Sabtu, 10 Maret 2018

PENGAMATAN JALAK MAWAR (Pastor roseus) DI BANDUNG JAWA BARAT

(Observation Rosy Starling  (Pastor roseus) in Bandung, West Java)
Foto 1.  Jalak Mawar teramati di Taman Maluku, Bandung
Jalak Mawar (Pastor roseus) hidup alami di stepa selatan Ukraina, hingga menyebar  ke tengah dan timur Kazakhstan, barat Altai dan barat Mongolia, selatan hingga timur Turki, utara Iran, Afganistan dan barat laut Cina, kadang-kadang tenggara Eropa Barat; Republik Ceko, Hungaria, Italia, mungkin berbiak di  Rumania, Bulgaria, Balkan,  juga kadang lebih jauh ke timur Rusia. Saat musim dingin sebagian besar populasinya bermigrasi ke India dan Sri Lanka (del Hoyo et al., 2016).
 
Kawasan tersebut sangat jauh jaraknya dari Bandung. Kawasan luas ke arah tenggara, dari timur India, Bangladesh, Asia Tenggara, Sumatera hingga Kalimantan bukan daerah sebarannya, baik sebagai penetap maupun migran.  Selain itu sangat jarang burung-burung dari kawasan tersebut bermigrasi ke Indonesia. Makanya saat teman-teman Bandung Birding (Bandring) menjumpainya di Taman Maluku-Bandung, merupakan suatu keanehan, dan pandangan saya memastikan individu tersebut merupakan burung peliharaan terlepas. Tetapi walaupun demikian hal itu tidak menyurutkan semangat saya pergi mengamati dan memotret burung ini.
Belakangan saya mengetahui burung ini juga pernah tiga kali tercatat di Sabah, Malaysia Timur sebagai pengembara jarang; Desember 1999, Oktober 2011, Oktober 2012 (Eaton, et al., 2016).
Pagi 5 September 2014, mungkin dua hari setelah teman-teman Bandring menjumpainya, saya pergi ke Taman Maluku, melaksanakan niat saya.  Saat baru berjalan beberapa langkah dari pintu gerbang, saya mengamati areal berumput terbuka di sebelah kiri, mencari keberadaan Jalak Mawar. Tidak membutuhkan waktu lama saya langsung menjumpai satu individu sedang berjalan hilir-mudik di rerumputan pendek terbuka. Nampaknya mencari serangga, karena sesekali mematuk sesuatu dan juga menelisik serasah dedaunan dan semak-semak tidak rimbun.  Burung ini terlihat agar liar, mungkin karena selalu diganggu atau menjadi incaran pemburu burung, atau mungkin baru meloloskan diri dari sangkarnya.
Saat saya mendekatinya, menghindar terbang ke vegetasi semak agak tinggi dan rapat mencari tempat berlindung.  Tetapi jika saya menjauh beberapa saat kemudian akan mendatangi lagi tempat semula atau kadang ke areal terbuka lain di sekitarnya. Agar tidak mengganggu aktifitasnya, saya merayap beberapa meter menyusuri sela-sela semak berusaha tidak menyolok terlihat, sampai jarak Jalak Mawar tidak terganggu aktifitasnya. Dari jarak cukup jauh saya mengamati aktifitasnya dan memotret beberapa kali.  
Kadang burung ini juga terlihat mendapat gangguan dari satu kawanan kecil Acridotheres javanica, sehingga terbang menyingkir menuju tempat yang lebih aman. Setelah kawanan Acridoteres javanicus pergi, burung ini akan datang lagi ke tempat tersebut, melakukan aktifitas seperti biasanya.  
Foto 2.  Jalak Mawar sedang memangsa serangga
Setelah pulang mengamati dan memotret burung ini, saya tidak menaruh minat  mempelajarinya lebih lanjut, karena pandangan saya kehadirannya di Taman Maluku hanya merupakan burung peliharaan yang terlepas.  Tetapi minat tersebut muncul setelah saya membaca artikel Siti Diniarsih dkk. sebulan lalu, tentang penemuan burung di Yogyakarta dan Bali.  Pertama teramati pada 31 Oktober 2013 di Ambarukmo Plaza, pinggiran kota Yogyakarta,  dijumpai lagi mungkin individu sama pada  6, 18, dan 28 November 2013, namun tidak ditemukan  Desember 2013.  Lima bulan kemudian pada 27 April 2014, dua individu dewasa ditemukan di kandang sebuah pasar hewan dan tumbuhan peliharaan selatan Yogyakarta (11 km dari Ambarukmo Plaza).  Pada 4 April 2014 satu individu dewasa terlihat dan difoto Jones di Pulau Serangan, Bali. Jones mengamati memburu serangga di areal berumput pendek. Pada 11 April 2014 terlihat lagi (mungkin individu yang sama).
Menurut Diniarsih et al. (2016), burung ini diduga bermigrasi bersama Jalak Cina (Agropsar sturninus) dan Jalak Filipina (Agropsar philipensis) ke tempat tersebut. Meskipun tidak dapat dipastikan, adanya penjualan Jalak Mawar di Yogyakarta mengindikasikan adanya kemungkinan individu tersebut adalah burung lepasan.
Foto 3.  Satu individu Jalak Mawar dipelihara masyarakat di Kota Bandung
Mungkin sebagaimana pandangan awal saya, individu saya amati merupakan peliharaan terlepas, mengingat burung ini juga saya jumpai dipelihara masyarakat kota Bandung (lihat foto 3), dan kemungkinan juga diperdagangkan di pasar-pasar burung di Kota Bandung. Tetapi mengingat kehadiran burung ini di Yogyarakarta dan Bali juga mengindikasikan sebagai migran dari utara khatulistiwa, maka saya menduga mungkin juga individu di Kota Bandung  merupakan pengunjung jarang (vagrant) saat musim dingin di utara Khatulistiwa ke Kota Bandung. Mengingat bulan September masih memungkinkan burung ini sudah melakukan migrasi dari tempatnya berbiak di utara khatuliswa ke selatan. 
       Menurut Howes, dkk, 2013, daur migrasi burung pantai yang bermigrasi dari utara ke selatan khatulistiwa sejak Agustus, September, Oktober dan awal Nopember sudah melakukan perjalanan migrasi, akhir Nopember, Desember, Januari, Pebruari dan awal Maret masih berada di belahan selatan (tempat mencari makan), akhir Maret, April, awal Mei melakukan perjalanan kembali ke lokasi berbiak di utara Khatulistiwa, akhir Mei, Juni dan Juli pra berbiak dan berbiak.  Daur migrasi ini juga dapat digunakan untuk menghitung daur migrasi burung Jalak Mawar.  Dengan demikian bulan September masih memungkinkan burung ini berada di Bandung. Dugaan ini didukung fakta jika burung ini berkunjung dari utara khatulistiwa melewati Sumatera ke Yogyakarta dan Bali tentunya harus melewati kawasan barat Jawa.
Daftar Pustaka
del Hoyo, J., and Collar, N.J.  2016. Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume 2 Passerines. Birdlife International.
Diniarsih, S.,  Jones, S., Setiyono, J. and Noske, R. 2016. Rosy Starling Pastor roseus:
          a new species for Indonesia.  Kukila 19, 2016.
Howes, J., Bakewell D., dan Noor, Y.S., Panduan Studi Burung Pantai. Wetlands International-Indonesia Programe, Bogor.
Eaton, J.A., van Balen, B., Brickle, N.W., and Rheindt, F.E., 2016. Bird of the Indonesian Archipelago. Greater Sundas dan Wallacea. Lyns Edicion. Barcelona.
MacKinnon, J., Phillips, K., dan van Balen, B. 1992. Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor. LIPI dan Birdlife-IP.
(Fachry Nur Mallo/Maret 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar