Pada Maret 1999, saya
bersama rekan-rekan Club Fotografi Rona (Buttu Ma’dika, Awal, Renix dan Nasrun)
melakukan hunting foto di dataran tinggi Taman Nasional Lore Lindu. Pada pagi 8 Maret 1999, kami melakukan
perjalanan dari Puncak Dingin (G. Rorekatimbu) menuju Lembah Anaso, setelah dua
hari berada di Danau Tambing dan Puncak Helipac. Beberapa saat setelah
meninggalkan Puncak Dingin, tepatnya pada ketinggian 2300 m, Buttu Ma’dika menjumpai
dan memotret satu individu pungguk (marga ninox) bertengger di pohon tidak
terlalu tinggi.
Awalnya dalam catatan pengamatan, saya cantumkan jenis yang dijumpai
adalah Ninox punctulata, tetapi tahun 2007, saya melihat
lagi foto tersebut, dan pungguk pada foto tersebut ternyata
bukan Ninox punctulata dan ciri morfologisnya tidak identik
dengan satupun jenis ninox pada buku Panduan Kawasan Wallacea, Sunda
Besar dan Papua. Saya penasaran dan mengumpulkan semua literatur tentang
ninox, serta menghubungi dan mengemukakan rasa penasaran saya tersebut
pada beberapa ornitholog (diantaranya Kang Wahyu Raharjanintrah, Ibu Dewi
Prawiradilaga dan Mas Didik Indrawan). Tetapi misteri pungguk tersebut juga tidak
dapat mereka pecahkan. Saya, Kang Wahyu dan Ibu Dewi menduga kemungkinan pungguk tersebut jenis baru.
Foto 1: Ninox sp. yang dijumpai di TN. Lore Lindu & Semenanjung
Utara
|
Pada beberapa kesempatan saya, Dadang Dwi Putra dan Moh. Ihsan Nur
Mallo (seingat saya tiga kali) berburu pungguk yang misterius ini di hutan
sekitar Danau Tambing hingga Desa Kamarora, dengan memancing suara pungguk
lain. Pada perburuan terakhir kami berhasil memancing dua individu pungguk
(seperti Rasmunssen dapatkan kelak) mendekati posisi kami, tetapi saat itu
karena posisinya belum jelas terlihat sehingga tidak memungkinkan ditembak, dan
kami tidak berhasil mendapatkan specimennya.
Misteri pungguk tersebut menarik perhatian Tim P.C. Rasmunssen (taksonom
kenamaan), dan tahun 2012 P.C. Rasmunssen, dkk. melakukan penelitian pungguk ini
di Danau Tambing dan Puncak Dingin, dan berhasil mendapatkan satu specimen.
Dari hasil penelitian Rasmunssen, dkk. diketahui pungguk tersebut suaranya sama
dengan suara Ninox ios di Semenanjung utara, tetapi yang anehnya ciri
morfologisnya sangat berbeda. Rasmunssen belum dapat memastikan status jenis
pungguk ini.
Ciri Ninox ios di Semenanjung utara tenggorokan, mahkota,
tengkuk, punggung hingga tunggir coklat tua, bagian bawah (dada hingga perut)
coklat lebih terang, paruh dan tungkai krem serta iris kuning, sedangkan ninox
yang dijumpai di Gunung Rorekatimbu (Taman Nasional Lore Lindu) alisnya sangat
tebal (di Semenanjung utara alis tidak ada), dada dan perut bercoret putih
tebal (di Semenanjung utara coklat terang/tidak bercoret). Di Gunung Rorekatimbu ninox
ini dijumpai
dari ketinggian 1700 hingga
2400 m.
Foto
2: Pantai Babulusa (CA. Morowali).
|
Belum lagi terpecahnya misteri Ninox ios di dataran tinggi Taman
Nasional Lore Lindu, saya dikagetkan perjumpaan Ninox ios di pesisir
pantai Cagar Alam Morowali. Pada malam pukul 20.45 (18 September 2010)
saat saya sibuk memancing ikan sambil menikmati suara satwa malam hutan pesisir pantai Babulusa, Teluk Tomori (Cagar
Alam
Morowali) tiba-tiba di kagetkan suara Ninox ios dari
dua tempat. Penemuan Ninox ios ini sangat penting bagi ilmu
pengetahun, karena dengan demikian diketahui
penyebarannya juga melebar ke Semenanjung timur; selama ini penyebarannya
hanya di Semenanjung utara dan tengah Sulawesi
(Taman Nasional Lore Lindu). Penemuan ini juga menjadi penting, karena juga
diketahui penyebarannya bukan hanya di dataran tinggi, tetapi juga di hutan
pesisir pantai; selama ini
penyebarannya hanya pada ketinggian diatas 1000 mdpl. (Juni 2017).
(Oleh : Fachry Nur Mallo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar