Rabu, 15 November 2017

PESONA AVIFAUNA RAWA LOWO, DI MOROWALI UTARA

Sudah enam tahun lebih saya meninggalkan Morowali, Sulawesi Tengah, setelah  sebelumnya  menetap di daerah tersebut selama empat tahun enam bulan, kurun waktu 2006 - 2011.
Seminggu yang lalu saya membuka foto-foto, yang sempat saya abadikan selama tinggal di Morowali Utara. Saya fokus melihat foto-foto di sebuah rawa yang eksotik, namanya Rawa Lowo. Rawa ini letaknya kurang lebih 17 atau 20 km dari Kolonodae, tempat saya tinggal selama di Morowali Utara.
Melihat foto foto tersebut saya menyadari ternyata pemandangan di Rawa Lowo sangat mempesona dan mengagumkan. Kehidupan faunanya sangat kaya (terutama avivauna). Sayang, saat mengunjungi Rawa Lowo saya belum lama membeli camera SLR ditambah kemampuan saya memotret masih minim serta motivasi saya tidak setinggi saat ini.
Saya baru menyadari banyak momen terlewati selama itu; saya tidak memotret ikan, serangga, mamalia, katak dan anggrek yang banyak terdapat di Rawa Lowo, serta aktifitas para nelayan. Karena saat itu saya hanya terfokus memotret burung, yang memang favorit saya.
Belum ada data resmi yang saya dapatkan mengenai luas rawa ini. Dari informasi masyarakat, ada yang menyebut luasnya 500 ha., ada yang menyebut 800 ha dan ada juga yang menyebut lebih 1.000 ha. Mungkin angka yang disebut terakhir yang menurut saya mendekati kebenaran. Karena bila kita memasukan keseluruhan sistem Rawa Lowo dan sekitarnya luasnya melebihi 1000 ha. Dibeberapa desa disekitar Rawa Lowo memiliki rawa yang cukup luas berhubungan dengan  Rawa Lowo,  bahkan  beberapa  “Tambunga”  (hutan  sagu milik adat) suku Mori Desa Ensa dan Desa Sampalowo dan Onepute  yang sangat luas, masih satu sistem dengan Rawa Lowo.
Hutan perawan yang membentengi Rawa Lowo
Aktivitas nelayan di Rawa Lowo
Aktivitas nelayan di Rawa Lowo
Aktivitas nelayan di Rawa Lowo

Kondisi perairan dan volume air rawa ini tidak stabil. Saat musim  kemarau,  kawasan Rawa Lowo dan sekitarnya berupa rawa-rawa tidak luas dan sungai kecil yang saling berpencar. Tetapi bila saat musim hujan, rawa ini akan tergenangi air, menyatu membentuk sebuah danau yang luas, dengan volume air melimpah.
Rawa Lowo menjadi sumber kehidupan masyarakat yang bermukim di sekitarnya; terutama Desa Onepute, Desa Sampalowo, Desa Moleono dan Desa Koromatantu. Masyarakat desa tersebut sangat  tergantung dengan hasil ikan dan udang di Rawa Lowo dan Sungai Laa. Pendapatan masyarakat desa-desa tersebut cukup besar. Bila saat paska musim hujan, nelayan yang menangkap ikan  mempunyai penghasilan Rp. 1.000.000,- hingga Rp. 2.000.000,- dalam satu   hari.  Karena  pada  saat  musim  hujan,  ikan akan berkembangbiak dalam jumlah sangat besar populasinya, dan setelah memasuki musim kemarau, volume  air surut, sehingga anak ikan sudah dewasa yang melimpah populasinya hidup berhimpit-himpitan dengan volume air sedikit. Sehingga para nelayan akan mudah menangkapnya.
Ardea purpure muda
Ardea purpurea dewasa
Ciconia episcopus
Ardea alba
Butorides striatus
Anas gibberifrons
Aceros cassidix
Ptilinopus melanospila

Ikan yang umum terdapat di Rawa  Lowo adalah Mujair (Oreochromis mossambicus), Gabus (Channa striata), “ikan Kosa” (bahasa Mori) dan “ikan Janggut” (bahasa Mori). Di Sungai Laa, dekat Rawa Lowo masyarakat sering menangkap sejenis ikan berwarna putih bercampur merah, yang berukuran cukup besar (kurang lebih 40 cm).  Mereka sering menyebut ikan tersebut “Medempe”. Masyarakat Desa Onepute sering memberikan saya seekor bila saya berkunjung ke desa tersebut.
Setiap mempunyai waktu luang saya sempatkan diri mengunjungi Rawa  Lowo, sekedar  refresing. Saya tidak pernah bosan berada di tempat ini. Satu hal yang membuat saya sangat tertarik mengunjungi rawa ini, karena melimpahnya burung air di kawasan ini; dalam satu hari saya dapat melihat 120 individu Ciconia episcopus di  tempat  lain  jenis  ini  sangat  jarang   dijumpai.   Selain Ciconia episcopus, disini saya juga menjumpai sepasang Mycteria cinerea,  yang juga sangat jarang dijumpai di Indonesia. Menurut masyarakat pada musim  tertentu populasinya cukup banyak terlihat. Jenis lain yang populasinya dijumpai  melimpah adalah  Anhinga melanogaster, Porphyrio porphyrio, Ardea purpurea, Ardea albus, Egretta garzetta, Bubulcus ibis dan Haliastur indus. Masih banyak jenis lain yang dijumpai di kawasan ini, tetapi populasinya tidak sebanyak   jenis   tersebut   diatas,     yang     umum     adalah     Phalacorocorax   sulcirostris,  Phalacrocorax melanoleucos,  Ardeola speciosa,  Ixobrychus sinensis, Ixobrychus eurhythmus, Ixobrychus cinnamomeus, Ixobrychus flavicollis, Elanus caeruleus, Dendrocygna arcuata, Anas gibberifrons, Anas superciliosaAmaurornis phoenicurus, Irediparra gallinacea, Alcedo atthis dan Hirundo rustica, di areal berbatasan dengan hutan tropis dijumpai umum Spilornis rufipectus, Spizaetus lanceolatus, berbagai jenis merpati (Ptilinopus subgularis, Ptilonopus melanospila, Toracoena manadensis, Macropygia amboinensis), Tanygnathus sumatranus, Penelopides exarhatus dan Aceros cassidix, berbagai species burung petengger yang umum adalah Coracina  morio, Lalage leucopygialis, Trichastoma celebense, Acrocephalus stentoreus, Acrocephalus orientalis, Culicicapa helianthea, Dicaeum spp., Cinnyris jugularis, Lonchura malacca, Lonchura molucca, Scissirostrum dubium, Oriolus chinensis, Dicrurus hottentottus, Dicrurus montanus dan Corvus enca. Saat musim  dingin di utara khatulistiwa dijumpai umum Tringa glareola, Actitis hypoleucus dan Sterna hybridus. Kadang dijumpai Pelecanus conspicillatus, sebagai pengujung musim panas dari Benua Australia.
Kelompok campuran Ciconia epsicopus, Ardea albus dan Egretta garzetta
Muleripicus fulvus
Haliastur indus
Porphyrio porphyrio
Coracina morio (betina)
Muscicapa griseiticta

Saya mengunjungi rawa ini selalu star dari Desa Onepute (karena saya punya kenalan pemilik “katintin” (sebutan perahu tempel masyarakat Morowali di desa tersebut). Dari Desa Onepute saya menyusuri Sungai Laa.  Sepanjang perjalanan saya disuguhkan pemandangan menawan; hutan rawa yang diselingi bukit dan tebing karts dan lahan budidaya merupakan pemadangan nan elok ditambah berbagai jenis burung sangat mudah dijumpai, bahkan beberapa jenis tidak takut didekati. Di beberapa tempat kita menikmati aktifitas nelayan mencari ikan, udang dan “nike”, sebutan sejenis kerang masyarakat Morowali, serta gembala yang mengiring kerbau di tepi sungai. Vegetasi tepi Sungai Laa menunjukkan areal yang secara berkala mengalami penggenangan air pada musim hujan, hal ini menyebabkan vegetasinya agak terbuka dan mencirikan tumbuhan yang tahan terhadap genangan air; yang didominasi Arthocephalus sp. dan beberapa jenis tumbuhan rawa. Mendekat Rawa Lowo kita belok kekiri, memasuki sungai kecil. Vegetasi yang terbentuk di sungai kecil sangat rapat, tetapi jenis tumbuhan pohon hanya didominasi Arthocephalus sp. Memasuki sungai kecil ini cukup menegangkan, karena katintin harus berputar-putar mengikuti jalur sungai kecil yang berkelok-kelok, bila tidak hati-hati kepala kita terbentur dahan atau ranting pohon atau bertabrakan dengan katintin lain. Beberapa  menit kemudian kita memasuki Rawa Lowo, ditandai areal yang dilalui terbuka. Memasuki Rawa Lowo vegetasi tiba-tiba berubah, menjadi terbuka yang  didominasi Fapirus sp.
Sepanjang perjalanan saya sering menjumpai umum pada Sungai Laa Ardeola speciosa, Butorides striatus, Haliastur indus,  Spilornis rufipectus, Spizaetus lanceolatus, Dendrocygna arcuata, Anas gibberifrons, Anas superciliosa, Tringa glareola, Actitis hypoleucus, Alcedo atthis, Penelopides exarhatus, Aceros cassidix,  Dendrocopos temminckii, berbagai species burung petengger yang umum adalah; Hirundo rustica, Coracina morio, Lalage leucopygialis, Trichastoma celebense, Culicicapa helianthea, Dicaeum spp., Cinnyris jugularis, Lonchura malacca, Lonchura molucca, Streptocitta albicollis, Scissirostrum dubium, Oriolus chinensis, Dicrurus montanus, Dicrurus hottentottus dan Corvus enca. Memasuki sungai kecil kita menjumpai berbagai jenis merpati, yang umum Ptilinopus subgularis, Ptilonopus melanospila, Toracoena manadensis, Macropygia amboinensis, Anthreptes malacensis dan Nectarinia jugularis. Secara keseluruhan saya mencatat di rawa ini dijumpai 131 jenis burung. (Juli 2017). 
(Oleh: Fachry Nur Mallo)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar