Pada hari Sabtu dan Minggu, saya sering
mengajak staf saya; Devi, Bush, Iman dan Ilham bertualang di Teluk Tomori dan
hutan pesisir pantai Cagar Alam Morowali, refresing setelah lima hari sibuk
dengan rutinitas kesibukan kantor. Dalam petualangan, mereka menyalurkan hobi
memancing ikan, sedangkan saya manfaatkan mengamati burung pantai, burung hutan
di pesisir pantai dan pulau-pulau kecil sambil ikut memancing ikan.
Kali ini saya mengajak lagi mereka
bertualang di Teluk Tomori. Pukul 08.00 pada 20 Maret 2010 kami berangkat dari
Kolonodale menyewa perahu tempel milik Aco, seorang nelayan di Kolonodale.
Setelah melakukan perjalanan di beberapa tempat, tidak ada hal yang menarik
saya amati, burung yang jumpai juga sering saya amati sebelumnya. Sore hari
kami berlabuh di Teluk Babulusa. Devi, Bush, Iman dan Ilham sibuk mancing,
sementara saya, selain aktif memancing, juga sibuk mengamati burung hutan
pesisir pantai; di hutan pesisir pantai umum saya jumpai dan mendengar suara Ardea sumatrana, Ptilinopus subgularis, Ducula
aenea, Ducula luctuosa, Gallus gallus, Eudynamis melanorhyncha, Dicrurus
hottentottus dan Oriolus chinensis. Di tempat ini
kelak (18 September 2010) saya mendengar
suara Ninox ios.
Foto 1 : Teluk Tomori, tempat saya menjumpai Tyto inexpectata. |
Keesokan harinya,
kami menyusuri muara
Sungai Morowali dan perairan
dekat Pulau Nanaka, di tempat ini saya menjumpai kawanan Sterna anaethetus
dalam jumlah besar, selain itu juga terlihat Haliaeetus leucogaster muda terbang berputar-putar, kawanan kecil Ducula bicolor dan satu individu Pelargopsis melanorhyncha. Pagi hingga
menjelang siang pada 22 Maret 2010 kami masih hilir-mudik dekat perairan Pulau
Nanaka dan tepat pukul 12.30 kami makan siang di Pulau Nanaka. Setelah makan
siang, kami melakukan perjalanan pulang ke Kolonodale, saat menjelang magrib
(pukul 05.30), kami manfaatkan waktu singgah di sebuah teluk di Tanjung
Balasika.
Teluk ini terletak pada sebuah celah
yang sempit, antara beberapa bukit terjal yang mengitarinya, bukit-bukit
tersebut masih ditumbuhi hutan primer.
Suasana tenang dan damai terasa saat kami masuk ke dalam teluk ini. Tempat ini
merupakan lokasi favorit saya mengamati burung hutan primer, karena selain
mudah melihat langsung burung, juga kita mudah mendengar suaranya dari segala
penjuru bukit. Setiba di teluk ini, saya menjumpai kawanan Rhyticeros cassidix terbang dan sepasang lagi sibuk hilir mudik di
pepohonan, juga saya mendengar suara Ducula
aenea, Ducula bicolor, Ptilinopus subgularis, Dicrurus hottentottus, Eudynamis melanorhyncha, Oriolus chinensis, dan Coracina morio, diangkasa sangat banyak
beterbangan Collocalia esculenta, Collocalia fuciphagus, Collocalia sororum dan Hemmiprocne longipennis, berbaur seakan
menutupi langit.
Pukul 19.15 saat saya sibuk menjaga stik
pancing, saya mendengar sayup-sayup suara Ninox
ochracea, menyerupai “suara dederuk merah” dan Ninox punctulata, yang terdengar seperti orang sesak nafas. Setelah
suara kedua burung malam tersebut berhenti, 20 menit kemudian, saya dikagetkan
suara sejenis tyto yang baru pertama saya dengar, berupa --kaaaaakkk--,
terdengar serak dan keras, yang dikeluarkan berulang-ulang beberapa kali dalam
satu nada dari dalam hutan primer pada bukit sebelah kanan. Setelah saya
mencocokkan dengan suara Tyto inexspectata,
ternyata identik. Woww.... saya telah berjumpa dengan burung yang selama ini
saya idam-idamkan. Dari dulu saya sangat ingin menjumpai burung ini, karena
merupakan salah satu burung hantu Sulawesi yang jarang diumpai. Sehingga
kehidupan bioekologisnya jarang diketahui. Penyebarannya hanya terbatas di
Semenanjung Utara dan Taman Nasional Lore Lindu (dekat Kamarora dan Danau
Kalimpa’a). Perjumpaan yang intens dilakukan hanya di Cagar Alam Tangkoko-Dua
Sudara, di tempat lain sulit dijumpai.
Pengamatan ini sangat penting bagi ilmu pengetahuan, karena dapat
diketahui penyebaran Tyto inexspectata
juga melebar ke timur Sulawesi (Januari 2017).
(Oleh : Fachry Nur
Mallo).
Sebaran baru Ninox ios fivtimur sulawesi
BalasHapus