Minggu, 10 Desember 2017

PENGAMATAN JALAK PHILIPINA (Agropsar philippensis) DI LEMBAH PALU DAN BANDUNG

Foto Jantan Agropsar philippensis teramati di Bandung
Pada 29 Desember 2006 pagi saya, Dadang Dwi Putra dan Rahman  berangkat menuju selatan Kota Palu, melakukan pengamatan burung di hutan mangrove Lompio, Desa Maranata. Tujuan kami mencari Cacatua sulphurea yang pernah dijumpai Moh. Ihsan Nur Mallo (KPB. Spilornis-Palu) di tempat ini. Sekaligus melihat langsung hutan mangrove unik ini. Unik, karena hutan mangrove ini terdapat  pada daerah yang  jaraknya kurang lebih 20 km dari pesisir pantai, sementara hutan mangrove diketahui hanya terdapat di pesisir pantai.
Kami tiba di hutan ini matahari sudah terasa menyengat, karena waktu menunjukan jam 10.00. Setiba di hutan ini kami masih menjumpai cukup banyak jenis burung, terutama penghuni hutan monsoon, seperti Streptopelia tranquebarica, Streptopelia chinensis, Centropus bengalensis, satu individu Eudynamis orientalis muda,  Hypotaenidia philippensis, kawanan kecil Aplonis panayensis, kawanan Lonchura molluca, Lonchura punctulata, Lonchura atricapilla dan Lonchura Pallida. Dari jarak jauh kami mendengar kawanan burung beterbangan sangat banyak, lalu hinggap di pohon mangrove di dalam vegetasi hutan, sambil mengeluarkan suara ribut, yang mengganggu pendengaran kami. Kami tidak menghiraukan kawanan burung ini, karena kami mengira mungkin hanya kawanan Scissirostrum dubium dan Aplonis panayensis. Kami sibuk mengamati burung lain.

Kami menelusuri vegetasi hutan mangrove masuk lebih ke dalam, yang vegetasinya cukup rapat dan kondisi tanahnya becek. Sepuluh menit kemudian tanpa disengaja kami bertemu lagi kawanan burung tersebut. Kami iseng-iseng meneropongnya. Saya kaget ternyata burung tersebut sejenis jalak yang  belum pernah saya lihat. Saya, Dadang Dwi Putra dan Rahman mengecek datanya di buku panduan lapangan burung-burung Wallacea, ternyata jenisnya Agropsar philippensis, migran yang sangat langka dari utara khatulistiwa saat musim dingin. Kami menghitung jumlahnya lebih 400 individu.
Penemuan burung ini di Desa Maranata merupakan pertamakalinya di luar Pulau Siau dan Semenanjung utara Sulawesi. Di Sulawesi, sebelumnya jenis ini hanya  diketahui dari tiga catatan lama; Pulau Siau (satu kali) dan Semenanjung utara (dua kali). Setelah perjumpaan di Lembah Palu, selanjutnya burung ini dua kali di jumpai di Sulawesi; 21 Oktober 2015 Noval Suling mengamati dan memotret dua  individu di Taima, Luwuk (timur Sulawesi) dan Oktober 2016 Weldi Purwanto mengamati dan memotret satu kawanan kecil di Sorowako, Sulawesi Selatan. Weldi mengamati berbaur dengan kawanan Anthus cervinus dan Motacilla sp.
Saat tinggal di Bandung saya mempunyai kesempatan kedua kalinya berjumpa burung ini. Pada malam 18 Maret 2016 Ahmad Syifauka dan Yana Supriatna datang bertamu ke tempat tinggal saya. Kami berdiskusi tentang perburungan, sambil mereka memperlihatkan foto hasil hunting. Saat itu pandangan saya fokus kepada foto jalak, ternyata Agropsar philippensis yang mereka potret di Jalan Pa Gatot Raya, Bandung. Burung tersebut sudah sejak lama ingin saya potret. Tadinya rencana mau hunting burung ini ke Sulawesi, karena di Sulawesi memungkinkan dijumpai, sementara di Jawa, apalagi di Bandung sepengetahuan saya belum tercatat, jadi tidak mungkin dijumpai. Makanya setelah mendapatkan informasi tersebut saya kaget bercampur girang.       
        Keesokan harinya, pagi jam 06.25 tanpa membuang-buang, saya waktu langsung meluncur ke Jalan Pa Gatot, setiba di tempat tersebut saya mengamati pohon tempat Ahmad Syifauka menjumpai burung tersebut, tetapi tidak melihatnya. Saya hanya menjumpai kawanan kecil Megalaima haemacephala, Pycnonotus aurigaster dan Agropsar sturninus. Muncul kekhawatiran saya mungkin burung tersebut telah pindah ke tempat lain, atau melanjutkan migrasinya ke tempat lain. Setelah menunggu 20 menit akhirnya burung yang ditunggu-tunggu datang juga, dua individu terbang dari arah pohon sebelah timur. Lama saya mengamati dan memotret burung ini.
        Selama pengamatan saya melihat burung ini memakan buah Ficus sp. dan aktif mencari serangga pada dahan-dahan kering. Sering menelisik lobang dan celah dahan kering dan membongkar kulit kayu kering yang rapuh. Juga teramati sering diganggu Picnonotus aurigaster dan Agropsar sturninus. Sehingga sesekali terbang berpindah ke pohon lain disekitarnya, untuk menghindar. Setelah kedua jenis burung tersebut pergi, datang lagi ke pohon semula.
        Awalnya saya senang sekali, karena kehadiran burung tersebut pertamakali tercatat di Jawa, mengingat pada semua buku dan publikasi resmi burung ini belum pernah tercatat di Jawa. Tetapi saat saya mengkonfirmasikannya kepada Ader Rahmat (ornitolog di BICONS-Bandung) temuan tersebut, ternyata burung ini pernah mereka jumpai sekali di Bandung beberapa tahun yang lalu. Dengan demikian perjumpaan ini merupakan kedua kalinya di Jawa.  Beberapa hari kemudian saya bertemu Sam Ade (Photografer Perburungan di Bandung Birding), menginformasikan ia pernah menjumpai Agropsar philippensis di Bandung, tetapi  ia tidak memperhatikan dengan teliti, karena ia mengira individu yang teramati  merupakan bagian dari kawanan Agropsar sturninus
        Kemungkinan burung ini lebih sering mengunjungi Jawa, termasuk Bandung dari perkiraan semula. Tetapi terjadi kesalahan saat mengamatinya; saat menjumpai burung ini, karena kesalahan mengindentifikasi sehingga mengira Agropsar sturninus. Kesalahan seperti ini sering terjadi pada pengamatan burung yang morfologisnya mirip.  
        Menurut de Hoyo et al. (2016)  burung ini berbiak di selatan Sakhalin, Jepang, Pulau Kuril, tenggara Russia,  musim dingin berkunjung ke Taiwan, Philippina, utara Kalimantan. Tetapi penulis lain mencatumkan juga di Sulawesi. Beberapa tahun lalu juga tercatat di Bali, terakhir di Jawa. Untuk seluruh wilayah di Indonesia merupakan pengunjung yang sangat jarang (Fachry Nur Mallo, Desember 2017).


Daftar Pustaka

Coates, B.J. dan Bishop, K.D. 2000. Panduan Lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea (Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara). Terjemahan. Bogor. Birdlife-Indonesia Programme dan Dove Publication.
del Hoyo, J., and Collar, N.J.  2014. Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume 1 Non Passerines. Birdlife International.
MacKinnon, J. 1991. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan
         Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Mallo. F.N., 2015. Burung-burung di Taman Nasional Lore Lindu, Catatan Ekologi, Konservasi dan Status Keberadaan Jenis. Celebes Bird Club dan Studi Magister Ilmu Lingkungan (PSMIL) Universitas Padjajaran. Bandung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar