Jumat, 02 Februari 2018

PENGAMATAN BURUNG DI MUARA TAWAR, BEKASI, JAWA BARAT

(Birdwatching in Muara Tawar, Bekasi, West Java)
Foto 1 Ribuan Plegadis falcinellus terbang membentuk kelompok besar
Akhir September 2014 Bang Golkariadi menceriterakan kepada saya adanya sebuah tempat diperbatasan antara Bekasi dan Jakarta, banyak dijumpai burung air, namanya Muara Tawar. Nama ini masih terasa asing bagi saya sebagai lokasi habitat burung. Dugaan saya Bang Golkariadi telah menemukan lokasi baru habitat burung air.  Mungkin tempatnya terpencil sehingga luput dari jangkauan pengamat burung.  Karena alasan ini menyebabkan saya tertarik saat Bang Golkariadi mengajak ke tempat tersebut. Ditambah lagi dia berceritera dengan penuh semangat tentang melimpahnya burung air di tempat itu.

Foto 2 Dataran Lumpur Muara Tawar
Saya, Bang Golkariadi dan Mas Khaleb Jordan sepakat akan mengunjungi lokasi ini pada 20 Oktober 2014. Setelah saya menjemput mereka berdua di Marunda, tempat tinggal Bang Golkariadi, kami berangkat menuju lokasi.  Perjalanan mengarungi perairan laut dimulai dari sebuah pemukiman nelayan di pesisir pantai sekitar Marunda. Tiga menit kami meninggalkan dermaga, perahu tempel yang mengantar  kami  berkelok-kelok  diantara  patok-patok bambu  yang ditancapkan masyarakat untuk menandai hak kepemilikan mereka atas areal laut tersebut.  
Foto 3
Foto 4
Foto 5
Foto 3, 4, 5 dan 6 Mycteria cinerea
Menurut ceritera juru kemudi perahu tempel, kaplingan laut tersebut akan mendapat ganti rugi dari pengusaha yang akan membangun proyek di areal tersebut. Cukup panjang kami melalui patok-patok bambu tersebut sebelum sampai ke laut terbuka. Sepanjang jalan cukup banyak dijumpai Chlidonias bertengger di patok bambu, satu individu Ardea cinerea terbang dari tenggerannya karena terganggu deru mesin perahu tempel.
Setelah melakukan perjalanan beberapa menit, kami mulai memasuki sebuah muara. Di muara ini terhampar dataran lumpur yang cukup luas akibat terjadinya sedimentasi. Diantara hamparan lumpur yang kokoh telah dibuat saluran air cukup luas, untuk lintasan perahu tempel memasuki muara. Saat memasuki saluran air di kanan kami terdapat vegetasi rawa. Beberapa individu Porphyrio porphyrio terbang terganggu kedatangan kami. Kami juga menjumpai banyak berterbangan Chlidonias spp., beberapa individu Ardea cinerea dan Phalacrocorax sulcirostris. Perjalanan kami berhenti pada sebuah rumah, yang merupakan base camp para pekerja perusahaan, yang ternyata juga menjadi base camp kami selama melakukan aktivitas di muara ini.
Setelah membereskan barang dan mempersiapkan kamera, kami menuju sebuah jembatan bambu yang panjang, menghubungkan antara daratan dan batas air laut saat surut. Mungkin jembatan ini merupakan sarana para nelayan mengangkut barang dari perahu atau kapal ke daratan. Dari  jembatan  bambu ini kami dapat melihat  dengan  jelas  ternyata dataran  lumpur  ini  cukup  luas. Di tempat  ini banyak  burung-burung  air   melakukan  aktifitas,  diantaranya  terpenting   Mycteria  cinerea  berjumlah   51  individu, satu individu Threskiornis melanocephalus,  yang terselip diantara kawanan Mycteria cinerea, dan Plegadis falcinellus mungkin lebih dari 120 individu; jumlah ini masih sangat sedikit dibanding populasi yang kami jumpai saat pulang. Untuk pertamakali saya menjumpai populasi Mycteria cinerea dan Plegadis falcinellus sebanyak ini. Threskiornis melanocephalus baru pertama kali saya jumpai. 
Burung lain yang juga dijumpai adalah kawanan kecil Anas gibberifrons, Ardeola speciosa yang berbaur dengan kawanan kuntul, Ardea cinerea jumlahya paling sedikit 100 individu, kelompok campuran Ardea alba dan Egretta garzetta, beberapa individu Phalcrocorax sulcirostris dan Anhinga melanogaster terbang hilir mudik. Ada tujuh spesies Charadriformes, yaitu beberapa individu Charadrius alexandrinus dan Charadrius javanicus, kawanan kecil Numenius phaopus, Tringa totanus, Tringa glareola dan kawanan besar Chlidonias spp.  Kawanan Chlidonias spp. hinggap di lumpur yang agak kokoh, sebagian berendam  di air dangkal dan beterbangan disekitar kawanannya. Beberapa species Calidris terlihat cukup jauh sehingga tidak bisa diindentifikasi.  Dalamnya lumpur menyebabkan kami hanya bisa melakukan aktifitas di jembatan bambu, tanpa bisa turun menjelajahi areal lebih jauh. Tetapi kondisi lumpur demikian menjadi berkah bagi burung-burung ini, karena akan sulit dijangkau oleh para pemburu dan penangkap burung.
Foto 7 Ardea cinerea
Foto 8 Anas gibberifrons
Foto 9 Anhinga melanogaster
Karena asyiknya mengamati dan memotret burung-burung di tempat ini, tidak terasa matahari sudah meninggi, cukup terik menyinari tubuh saya, sehingga saya kembali ke base camp. Setelah makan siang, saya berkeliling disekitar base camp, sambil mata saya menelisik berganti-ganti dari dalam vegetasi mangrove, di dataran lumpur dan di angkasa, mengamati kemungkinan berjumpa burung menarik.  Tetapi selama waktu berjalan saya hanya menjumpai Chlidonias spp. cukup banyak berterbangan. Tiba-tiba saya dikagetkan ada satu individu burung bertengger di pagar bambu dekat base camp. Setelah didekati ternyata Spilopelia chinensis, di dekatnya juga bertengger tidak jauh Hirundo javanica.
Foto 10 Numenius phaeopus

Foto 11 Tringa tontanus
Setelah memotret kedua burung tersebut, pandangan saya arahkan kembali ke angkasa, mengamati burung-burung yang terbang. Saat lagi asyik mengamati, tiba-tiba saya kaget melihat enam individu burung jalak terbang dari tajuk mangrove menuju tegakkan mangrove di sebelahnya, secepatnya saya memotretnya, dan berhasil melepaskan enam kali tombol shutter. Setelah melihat di monitor kamera ternyata Acridotheres melanopterus dan saya berhasil mendapatkan tiga foto lumayan bagus. Betapa senangnya saya berhasil memotret burung ini, karena untuk pertamakali saya menjumpainya. Saya cukup beruntung bisa menjumpainya, karena saat ini sangat sulit terlihat di alam bebas, akibat penangkapan yang berlebihan sehingga populasinya tinggal sedikit. Saat ini hanya dijumpai di hutan-hutan terpencil barat Jawa Barat.  Padahal dulu burung ini tersebar luas di beberapa tempat di Jawa, terutama di Jawa Barat. Maka tidak heran IUCN mengkategorikan kritis atau critically endangered burung ini. Status hewan yang mengalami tingkat ancaman kepunahan sangat tinggi. Burung ini allopatrik dengan Acridotheres tricolor di timur Jawa dan Acridotheres tertius di barat Bali. Belum lama masing-masing terpisah menjadi spesies tersendiri.
Mungkin karena terlalu senang bertemu Acridotheres melanopterus atau karena sudah lelah, saya tidak lagi berburu burung, saya sibuk melengkapi catatan pengamatan dan melihat hasil foto sambil ngobrol dengan Bang Golkariadi dan Mas Khaleb.
Saat mendekati matahari tenggelam, kami memutuskan pulang, rencananya sambil mengamati   dan memotret burung di perjalanan. Dalam perjalanan pulang kami berhenti pada vegetasi rawa agak terbuka, karena terlihat dari jauh beberapa burung rawa melakukan aktifitas. Saat mendekati vegetasi rawa, tiba-tiba satu kawanan Porphyrio porphyria yang berada di tepi rawa terbang menghindari kami. Di areal agak terbuka terlihat satu individu Amaurornis cinerea berjalan terburu-buru masuk ke dalam semak, sehingga saya tidak berhasil memotretnya dan satu individu Charadrius javanicus, diam melongo melihat kami.
Kami melanjutkan perjalanan pulang. Karena hari mulai gelap, saya menyimpan lensa panjang, mengganti dengan lensa pendek, rencana mau mengambil foto landscape matahari tenggelam (sunset). Tetapi sayang matahari terhalang awan, sehingga pemandangannya kurang menarik. Untuk mengisi waktu saya hanya memotret kelompok besar Plegadis falcinellus beterbangan di atas vegetasi mangrove, mungkin siap-siap mencari tempat tidur.  Ternyata kawanan besar burung ini ada di beberapa tempat, tetapi agak jauh.  Beberapa menit kemudian terjadi fenomena yang begitu mempesona yang saya tidak duga, beberapa kawanan besar burung ini berbaur menjadi satu, sehingga membentuk kelompok sangat besar, berjumlah paling sedikit 1000 individu. Kawanan ini terbang berputar-putar cukup jauh dari tempat kami, tetapi tiba-tiba terbang menuju ke arah kami dan melintas pendek di atas kepala.  Saya tidak melewati kesempatan yang indah ini, langsung memotretnya sepuas-puasnya menggunakan lensa pendek yang sudah siap. Woohhhh….. Pemandangan luar biasa indah. Sampai saat pulang saya masih terbayang-bayang mengingat pemandangan luar biasa ini.
Foto 12 Acridotheres melanopterus 
Data hasil pengamatan  burung saya lakukan di Muara Tawar  sebagai berikut:


No.


Spesies

Jumlah

Keterangan
01.
Anas gibberifrons
62 individu
Status IUCN hampir terancam (near threatened)
02.
Spilopelia chinensis
1 individu
-
03.
Amaurornis cinerea
2 individu
-
04.
Porphyrio porphyrio
15>  individu
-
05.
Mycteria cinerea
51> individu
Status IUCN genting (endangered)
06.
Threskiornis  melanocephalus
1 individu
Status IUCN hampir terancam (near threatened)
07.
Plegadis falcinellus
1000> individu
-
08.
Ardeola speciosa
30> individu
-
09.
Ardea cinerea
100> individu
-
10.
Ardea alba
10> individu
-
11.
Egretta garzetta
40> individu
-
12.
Phalacrocorax sulcirostris
5 individu
-
13.
Anhinga melanogaster
3 individu
Status IUCN hampir terancam (near threatened)
14.
Pluvialis fulva
20 > individu
-
15.
Charadrius alexandrinus
1 individu
-
16.
Charadrius javanicus
2 individu
-
17.
Numenius phaeopus
5 individu
-
18.
Tringa totanus
6 individu
-
19.
Tringa glareola
1> individu
-
20.
Chlidonias hybrida dan Chlidonias leucopterus
1000> individu
-
21.
Hirundo javanica
3 individu
 -
22.
Acridotheres malanopterus
6 individu
Status IUCN kritis (critically endangered)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar