Foto Jantan Agropsar philippensis teramati di Bandung |
Pada
29
Desember 2006 pagi saya, Dadang Dwi Putra dan Rahman berangkat menuju selatan Kota Palu, melakukan pengamatan burung di hutan mangrove Lompio, Desa Maranata.
Tujuan kami mencari Cacatua sulphurea yang pernah dijumpai Moh. Ihsan Nur Mallo (KPB. Spilornis-Palu)
di tempat ini. Sekaligus melihat langsung hutan
mangrove unik ini. Unik, karena hutan mangrove ini terdapat pada daerah yang jaraknya kurang lebih 20 km dari pesisir
pantai, sementara hutan mangrove diketahui hanya terdapat di pesisir pantai.
Kami
tiba di hutan ini matahari sudah terasa menyengat, karena waktu menunjukan
jam 10.00. Setiba di hutan ini kami masih menjumpai cukup banyak jenis burung, terutama penghuni hutan monsoon,
seperti Streptopelia tranquebarica, Streptopelia
chinensis, Centropus bengalensis, satu individu Eudynamis orientalis muda, Hypotaenidia philippensis, kawanan kecil Aplonis
panayensis, kawanan Lonchura molluca, Lonchura punctulata, Lonchura
atricapilla
dan Lonchura Pallida. Dari jarak jauh kami mendengar kawanan burung
beterbangan sangat banyak, lalu hinggap di pohon
mangrove
di dalam vegetasi hutan, sambil mengeluarkan suara
ribut, yang mengganggu pendengaran kami. Kami tidak menghiraukan kawanan burung
ini, karena kami mengira mungkin hanya kawanan Scissirostrum dubium dan Aplonis panayensis.
Kami sibuk mengamati burung lain.
Kami
menelusuri vegetasi hutan mangrove masuk lebih ke dalam, yang vegetasinya cukup rapat dan kondisi tanahnya becek.
Sepuluh menit kemudian tanpa disengaja kami bertemu lagi kawanan burung tersebut. Kami iseng-iseng meneropongnya. Saya kaget ternyata burung tersebut sejenis jalak yang
belum pernah saya lihat. Saya, Dadang Dwi Putra dan Rahman mengecek datanya
di buku panduan lapangan burung-burung Wallacea,
ternyata jenisnya Agropsar philippensis, migran yang sangat langka dari
utara khatulistiwa saat musim dingin. Kami menghitung jumlahnya lebih 400 individu.
Penemuan burung
ini di Desa Maranata merupakan pertamakalinya di luar Pulau Siau dan Semenanjung
utara Sulawesi. Di
Sulawesi, sebelumnya jenis ini hanya diketahui
dari tiga
catatan lama; Pulau Siau (satu
kali) dan Semenanjung utara (dua kali). Setelah perjumpaan di Lembah Palu, selanjutnya
burung ini dua kali di jumpai di Sulawesi; 21
Oktober 2015 Noval Suling mengamati dan memotret dua individu di Taima, Luwuk (timur Sulawesi) dan
Oktober 2016 Weldi Purwanto mengamati dan memotret satu kawanan kecil di Sorowako,
Sulawesi Selatan. Weldi mengamati berbaur dengan kawanan Anthus cervinus dan
Motacilla sp.
Saat tinggal di
Bandung saya mempunyai kesempatan kedua kalinya berjumpa burung ini. Pada malam
18 Maret 2016 Ahmad Syifauka dan Yana Supriatna datang bertamu ke tempat
tinggal saya. Kami berdiskusi tentang perburungan, sambil mereka memperlihatkan
foto hasil hunting. Saat itu pandangan saya fokus kepada foto jalak, ternyata Agropsar
philippensis yang mereka potret di Jalan Pa Gatot Raya, Bandung. Burung tersebut
sudah sejak lama ingin saya potret. Tadinya rencana mau hunting burung ini ke
Sulawesi, karena di Sulawesi memungkinkan dijumpai, sementara di Jawa, apalagi
di Bandung sepengetahuan saya belum tercatat, jadi tidak mungkin dijumpai. Makanya
setelah mendapatkan informasi tersebut saya kaget bercampur girang.
Keesokan harinya, pagi jam 06.25 tanpa membuang-buang,
saya waktu langsung meluncur ke Jalan Pa Gatot, setiba di tempat tersebut saya
mengamati pohon tempat Ahmad Syifauka menjumpai burung tersebut, tetapi tidak
melihatnya. Saya hanya menjumpai kawanan kecil Megalaima
haemacephala, Pycnonotus aurigaster dan Agropsar
sturninus. Muncul kekhawatiran saya mungkin burung tersebut telah pindah ke
tempat lain, atau melanjutkan migrasinya ke tempat lain. Setelah menunggu 20
menit akhirnya burung yang ditunggu-tunggu datang juga, dua individu terbang
dari arah pohon sebelah timur. Lama saya mengamati dan memotret burung ini.
Selama pengamatan saya melihat burung
ini memakan buah Ficus sp. dan aktif mencari serangga pada dahan-dahan
kering. Sering menelisik lobang dan celah dahan kering dan membongkar kulit
kayu kering yang rapuh. Juga teramati sering diganggu Picnonotus aurigaster
dan Agropsar sturninus. Sehingga sesekali terbang berpindah ke pohon
lain disekitarnya, untuk menghindar. Setelah kedua jenis burung tersebut pergi,
datang lagi ke pohon semula.
Awalnya saya senang sekali, karena
kehadiran burung tersebut pertamakali tercatat di Jawa, mengingat pada semua
buku dan publikasi resmi burung ini belum pernah tercatat di Jawa. Tetapi saat
saya mengkonfirmasikannya kepada Ader Rahmat (ornitolog di BICONS-Bandung)
temuan tersebut, ternyata burung ini pernah mereka jumpai sekali di Bandung
beberapa tahun yang lalu. Dengan demikian perjumpaan ini merupakan kedua
kalinya di Jawa. Beberapa hari kemudian
saya bertemu Sam Ade (Photografer Perburungan di Bandung Birding),
menginformasikan ia pernah menjumpai Agropsar philippensis di Bandung, tetapi ia tidak memperhatikan dengan teliti, karena ia
mengira individu yang teramati merupakan
bagian dari kawanan Agropsar sturninus.
Kemungkinan burung ini lebih sering mengunjungi
Jawa, termasuk Bandung dari perkiraan semula. Tetapi terjadi kesalahan saat
mengamatinya; saat menjumpai burung ini, karena kesalahan mengindentifikasi sehingga
mengira Agropsar sturninus. Kesalahan seperti ini sering terjadi pada
pengamatan burung yang morfologisnya mirip.
Menurut de Hoyo et al. (2016) burung ini berbiak di selatan Sakhalin,
Jepang, Pulau Kuril, tenggara Russia,
musim dingin berkunjung ke Taiwan, Philippina, utara Kalimantan. Tetapi
penulis lain mencatumkan juga di Sulawesi. Beberapa tahun lalu juga tercatat di
Bali, terakhir di Jawa. Untuk seluruh wilayah di Indonesia merupakan pengunjung
yang sangat jarang (Fachry Nur Mallo, Desember 2017).
Daftar Pustaka
Coates, B.J. dan Bishop, K.D.
2000. Panduan Lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea (Sulawesi, Maluku
dan Nusa Tenggara).
Terjemahan. Bogor. Birdlife-Indonesia Programme dan Dove Publication.
del Hoyo, J., and Collar, N.J.
2014. Illustrated Checklist of
the Bird of the World, Volume 1 Non
Passerines. Birdlife International.
MacKinnon, J.
1991. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan
Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Mallo. F.N., 2015. Burung-burung
di Taman Nasional Lore Lindu, Catatan Ekologi, Konservasi dan Status Keberadaan
Jenis. Celebes Bird Club dan Studi Magister Ilmu Lingkungan (PSMIL)
Universitas Padjajaran. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar