Maluku dan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin. Pemilihan kedua tempat tersebut dengan
pertimbangan karena keduanya memiliki kondisi habitat yang berbeda. Taman Maluku didominasi vegetasi pohon yang
cukup rapat, sedangkan Lapas Sukamiskin didominasi areal terbuka, sedikit
vegetasi pepohonan. Untuk jelasnya
diuraikan singkat dekskripsi kondisi tempat tersebut, yaitu:
Taman Maluku
Taman seluas 2,4 ha (Mulyana 2013) ini
diapit jalan Maluku, Jalan Aceh dan Jalan Saparua. Memiliki keanekaragaman hayati yang cukup
tinggi dan penutupan kanopi besar, hal ini membuat intensitas caha erlalu
tinggi. Usia pohon-pohon sudah cukup tua
walaupun terdapat beberapa pohon anakan yang baru ditanam di sekitarnya. Jenis tumbuhan di taman ini diantaranya Ficus
sp, Casuarina sp., Eugenia spp., Muntingia
calabura, Swietwnia sp. Canarium sp., Samanea sp., Cassia sp. Lagerstroemia
sp. Caesalpinia ya tidak t pulcherrima, Aglaia sp., Ixora sp. dan Gardenia sp.
Diantara taman-taman yang ada di Kota
Bandung, aktivitas manusia relatif rendah di taman ini, walaupun terbuka bagi
umum.
Lapas Sukamiskin
Lapas Sukamiskin yang memiliki luas lebih
dari 2 ha terletak di Jalan AH. Nasution. Sebagian besar ruang terbuka berupa areal
berumput dan pavin block, di beberapa tempat terdapat tanaman budidaya membentuk
sebagian besar vegetasi semak
hingga tajuk bawah setinggi maksimal 7 meter. Jenis tumbuhan tajuk bawah tercatat adalah Eugenia
sp., Alstonia shcolaris, Mangifera indica, Cocos nucifera dan Muntingia
calabura. Tumbuhan semak umumnya; Psidium guajava, Eugenia sp. Musa sp.
dan anakan jenis tumbuhan tajuk bawah.
Lapas Sukamiskin merupakan kompleks penjara
yang dihuni lebih dari 400 narapidana. Hal menyebabkan aktifitas manusia sangat
ramai di tempat ini.
Gambar 2. Othotomus ruficeps di Taman Maluku |
JENIS BURUNG
Taman Maluku
Di Taman Maluku tercatat 30 jenis burung,
terdiri dari 19 melakukan aktifitas di pepohonan/semak, 5 jenis melakukan
aktifitas di pepohonan dan areal terbuka, 2 jenis penghuni areal terbuka, 2
jenis melakukan aktifitas di pepohonan dan areal berair dan 3 jenis melakukan
aktifitas di angkasa.
Tabel 1. Daftar jenis burung di Taman Maluku.
No. |
Jenis |
Tipe habitat
dihuni |
Keterangan |
||||
TA |
TB |
SM |
AT |
A |
|||
01 |
Spilopelia chinensis |
- |
U |
S |
U |
- |
S,P |
02 |
Geopelia striata |
- |
U |
S |
U |
- |
P, introduksi hidup liar |
03 |
Caprimulgus
affinis |
- |
- |
- |
? |
J |
P |
04 |
Collocalia linchi |
- |
- |
- |
- |
U |
S,P |
05 |
Aerodramus fuciphagus |
- |
- |
- |
- |
U |
S,P |
06 |
Apus nipalensis |
- |
- |
- |
- |
U |
S |
07 |
Cacomantis merulinus |
- |
U |
S |
- |
- |
S, P |
08 |
Cacomantis variolosus |
- |
S |
S |
- |
- |
ST |
09 |
Otus lempiji |
- |
S |
S |
- |
- |
P,B |
10 |
Halcyon cyanoventris |
- |
U |
U |
U |
- |
P |
11 |
Todiramphus
chloris |
- |
S |
S |
S |
|
ST |
12 |
Psilopogon
haemacephalus |
U |
U |
S |
- |
- |
S,P |
13 |
Dendrocopos analis |
U |
U |
- |
- |
- |
S, P |
14 |
Falco peregrinus |
S |
- |
- |
- |
- |
P |
(14A) |
Probosciger aterrimus |
S |
- |
- |
- |
- |
S, introduksi |
(14B) |
Loriculus galgulus |
S |
S |
- |
- |
- |
S, introduksi |
15 |
Psittacula alexandri |
U |
S |
- |
- |
- |
S,P |
16 |
Gerygone sulphurea |
- |
U |
S |
- |
- |
P |
17 |
Lanius tigrinus |
- |
S |
S |
- |
- |
P |
18 |
Othotomus ruficeps |
- |
S |
U |
- |
- |
S,P |
19 |
Pycnonotus aurigaster |
U |
U |
S |
U |
- |
S,P |
20 |
Pycnonotus goiavier |
S |
S |
S |
S |
- |
P |
21 |
Zosterops palpebrosus |
U |
U |
U |
- |
- |
S,P |
22 |
Sitta frontalis |
- |
S |
- |
- |
- |
P,introduksi hidup liar? |
23 |
Pastor roseus |
- |
- |
- |
S |
- |
P,B, introduksi? |
24 |
Agropsar sturninus |
S |
S |
- |
- |
- |
P |
25 |
Acridotheres javanicus |
- |
S |
S |
U |
- |
P,S |
(25A) |
Scissirostrum dubium |
|
|
|
|
|
ST, introduksi |
26 |
Muscicapa
dauurica |
S |
U |
S |
- |
- |
P |
27 |
Ficedula zanthopygia |
S |
S |
S |
- |
- |
P |
28 |
Dicaeum trochileum |
- |
U |
U |
- |
- |
S,P |
29 |
Cynniris jugularis |
- |
S |
U |
- |
- |
S,P |
30 |
Passer montanus |
- |
- |
- |
U |
- |
S,P |
Keterangan: TA= Tajuk atas; TB=Tajuk
bawah; SM= semak; AT=areal terbuka; A= angkasa; P= Pengamatan pribadi; S= Sholihah dkk.; B= Bandung Birding;
ST= Siti Rochaytun Sutedja; U= umum; AB= Agak
banyak; S= Sedikit
Lapas Sukamiskin
Di Lapas Sukamiskin tercatat 21 jenis
burung, terdiri dari 5 jenis melakukan aktifitas di pepohonan/semak, 2 jenis
melakukan aktifitas di pepohonan dan areal terbuka, 5 jenis penghuni areal
terbuka, 1 jenis melakukan aktifitas di pepohonan dan areal berair dan 6 jenis
melakukan aktifitas di angkasa.
Tabel 2. Daftar jenis burung di
Lapas Sukamiskin
No. |
Jenis |
Tipe habitat
dihuni |
Keterangan |
||||
TA |
TB |
SM |
AT |
A |
|||
01 |
Columba livia |
- |
- |
- |
U |
- |
|
02 |
Spilopelia chinensis |
- |
U |
S |
U |
- |
|
03 |
Geopelia striata |
- |
S |
S |
S |
- |
|
04 |
Caprimulgus
affinis |
- |
- |
- |
S |
U |
|
05 |
Collocalia linchi |
- |
- |
- |
- |
U |
|
06 |
Aerodramus fuciphagus |
- |
- |
- |
- |
U |
|
07 |
Apus nipalensis |
- |
- |
- |
- |
U |
|
08 |
Halcyon cyanoventris |
- |
- |
- |
? |
- |
Terbang melintas |
09 |
Psilopogon haemacephalus |
- |
? |
- |
- |
|
|
10 |
Dendrocopos analis |
- |
? |
- |
- |
- |
|
11 |
Artamus
leucoryn |
- |
- |
- |
- |
U |
|
12 |
Cecropis daurica |
- |
- |
- |
- |
U |
|
13 |
Hirundo rustica |
- |
- |
- |
- |
U |
|
14 |
Pycnonotus aurigaster |
- |
U |
U |
S |
- |
|
15 |
Zosterops palpebrosus |
- |
U |
U |
- |
- |
|
16 |
Acridotheres javanicus |
- |
S |
S |
U |
- |
|
17 |
Dicaeum trochileum |
- |
U |
U |
- |
- |
|
18 |
Lonchuro leucogastroides |
- |
- |
- |
U |
- |
|
19 |
Lonchura punctulata |
- |
- |
- |
U |
- |
|
20 |
Passer montanus |
- |
- |
- |
U |
- |
|
Keterangan : TA= Tajuk atas;
TB=Tajuk bawah; SM= semak; AT=areal terbuka; A= angkasa;
PENGGUNAAN RELUNG
Taman Maluku
Penggunaan relung burung di Taman Maluku
dapat dibagi lima kategori, yaitu:
Pertama melakukan
aktifitas sepenuhnya di pepohonan dan semak sejumlah 19 jenis; Cacomantis
merulinus, Cacomantis variolosus, Otus lempiji, Psilopogon haemacephalus, Dendrocopos
analis, Falco peregrinus, Psittacula alexandri, Gerygone sulphurea, Lanius tigrinus, Othotomus
ruficeps, Pycnonotus aurigaster, Pycnonotus
goiavier, Zosterops palpebrosus, Sitta frontalis, Agropsar sturninus, Muscicapa
dauurica, Ficedula zanthopygia, Dicaeum trochileum dan Cinnyris jugularis.
Gambar 3. Zosterops palpebrosus di Taman Maluku |
Kedua melakukan aktifitas di pepohonan dan areal terbuka sejumlah 4 jenis; Spilopelia chinensis, Geopelia striata, Pastor roseus dan Acridotheres javanicus.
Ketiga melakukan
aktifitas di areal terbuka sejumlah 3 jenis; Caprimulgus affinis, Acridotheres
javanicus dan Passer montanus.
Keempat melakukan aktifitas
di pepohonan dan areal berair sejumlah 2 jenis; Halcyon cyanoventris dan Todiramphus
chloris.
Kelima melakukan
aktifitas di angkasa sejumlah 3 jenis; Collocalia
linchi, Aerodramus fuciphagus dan
Apus nipalensis.
Kategori
pertama.
Taman ini didominasi jenis yang melakukan aktifitas sepenuhnya pada vegetasi
pohon termasuk vegetasi semak. Dari 30
jenis burung di Taman Maluku, tercatat 19 jenis yang melakukan aktifitas dengan
memanfaatkan berbagai strata secara vertikal vegetasi pepohonan.
Pada strata tajuk atas dan tajuk bawah dijumpai Otus lempiji, Psilopogon haemacephalus, Dendrocopos analis, Falco peregrinus, Psittacula alexandri, Pycnonotus aurigaster, Pycnonotus goiavier, Agropsar sturninus, Muscicapa dauurica dan Ficedula zanthopygia. Falco peregrinus, dijumpai sekali terbang lalu bertengger pada puncak pohon tinggi. Jenis ini merupakan pengunjung jarang ke pemukiman pusat kota. Psittacula alexandri merupakan jenis penghuni asli strata tajuk atas. Jenis ini sangat jarang melakukan aktifitas pada strata lebih ke bawah. Sedangkan Otus lempiji, Psilopogon haemacephalus, Dendrocopos analis, Pycnonotus aurigaster, Pycnonotus goiavier, Agropsar sturninus, Muscicapa dauurica dan Ficedula zanthopygia selain memanfaatkan relung di strata tajuk atas dan tajuk bawah, bahkan kadang juga terlihat di strata semak.
Gambar 4. Cinnyris jugularis di Taman Maluku |
Diantara burung-burung penghuni vegetasi
pohon, terdapat 10 jenis lainnya dijumpai beraktifitas hanya pada strata tajuk
bawah, yaitu: Cacomantis merulinus, Gerygone sulphurea, Lanius tigrinus, Othotomus
ruficeps, Zosterops palpebrosus, Sitta frontalis, Dicaeum trochileum dan Cinnyris
jugularis. Tetapi diantaranya juga melakukan aktifitas di strata semak
terutama Lanius tigrinus, Zosterops palpebrosus, Dicaeum trochileum dan
Cinnyris jugularis.
Kategori
kedua
sejumlah 4 jenis; Streptopelia chinensis,
Geopelia striata, Pastor roseus dan Acridotheres javanicus. Jenis-jenis
ini sangat membutuhkan vegetasi pohon atau semak dan areal terbuka. Umumnya pepohonan
atau semak digunakan sebagai tempat bersarang dan berlindung, sementara areal
terbuka menjadi tempat mencari makan.
Kategori Ketiga melakukan aktifitas di tempat terbuka sejumlah 2 jenis; Caprimulgus affinis dan Passer montanus. Kedua jenis ini jarang dijumpai, karena sedikit areal terbuka yang tersedia. Penulis hanya menjumpai Caprimulgus affinis dua kali terbang berburu serangga.
Gambar 5. Lanius tigrinus di Taman Maluku |
Kategori keempat hanya dua jenis, yaitu Halcyon cyanoventris dan Todiramphus chloris. Halcyon cyanoventris merupaan jenis burung endemik jawa yang umum dijumpai pada areal berair sekitar pemukiman agak terpencil pemukiman pusat kota. Jenis ini sangat mengagumkan, karena mampu beradaptasi terhadap hampir semua vegetasi berair atau dekat air di dataran rendah Jawa, termasuk di areal pusat pemukiman. Diduga kemampuan adaptasi Halcyon cyanoventris yang tinggi menyebabkan Todirhamphus chloris tidak melimpah populasinya di dataran rendah Jawa, dibandingkan tempat lain di luar Jawa. Karena jenis ini sangat kompetitif dalam memperebutkan sumberdaya.
Gambar 6. Halcyon cyanoventris di Taman Maluku |
Di Taman Maluku, saya beberapa kali mengamati Halcyon cyanoventris bertengger di tepi kolam. Kola ini setiap hari ramai dikunjungi manusia. Tetapi jenis ini berakifitas saat pengunjung tidak melakukan aktifitas di sekitar kolam. Todiramphus chloris hanya sekali dijumpai.
Gambar 7. Psilopogon haemacephalus di Taman Maluku |
Kategori kelima berjumlah tiga jenis, yaitu; Collocalia linchi, Aerodramus fuciphagus dan Apus nipalensis. Apus nipalensis merupakan pengunjung dari utara khatulistiwa saat musim dingin. Dua jenis lain residen. Ketiga jenis ini memanfaatkan vegetasi pepohonan, semak, areal terbuka mencari serangga.
Gambar 8. Muscicapa dauurica di Taman Maluku |
Lapas
Sukamiskin
Penggunaan relung habitat burung di Lapas Sukamiskin
dapat dibagi lima kategori, yaitu:
Pertama, melakukan
aktifitas sepenuhnya di pepohonan dan semak sejumlah 5 jenis; Psilopogon haemacephalus, Dendrocopos analis, Pycnonotus aurigaster, Zosterops
palpebrosus dan Dicaeum trochileum.
Kedua, melakukan aktifitas di pepohonan dan areal terbuka sejumlah 2 jenis; Streptopelia chinensis dan Geopelia striata.
Ketiga, melakukan
aktifitas di tempat terbuka sejumlah 5 jenis; Columba livia, Caprimulgus
affinis, Lonchura leucogastroides,
Lonchura punctulata dan Passer
montanus.
Keempat, melakukan
aktifitas di pepohonan dan areal berair sejumlah 1 jenis; Halcyon cyanoventris.
Kelima, melakukan
aktifitas di angkasa sejumlah 6 jenis; Collocalia
linchi, Aerodramus fuciphagus, Apus nipalensis, Artamus leucoryn, Cecropis
daurica dan Hirundo rustica.
Kategori
pertama,
di habitat ini sedikit jenis yang melakukan aktifitas sepenuhnya pada vegetasi
pohon termasuk vegetasi semak. Dari 20
jenis burung di tempat ini, hanya tercatat 5 jenis yang melakukan aktifitas
dengan memanfaatkan berbagai strata secara vertikal vegetasi pepohonan.
Pepohonan di Lapas Sukamiskin maksimal hanya setinggi 7 meter dan vegetasi terbentuk hampir seluruh semak setinggi 3 meter. Dengan demikian di tempat ini hanya terdapat dua strata vegetasi; semak dan tajuk bawah.
Gambar 9. Dendrocopos analis di Taman Maluku |
Dua penghuni strata tajuk atas dan tajuk
bawah (Psilopogon haemacephalus dan Dendrocopos analis) hanya sering terbang
melintas, tidak pernah dijumpai bertengger di dalam Lapas Sukamiskin, karena
tidak ada adanya pohon tinggi. Sedangkan
tiga jenis lain (Pycnonotus aurigaster,
Zosterops palpebrosus dan Dicaeum trochileum) sering dijumpai
melakukan aktifitas di kedua strata tersebut. Diantara ketiga jenis tersebut, Pycnonotus aurigaster dan Dicaeum trochileum, paling sering
melakukan aktifitas.
Kategori kedua, sejumlah 2 jenis; Streptopelia chinensis dan Geopelia striata. Streptopelia chinensis umum dijumpai mencari makan di areal terbuka luas, sedangkan Geopelia striata jarang. Selain bertenggar di pepohonan kedua jenis tersebut sering juga bertengger di atas bangunan.
Gambar 10. Cacomantis merulinus di Taman Maluku |
Kategori Ketiga, melakukan aktifitas di areal terbuka sejumlah 5 jenis; Columba livia, Caprimulgus affinis, Lonchura leucogastroides, Lonchura punctulata dan Passer montanus. Kelima jenis ini umum dijumpai pada areal-areal berumput dan berpohonan di areal berbuka, juga lahan budidaya dan areal persawahan. Saat buah padi sudah berisi melimpah dijumpai Lonchura leucogastroides. Lonchura punctulata tidak pernah saya jumpai di areal persawahan, dan juga tidak pernah berbaur dengan Lonchura leucogastroides. Jenis tersebut lebih sering memakan buah rumput. Padahal di areal persawahan di Jawa jenis ini juga kadang memakan buah padi. Mungkin karena areal persawahan ini sangat sempit, sehingga harus berkompetisi ketat dengan Lonchura leucogastroides untuk mendapatkan buah padi. Caprimulgus affinis cukup umum dijumpai melakukan aktifitas berburu serangga pada areal terbuka.
Gambar 11. Pastor roseus di Taman Maluku |
Kategori
keempat
hanya satu jenis, yaitu Halcyon
cyanoventris. Hanya dijumpai terbang
melintas, tidak pernah bertengger di Lapas Sukamiskin. Padahal di Lapas Sukamiskin terdapat kolam
praktek wirausaha bagi para narapidana.
Kategori
kelima
berjumlah enam jenis, yaitu; Collocalia
linchi, Aerodramus fuciphagus, Apus nipalensis, Artamus leucoryn, Cecropis
daurica dan Hirundo rustica. Apus
nipalensis dan Hirundo rustica
merupakan pengunjung dari utara khatulistiwa saat musim dingin. Keduanya memanfaatkan vegetasi pepohonan,
semak, areal terbuka mencari serangga. Keduanya
cukup umum djumpai saat musim migran. Keempat
jenis lain yang residen, umum djumpai beterbangan pada areal terbuka.
Perbandingan
Penggunaan Relung Habitat Burung di Taman Maluku dan Lapas Sukamiskin
Dibandingkan Lapas Sukamiskin, pada Taman Maluku
lebih banyak dijumpai jenis burung. Hal
ini disebabkan karena di Taman Maluku areal vegetasi tumbuhan pohon tersedia
cukup luas dan jenisnya lebih beragam dibanding di Lapas Sukamiskin. Selain itu strata vegetasinya lebih lengkap; yang
terdiri dari strata tajuk atas, strata tajuk bawah dan strata semak. Sedangkan areal vegetasi terbentuk di Lapas Sukamiskin
sempit, kurang beragam jenisnya, dan hanya terdapat strata tajuk bawah dan
semak. Strata tajuk bawah hanya pada
beberapa pohon berketinggian hingga 8 meter. Jenis tumbuhan pohon pada strata semak dominan
terbentuk.
Hal ini menjadi fator penyebab sehingga di Lapas Sukamiskin hanya terdapat tiga jenis penghuni asli strata semak dan tajuk atas, yaitu Pycnonotus aurigaster, Zosterops palpebrosus dan Dicaeum trochileum, sedangkan dua jenis lain (Psilopogon haemacephalus dan Dendrocopos analis) di tempat lain penghuni tajuk atas dan tajuk bawah hanya terbang melintas di Lapas Sukamiskin, karena tidak tersedia pohon-pohon tinggi.
Gambar 12. Acridotheres javanicus di Taman Maluku |
Taman Maluku sebagian besar dihuni jenis
burung yang melakukan aktifitas sepenuhnya di pepohonan dan semak, dibanding
yang melakukan aktifitas di tipe habitat lain. Hal ini disebaban karena sebagian besar areal
di tempat ini berupa vegetasi tumbuhan pohon tinggi dan semak.
Jenis yang melakukan aktifitas di pepohonan
dan areal terbuka di Taman Maluku juga lebih banyak daripada di Lapas Sukamiskin,
hal tidak lepas karena terdapatnya areal vegetasi berpohon dan semak yang luas.
Tetapi untuk kategori jenis melakukan
aktifitas di areal terbuka lebih banyak terdapat di Lapas Sukamiskin dari pada
Taman Maluku. Hal ini disebabkan karena
areal terbuka lebih dominan di Lapas Sukamiskin dibanding tipe habitat lain,
sedangkan di Taman Maluku sedikit tersedia areal tebuka. Selain itu kehadiran Lonchura leucogastroides dan Lonchura
punctulata di Lapas Sukamiskin, juga disebabkan karena posisi Lapas Sukamiskin
berada pada tempat dimana aktifitas kendaraaan dan manusia tidak sepadat di
sekitar Taman Maluku. Serta di sekitar
Lapas Sukamiskin masih terdapat areal terbuka yang menjadi habitat kedua jenis
tersebut.
Tabel 3. Daftar perbandingan
penggunaan relung pada habitat burung di
Taman Maluku dan Lapas Sukamiskin
No. |
Kategori habitat dihuni |
Taman Maluku |
Lapas Sukamiskin |
1 |
Melakukan
aktifitas sepenuhnya di pepohonan dan semak |
19 |
5 |
2 |
Melakukan
aktifitas di pepohonan dan areal terbuka |
4 |
2 |
3 |
Melakukan
aktifitas di tempat terbuka |
3 |
5 |
4 |
Melakukan
aktifitas di pepohonan dan areal berair |
2 |
1 |
5 |
Melakukan
aktifitas di angkasa |
3 |
6 |
J
u m l
a h |
30 |
21 |
Banyaknya
tersedia areal terbuka di Lapas Sukamiskin juga dapat dilihat dari respon
kehadiran jenis kategori melakukan aktifitas di angkasa yang juga menyukai
areal terbuka lebih banyak dibanding di Taman Maluku. Tetapi kehadiran Artamus leucoryn, Cecropis
daurica dan Hirundo rustica di
Lapas Sukamiskin juga disebabkan karena posisi Lapas Sukamiskin berada pada
tempat dimana aktifitas kendaraan dan manusia tidak sepadat di sekitar Taman
Maluku.
Jenis yang melakukan aktifitas di pepohonan
dan areal berair lebih banyak di Taman Maluku daripada di Lapas Sukamiskin. Di Lapas Sukamiskin juga terdapat di beberapa
tempat kolam pemeliharaan ikan, tetapi tidak pernah dikunjungi Halcyon cyanoventris. Jenis ini hanya terbang melintas melewati atas
kolam. Hal ini disebabkan karena
ramainya aktifitas manusia di kolam-kolam tersebut pada siang hari. Kolam di Taman Maluku juga ramai dikunjungi
manusia, tetapi pada waktu-waktu tertentu tidak ada aktifitas manusia, sehingga
dimanfaatkan jenis tersebut mencari makan. Di Taman Maluku tercatat dua jenis
penghuni tipe habitat ini, satu jenis lagi lain adalah Todiramphus chloris, tetapi penghuni asli habitat ini adalah Halcyon cyanoventris.
Selama saya mengamati di Taman Maluku hanya
menjumpai Halcyon cyanoventris, tidak
pernah menjumpai Todiramphus chloris.
Tetapi saya mendapatan informasi berbeda
dari satu foto Siti Rochayatunn yang mendokumentasian satu individu Todiramphus chloris di Taman Maluku,
padahal kedua jenis ini berkomeptisi ketat, dengan demikian tidak mungkin hidup
bersama dalam areal yang kecil seperti Taman Maluku. Dari informasi Siti Rochayatunn bahwa sejak ia
menemukan Todiramphus chloris tidak
menemukan lagi Halcyon cyanoventris. Diduga Halcyon
cyanoventris telah ditangkap pemburu burung, mengingat tingginya aktifitas
pemburuan burung di Taman Maluku, atau telah mati. Hal ini menyebabkan terjadi
kekosongan relung, sehingga diisi oleh Todiramphus
chloris. Mungkin juga Halcyon
cyanoventris pindah ke tempat lain karena kalah berkompetisi dengan Todiramphus chloris. Alasan terakhir
kecil kemungkinan terjadi, karena dalam berkompetisi Halcyon cyanoventris lebih unggul dari Todiramphus chloris.
Adaptasi beberapa
jenis burung dalam menghuni relung
Satu hal menarik di Lapas Sukamiskin adalah
adaptasi Pycnonotus aurigaster, Zosterops palpebrosus dan Dicaeum trochileum hidup di vegetasi
ekstrim. Lapas Sukamiskin merupakan
tempat yang ekstrim bagi kehidupan burung penghuni pepohonan, karena di tempat
ini sedikit ditumbuhi tumbuhan. Tumbuhan yang ada tumbuh berpencar diselingi
areal terbuka luas, yang maksimal hanya setinggi 8 meter, serta aktifitas
manusia sepanjang siang hari sangat tinggi. Hanya jenis-jenis burung yang dapat
beradaptasi dengan situasi ekstrim tersebut dapat hidup di Lapas Sukamiskin,
sehingga di tempat ini sedikit dijumpai jenis penghuni vegetasi pohon/semak.
Di tempat ini hanya dijumpai Pycnonotus aurigaster, Zosterops palpebrosus dan Dicaeum trochileum pada tipe vegetasi
tersebut. Sementara Gerygone sulphurea, Othotomus
ruficeps dan Cynniris jugularis
yang juga hidup mapan di semua tempat bervegetasi pohon di pusat-pusat
perkotaan, termasuk di Taman Maluku tidak dijumpai, karena tidak dapat
beradaptasi.
Dengan demikian hal ini menunjukan kemampuan adaptasi Pycnonotus aurigaster, Zosterops palpebrosus dan Dicaeum trochileum lebih tinggi dibanding Gerygone sulphurea, Othotomus ruficeps dan Cynniris jugularis dalam menghuni habitat eksrim. Fenomena ini dapat menjadi rujukan untuk menilai kemampuan adaptasi jenis-jenis burung tersebut secara umum di Kota Bandung.
Gambar 13. Dicaeum trochileum di Taman Maluku |
Perbandingan adaptasi Halcyon cyanoventris di kedua tempat ini juga menarik. Halcyon cyanoventris merupakan jenis
burung endemik Jawa yang memiliki adaptasi tinggi hidup di perkotaan. Tetapi
walaupun demikian tidak semua areal cocok dengan aktifitas jenis ini. Di Lapas Sukamiskin jenis ini belum pernah
teramati mengunjungi kolam-kolam peliharaan ikan, meskipun di tempat tersebut
terdapat sumber makananan melimpah, berupa katak dan ikan-ikan kecil bagi jenis
tersebut. Jenis ini hanya terbang tinggi melitas diatas kolam-kolam tersebut. Jenis ini tidak dapat melakukan aktifitas di
kolam-kolam Lapas Sukamiskin, karena tidak terdapat pohon tinggi dan memiliki
kerapatan cukup menjadi tempat bertengger sehingga tidak menyolok terlihat, dan
tidak adanya jeda aktifitas manusia. Jenis ini dapat melakukan aktifitas di
Taman Maluku karena terdapat vegetasi tumbuhan tinggi dan yang rapat. Walaupaun tempat ini banyak dikunjungi
manusia, tetapi ada jeda waktu aktifitas manusia.
Ucapan Terima Kasih
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang turut membantu selama dilakukan pengamatan burung di Taman Maluku,
terutama Kang Budi Hermawan, Kang Ader Rahmat, Kang Adi Sugiarto, Teh Dewi
Wahyuni, Kang Radiktya Akasah dan Kang Whishal M. Dasanova. Juga, teman-teman
Bandung Birding (Bandring), yang telah bersama-sama melakukan pengamatan secara
rutin di Taman Maluku. Terutama Kang Sam Ade, Kang Nugie, Kang Iqbal, Kang
Gagah, Kang Alam dan Kang Maulana Rahman. Serta Teh Siti Rochayatunn yang
banyak menginformasikan hasil pengamatannya di Taman Maluku kepada penulis.
Juga tidak kalah penting adik saya Moh. Ihsan
Nur Mallo, yang telah membantu mengedit dan memposting tulisan ini. Serta semua
pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu selama melakukan kegiatan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
del Hoyo, J. &
Collar, N.J. 2014. Illustrated Checklist
of the Bird of the World, Volume 1 Non Passerines. Lynx and Birdlife
International.
Del Hoyo, J. &
Collar, N.J. 2016. Illustrated Checklist
of the Bird of the World, Volume 2 Passerines. Lynx and Birdlife International.
Endah, G.P. & Partasasmita
R. 2015. Keanekaan jenis burung di Taman Kota Bandung, Jawa Barat. Pros Sem Nas
Masy Biodiv Indon, Volume 1, Nomor 6, September 2015.
Iskandar, J., 2015.
Keaneka Hayati Jenis Binatang, Manfaat Ekologi Bagi Manusia. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
MacArthur, R.H.
& Wilson E. 2001. The Theory of Island Biogeography. Princeton University Press.
MacKinnon, J. 1991.
Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Mallo, F.N. 2016.
Catatan Pengamatan Burung-burung di Jawa. Tidak dipublikasikan.
Mulyana, S. 2013.
Kajian Jenis Pohon Potensial Untuk Hutan Kota Bandung, Jawa Barat (Study of
Tree Species Potential for Urban Forest in Bandung City, West Java). Jurnal
Analisis Kebijakan Kehutanan. Volume 10, Nomor 1.
Putra, Y.M.P.,
& Ramadhani M., 2018. Burung Semakin Jauhi Wilayah Perkotaan. Republika.
Kamis 6 Pebruari 2017.
Whittaker, R.J.
& Fernandes-Falacois, J.M. 2013.
Island Biogeography, Ecology, Evolution, and Conservation. Oxford University
Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar