(Observation Rosy Starling (Pastor
roseus) in Bandung, West Java)
Foto 1. Jalak Mawar teramati di Taman Maluku, Bandung |
Jalak Mawar (Pastor roseus) hidup alami di stepa selatan Ukraina, hingga
menyebar ke tengah dan timur Kazakhstan,
barat Altai dan barat Mongolia, selatan hingga timur Turki, utara Iran,
Afganistan dan barat laut Cina, kadang-kadang tenggara Eropa Barat; Republik
Ceko, Hungaria, Italia, mungkin berbiak di
Rumania, Bulgaria, Balkan, juga
kadang lebih jauh ke timur Rusia. Saat musim dingin sebagian besar populasinya
bermigrasi ke India dan Sri Lanka (del Hoyo et al., 2016).
Kawasan tersebut
sangat jauh jaraknya dari Bandung. Kawasan luas ke arah tenggara, dari timur
India, Bangladesh, Asia Tenggara, Sumatera hingga Kalimantan bukan daerah
sebarannya, baik sebagai penetap maupun migran. Selain itu sangat jarang burung-burung dari
kawasan tersebut bermigrasi ke Indonesia. Makanya saat teman-teman Bandung
Birding (Bandring) menjumpainya di Taman Maluku-Bandung, merupakan suatu
keanehan, dan pandangan saya memastikan individu tersebut merupakan burung peliharaan
terlepas. Tetapi walaupun demikian hal itu tidak menyurutkan semangat saya pergi
mengamati dan memotret burung ini.
Belakangan saya
mengetahui burung ini juga pernah tiga kali tercatat di Sabah, Malaysia Timur
sebagai pengembara jarang; Desember 1999, Oktober 2011, Oktober 2012 (Eaton, et al., 2016).
Pagi 5 September
2014, mungkin dua hari setelah teman-teman Bandring menjumpainya, saya pergi ke
Taman Maluku, melaksanakan niat saya. Saat
baru berjalan beberapa langkah dari pintu gerbang, saya mengamati areal berumput
terbuka di sebelah kiri, mencari keberadaan Jalak Mawar. Tidak membutuhkan
waktu lama saya langsung menjumpai satu individu sedang berjalan hilir-mudik di
rerumputan pendek terbuka. Nampaknya mencari serangga, karena sesekali mematuk
sesuatu dan juga menelisik serasah dedaunan dan semak-semak tidak rimbun. Burung ini terlihat agar liar, mungkin karena
selalu diganggu atau menjadi incaran pemburu burung, atau mungkin baru meloloskan
diri dari sangkarnya.
Saat saya mendekatinya,
menghindar terbang ke vegetasi semak agak tinggi dan rapat mencari tempat berlindung.
Tetapi jika saya menjauh beberapa saat
kemudian akan mendatangi lagi tempat semula atau kadang ke areal terbuka lain
di sekitarnya. Agar tidak mengganggu aktifitasnya, saya merayap beberapa meter
menyusuri sela-sela semak berusaha tidak menyolok terlihat, sampai jarak Jalak Mawar
tidak terganggu aktifitasnya. Dari jarak cukup jauh saya mengamati aktifitasnya
dan memotret beberapa kali.
Kadang burung ini juga
terlihat mendapat gangguan dari satu kawanan kecil Acridotheres javanica,
sehingga terbang menyingkir menuju tempat yang lebih aman. Setelah kawanan Acridoteres
javanicus pergi, burung ini akan datang lagi ke tempat tersebut, melakukan
aktifitas seperti biasanya.
Foto 2. Jalak Mawar sedang memangsa serangga |
Setelah pulang mengamati
dan memotret burung ini, saya tidak menaruh minat mempelajarinya lebih lanjut, karena pandangan
saya kehadirannya di Taman Maluku hanya merupakan burung peliharaan yang
terlepas. Tetapi minat tersebut muncul
setelah saya membaca artikel Siti Diniarsih dkk. sebulan lalu, tentang
penemuan burung di Yogyakarta dan Bali. Pertama
teramati pada 31 Oktober 2013 di Ambarukmo
Plaza, pinggiran kota
Yogyakarta, dijumpai lagi mungkin individu sama pada 6, 18, dan 28 November 2013, namun tidak
ditemukan Desember 2013. Lima bulan kemudian pada 27 April 2014, dua individu dewasa ditemukan di kandang
sebuah pasar hewan dan tumbuhan peliharaan
selatan Yogyakarta (11 km dari Ambarukmo Plaza). Pada 4 April 2014 satu individu dewasa terlihat dan difoto Jones di Pulau Serangan, Bali. Jones
mengamati memburu serangga di
areal berumput pendek. Pada 11 April 2014 terlihat
lagi (mungkin individu yang sama).
Menurut
Diniarsih et al. (2016), burung ini
diduga bermigrasi bersama Jalak Cina (Agropsar
sturninus) dan Jalak Filipina (Agropsar
philipensis) ke tempat tersebut. Meskipun tidak dapat dipastikan, adanya
penjualan Jalak Mawar di Yogyakarta mengindikasikan adanya kemungkinan individu
tersebut adalah burung lepasan.
Foto 3. Satu individu Jalak Mawar dipelihara masyarakat di Kota Bandung |
Mungkin
sebagaimana pandangan awal saya, individu saya amati merupakan peliharaan
terlepas, mengingat burung ini juga saya jumpai dipelihara masyarakat kota
Bandung (lihat foto 3), dan kemungkinan juga diperdagangkan di pasar-pasar
burung di Kota Bandung. Tetapi mengingat kehadiran burung ini di Yogyarakarta
dan Bali juga mengindikasikan sebagai migran dari utara khatulistiwa, maka saya
menduga mungkin juga individu di Kota Bandung
merupakan pengunjung jarang (vagrant) saat musim dingin di utara
Khatulistiwa ke Kota Bandung. Mengingat bulan September masih memungkinkan
burung ini sudah melakukan migrasi dari tempatnya berbiak di utara khatuliswa
ke selatan.
Menurut Howes, dkk, 2013, daur migrasi
burung pantai yang bermigrasi dari utara ke selatan khatulistiwa sejak Agustus, September, Oktober dan awal
Nopember sudah melakukan perjalanan migrasi, akhir Nopember, Desember, Januari,
Pebruari dan awal Maret masih berada di belahan selatan (tempat mencari makan),
akhir Maret, April, awal Mei melakukan perjalanan kembali ke lokasi berbiak di
utara Khatulistiwa, akhir Mei, Juni dan Juli pra berbiak dan berbiak. Daur migrasi ini juga dapat digunakan untuk
menghitung daur migrasi burung Jalak Mawar. Dengan demikian bulan September masih memungkinkan
burung ini berada di Bandung. Dugaan ini didukung fakta jika burung ini
berkunjung dari utara khatulistiwa melewati Sumatera ke Yogyakarta dan Bali
tentunya harus melewati kawasan barat Jawa.
Daftar Pustaka
del Hoyo, J., and Collar, N.J.
2016. Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume
2 Passerines. Birdlife International.
Diniarsih, S., Jones,
S., Setiyono, J. and Noske, R. 2016. Rosy Starling Pastor roseus:
a new species for Indonesia. Kukila 19, 2016.
Howes, J., Bakewell D., dan
Noor, Y.S., Panduan Studi Burung Pantai.
Wetlands International-Indonesia Programe, Bogor.
Eaton, J.A., van Balen, B.,
Brickle, N.W., and Rheindt, F.E., 2016. Bird
of the Indonesian Archipelago. Greater Sundas dan Wallacea. Lyns
Edicion. Barcelona.
MacKinnon, J., Phillips, K.,
dan van Balen, B. 1992. Panduan
Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor. LIPI dan Birdlife-IP.
(Fachry Nur
Mallo/Maret 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar