Jumat, 10 November 2017

MISTERI NINOX IOS DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU DAN CAGAR ALAM MOROWALI

Pada Maret 1999, saya bersama rekan-rekan Club Fotografi Rona (Buttu Ma’dika, Awal, Renix dan Nasrun) melakukan hunting foto di dataran tinggi Taman Nasional Lore Lindu. Pada pagi 8 Maret 1999, kami melakukan perjalanan dari Puncak Dingin (G. Rorekatimbu) menuju Lembah Anaso, setelah dua hari berada di Danau Tambing dan Puncak Helipac. Beberapa saat setelah meninggalkan Puncak Dingin, tepatnya pada ketinggian 2300 m, Buttu Ma’dika menjumpai dan memotret satu individu pungguk (marga ninox) bertengger di pohon tidak terlalu tinggi.

Awalnya dalam catatan pengamatan, saya cantumkan jenis yang dijumpai adalah Ninox punctulata, tetapi tahun 2007, saya melihat lagi foto tersebut, dan pungguk pada foto tersebut ternyata bukan Ninox punctulata dan ciri morfologisnya tidak  identik dengan satupun jenis ninox pada buku Panduan Kawasan Wallacea, Sunda Besar dan Papua. Saya penasaran dan mengumpulkan semua literatur tentang ninox, serta menghubungi dan mengemukakan rasa penasaran saya tersebut pada beberapa ornitholog (diantaranya Kang Wahyu Raharjanintrah, Ibu Dewi Prawiradilaga dan Mas Didik Indrawan). Tetapi misteri pungguk tersebut juga tidak dapat mereka pecahkan. Saya, Kang Wahyu dan Ibu Dewi menduga kemungkinan pungguk tersebut jenis baru.
Foto 1: Ninox sp. yang  dijumpai di TN. Lore Lindu & Semenanjung Utara
Pada beberapa kesempatan saya, Dadang Dwi Putra dan Moh. Ihsan Nur Mallo (seingat saya tiga kali) berburu pungguk yang misterius ini di hutan sekitar Danau Tambing hingga Desa Kamarora, dengan memancing suara pungguk lain. Pada perburuan terakhir kami berhasil memancing dua individu pungguk (seperti Rasmunssen dapatkan kelak) mendekati posisi kami, tetapi saat itu karena posisinya belum jelas terlihat sehingga tidak memungkinkan ditembak, dan kami tidak berhasil mendapatkan specimennya.
Misteri pungguk tersebut menarik perhatian Tim P.C. Rasmunssen (taksonom kenamaan), dan tahun 2012 P.C. Rasmunssen, dkk. melakukan penelitian pungguk ini di Danau Tambing dan Puncak Dingin, dan berhasil mendapatkan satu specimen. Dari hasil penelitian Rasmunssen, dkk. diketahui pungguk tersebut suaranya sama dengan suara Ninox ios di Semenanjung utara, tetapi yang anehnya ciri morfologisnya sangat berbeda. Rasmunssen belum dapat memastikan status jenis pungguk ini.
Ciri Ninox ios di Semenanjung utara tenggorokan, mahkota, tengkuk, punggung hingga tunggir coklat tua, bagian bawah (dada hingga perut) coklat lebih terang, paruh dan tungkai krem serta iris kuning, sedangkan ninox yang dijumpai di Gunung Rorekatimbu (Taman Nasional Lore Lindu) alisnya sangat tebal (di Semenanjung utara alis tidak ada), dada dan perut bercoret putih tebal (di Semenanjung utara coklat terang/tidak bercoret). Di Gunung  Rorekatimbu ninox ini  dijumpai  dari  ketinggian 1700 hingga 2400 m.

Foto 2: Pantai Babulusa (CA. Morowali).
Belum lagi terpecahnya misteri Ninox ios di dataran tinggi Taman Nasional Lore Lindu, saya dikagetkan perjumpaan Ninox ios di pesisir pantai Cagar Alam Morowali. Pada malam pukul 20.45 (18  September 2010) saat saya sibuk memancing ikan sambil menikmati suara satwa malam hutan pesisir pantai Babulusa, Teluk Tomori (Cagar Alam Morowali) tiba-tiba di kagetkan suara Ninox ios dari dua tempat. Penemuan Ninox ios ini sangat penting bagi ilmu pengetahun, karena dengan demikian diketahui penyebarannya juga melebar ke Semenanjung timur; selama ini penyebarannya hanya di Semenanjung utara dan tengah Sulawesi (Taman Nasional Lore Lindu). Penemuan ini juga menjadi penting, karena juga diketahui penyebarannya bukan hanya di dataran tinggi, tetapi juga di hutan pesisir pantai; selama ini penyebarannya hanya pada ketinggian diatas 1000 mdpl. (Juni 2017).

(Oleh : Fachry Nur Mallo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar