(Birdwatching in Muara
Tawar, Bekasi, West Java)
Foto 1 Ribuan Plegadis falcinellus terbang membentuk kelompok besar |
Akhir
September 2014 Bang Golkariadi menceriterakan kepada saya adanya sebuah tempat diperbatasan
antara Bekasi dan Jakarta, banyak dijumpai burung air, namanya Muara Tawar.
Nama ini masih terasa asing bagi saya sebagai lokasi habitat burung. Dugaan
saya Bang Golkariadi telah menemukan lokasi baru habitat burung air. Mungkin tempatnya terpencil sehingga luput
dari jangkauan pengamat burung. Karena
alasan ini menyebabkan saya tertarik saat Bang Golkariadi mengajak ke tempat tersebut.
Ditambah lagi dia berceritera dengan penuh semangat tentang melimpahnya burung
air di tempat itu.
Foto 2 Dataran Lumpur Muara Tawar |
Saya, Bang
Golkariadi dan Mas Khaleb Jordan sepakat akan mengunjungi lokasi ini pada 20
Oktober 2014. Setelah saya menjemput mereka berdua di Marunda, tempat tinggal
Bang Golkariadi, kami berangkat menuju lokasi. Perjalanan mengarungi perairan laut dimulai
dari sebuah pemukiman nelayan di pesisir pantai sekitar Marunda. Tiga menit
kami meninggalkan dermaga, perahu tempel yang mengantar kami berkelok-kelok
diantara patok-patok bambu yang ditancapkan masyarakat untuk menandai hak
kepemilikan mereka atas areal laut tersebut.
Foto 3 |
Foto 4 |
Foto 5 |
Foto 3, 4, 5 dan 6 Mycteria cinerea |
Menurut ceritera juru kemudi perahu tempel, kaplingan
laut tersebut akan mendapat ganti rugi dari pengusaha yang akan membangun proyek
di areal tersebut. Cukup panjang kami melalui patok-patok bambu tersebut
sebelum sampai ke laut terbuka. Sepanjang jalan cukup banyak dijumpai Chlidonias
bertengger di patok bambu, satu individu Ardea
cinerea terbang dari tenggerannya karena terganggu deru mesin perahu tempel.
Setelah
melakukan perjalanan beberapa menit, kami mulai memasuki sebuah muara. Di muara
ini terhampar dataran lumpur yang cukup luas akibat terjadinya sedimentasi. Diantara
hamparan lumpur yang kokoh telah dibuat saluran air cukup luas, untuk lintasan
perahu tempel memasuki muara. Saat memasuki saluran air di kanan kami terdapat
vegetasi rawa. Beberapa individu Porphyrio
porphyrio terbang terganggu kedatangan kami. Kami juga menjumpai banyak
berterbangan Chlidonias spp., beberapa
individu Ardea cinerea dan Phalacrocorax
sulcirostris. Perjalanan kami berhenti pada sebuah rumah, yang
merupakan base camp para pekerja perusahaan, yang ternyata juga menjadi base
camp kami selama melakukan aktivitas di muara ini.
Setelah
membereskan barang dan mempersiapkan kamera, kami menuju sebuah jembatan bambu
yang panjang, menghubungkan antara daratan dan batas air laut saat surut. Mungkin
jembatan ini merupakan sarana para nelayan mengangkut barang dari perahu atau
kapal ke daratan. Dari jembatan bambu ini kami dapat melihat dengan
jelas ternyata dataran lumpur
ini cukup luas. Di tempat ini banyak
burung-burung air melakukan
aktifitas, diantaranya terpenting
Mycteria cinerea berjumlah
51 individu, satu individu Threskiornis melanocephalus, yang terselip diantara kawanan Mycteria cinerea, dan Plegadis falcinellus mungkin lebih dari
120 individu; jumlah ini masih sangat sedikit dibanding populasi yang kami
jumpai saat pulang. Untuk pertamakali saya menjumpai populasi Mycteria cinerea dan Plegadis falcinellus sebanyak ini. Threskiornis melanocephalus baru pertama
kali saya jumpai.
Burung lain
yang juga dijumpai adalah kawanan kecil Anas
gibberifrons, Ardeola speciosa
yang berbaur dengan kawanan kuntul, Ardea
cinerea jumlahya paling sedikit 100 individu, kelompok campuran Ardea alba dan Egretta garzetta, beberapa individu Phalcrocorax sulcirostris dan Anhinga
melanogaster terbang hilir mudik. Ada tujuh spesies Charadriformes, yaitu beberapa
individu Charadrius alexandrinus dan Charadrius javanicus, kawanan kecil Numenius phaopus, Tringa totanus, Tringa glareola dan kawanan besar Chlidonias spp. Kawanan Chlidonias
spp. hinggap di lumpur yang agak kokoh, sebagian berendam di air dangkal dan beterbangan disekitar
kawanannya. Beberapa species Calidris
terlihat cukup jauh sehingga tidak bisa diindentifikasi. Dalamnya lumpur menyebabkan kami hanya bisa
melakukan aktifitas di jembatan bambu, tanpa bisa turun menjelajahi areal lebih
jauh. Tetapi kondisi lumpur demikian menjadi berkah bagi burung-burung ini, karena
akan sulit dijangkau oleh para pemburu dan penangkap burung.
Foto 7 Ardea cinerea |
Foto 8 Anas gibberifrons |
Foto 9 Anhinga melanogaster |
Karena
asyiknya mengamati dan memotret burung-burung di tempat ini, tidak terasa
matahari sudah meninggi, cukup terik menyinari tubuh saya, sehingga saya
kembali ke base camp. Setelah makan siang, saya berkeliling disekitar base
camp, sambil mata saya menelisik berganti-ganti dari dalam vegetasi mangrove, di
dataran lumpur dan di angkasa, mengamati kemungkinan berjumpa burung menarik. Tetapi selama waktu berjalan saya hanya
menjumpai Chlidonias spp. cukup
banyak berterbangan. Tiba-tiba saya dikagetkan ada satu individu burung bertengger
di pagar bambu dekat base camp. Setelah didekati ternyata Spilopelia chinensis,
di dekatnya juga bertengger tidak jauh Hirundo
javanica.
Foto 10 Numenius phaeopus |
Foto 11 Tringa tontanus |
Setelah
memotret kedua burung tersebut, pandangan saya arahkan kembali ke angkasa,
mengamati burung-burung yang terbang.
Saat lagi asyik mengamati, tiba-tiba saya kaget melihat enam individu burung
jalak terbang dari tajuk mangrove menuju tegakkan mangrove di sebelahnya,
secepatnya saya memotretnya, dan berhasil melepaskan enam kali tombol shutter.
Setelah melihat di monitor kamera ternyata Acridotheres
melanopterus dan saya berhasil mendapatkan tiga foto lumayan bagus. Betapa senangnya saya berhasil
memotret burung ini, karena untuk pertamakali saya menjumpainya. Saya cukup beruntung
bisa menjumpainya, karena saat ini sangat sulit terlihat di alam bebas, akibat
penangkapan yang berlebihan sehingga populasinya tinggal sedikit. Saat ini
hanya dijumpai di hutan-hutan terpencil barat Jawa Barat. Padahal dulu burung ini tersebar luas di beberapa
tempat di Jawa, terutama di Jawa Barat. Maka tidak heran IUCN mengkategorikan
kritis atau critically endangered burung
ini. Status hewan yang mengalami tingkat ancaman kepunahan sangat tinggi. Burung
ini allopatrik dengan Acridotheres
tricolor di timur Jawa dan Acridotheres
tertius di barat Bali. Belum lama masing-masing terpisah menjadi spesies
tersendiri.
Mungkin karena
terlalu senang bertemu Acridotheres
melanopterus atau karena sudah lelah, saya tidak lagi berburu burung, saya
sibuk melengkapi catatan pengamatan dan melihat hasil foto sambil ngobrol
dengan Bang Golkariadi dan Mas Khaleb.
Saat mendekati
matahari tenggelam, kami memutuskan pulang, rencananya sambil mengamati dan memotret burung di perjalanan. Dalam
perjalanan pulang kami berhenti pada vegetasi rawa agak terbuka, karena terlihat
dari jauh beberapa burung rawa melakukan aktifitas. Saat mendekati vegetasi
rawa, tiba-tiba satu kawanan Porphyrio
porphyria yang berada di tepi rawa terbang menghindari kami. Di areal agak terbuka
terlihat satu individu Amaurornis cinerea
berjalan terburu-buru masuk ke dalam semak, sehingga saya tidak berhasil
memotretnya dan satu individu Charadrius javanicus,
diam melongo melihat kami.
Kami
melanjutkan perjalanan pulang. Karena hari mulai gelap, saya menyimpan lensa panjang,
mengganti dengan lensa pendek, rencana mau mengambil foto landscape matahari tenggelam
(sunset). Tetapi sayang matahari terhalang awan, sehingga pemandangannya kurang
menarik. Untuk mengisi waktu saya hanya memotret kelompok besar Plegadis falcinellus beterbangan di atas
vegetasi mangrove, mungkin siap-siap mencari tempat tidur. Ternyata kawanan besar burung ini ada di beberapa
tempat, tetapi agak jauh. Beberapa menit
kemudian terjadi fenomena yang begitu mempesona yang saya tidak duga, beberapa
kawanan besar burung ini berbaur menjadi satu, sehingga membentuk kelompok sangat
besar, berjumlah paling sedikit 1000 individu. Kawanan ini terbang berputar-putar
cukup jauh dari tempat kami, tetapi tiba-tiba terbang menuju ke arah kami dan melintas
pendek di atas kepala. Saya tidak
melewati kesempatan yang indah ini, langsung memotretnya sepuas-puasnya
menggunakan lensa pendek yang sudah siap. Woohhhh….. Pemandangan luar biasa
indah. Sampai saat pulang saya masih terbayang-bayang mengingat pemandangan
luar biasa ini.
Foto 12 Acridotheres melanopterus |
Data hasil pengamatan
burung saya lakukan di Muara Tawar sebagai berikut:
No.
|
Spesies
|
Jumlah
|
Keterangan
|
01.
|
Anas
gibberifrons
|
62 individu
|
Status IUCN hampir terancam (near threatened)
|
02.
|
Spilopelia chinensis
|
1 individu
|
-
|
03.
|
Amaurornis cinerea
|
2 individu
|
-
|
04.
|
Porphyrio porphyrio
|
15>
individu
|
-
|
05.
|
Mycteria cinerea
|
51> individu
|
Status IUCN genting (endangered)
|
06.
|
Threskiornis
melanocephalus
|
1 individu
|
Status IUCN hampir terancam (near threatened)
|
07.
|
Plegadis falcinellus
|
1000> individu
|
-
|
08.
|
Ardeola speciosa
|
30> individu
|
-
|
09.
|
Ardea cinerea
|
100> individu
|
-
|
10.
|
Ardea alba
|
10> individu
|
-
|
11.
|
Egretta garzetta
|
40> individu
|
-
|
12.
|
Phalacrocorax sulcirostris
|
5 individu
|
-
|
13.
|
Anhinga
melanogaster
|
3 individu
|
Status IUCN hampir terancam (near threatened)
|
14.
|
Pluvialis
fulva
|
20 > individu
|
-
|
15.
|
Charadrius
alexandrinus
|
1 individu
|
-
|
16.
|
Charadrius
javanicus
|
2 individu
|
-
|
17.
|
Numenius
phaeopus
|
5 individu
|
-
|
18.
|
Tringa totanus
|
6 individu
|
-
|
19.
|
Tringa glareola
|
1> individu
|
-
|
20.
|
Chlidonias hybrida dan Chlidonias leucopterus
|
1000> individu
|
-
|
21.
|
Hirundo javanica
|
3 individu
|
-
|
22.
|
Acridotheres malanopterus
|
6 individu
|
Status IUCN kritis (critically endangered)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar