Gambar 1: Falco peregrinus membawa mangsa (burung) di Ci Biru, Bandung |
Pendahuluan
Falco
peregrinus
merupakan jenis burung tipe kosmopolitan, tersebar di seluruh dunia. Musim
dingin berkunjung ke Afrika, India, Asia Tenggara dan Sunda Besar dan Wallacea
(del Hoyo et al 2014). Di Kepulauan Indonesia tiga subjenis; 1. ernesti (penetap); 2. callidus (pengunjung dari utara
khatulistiwa saat musim dingin) dam 3. japonensis
(pengunjung dari Asia ke Kalimantan)(Eaton et
al. 2016).
Diantara semua jenis alap-alap, burung ini paling saya kagumi, karena kemampuan terbangnya yang cepat dan lincah, dan kemampuannya menyergap burung lebih besar dari ukuran tubuhnya, serta jenis makanannya yang beragam.
Di Sulawesi saya hanya berhasil menjumpai tiga
kali tidak rutin di dekat Manado dan Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi
Tengah. Setelah tinggal di Jawa, saya rutin menjumpainya setiap tahun di Ci
Biru, Bandung.
Dalam menulis buku “Data Base Burung
Sulawesi” saya berupaya mengumpulkan semaksimal mungkin data taktik berburu dan
jenis makanan burung ini. Saya bersyukur
data tersebut melimpah di situs The Peregrine Fund.
Taktik berburu
Kemampuan dan taktik berburu burung ini
sangat mengagumkan. Kebanyakan mangsa
disergap dalam penerbangan, dengan gerakan sangat cepat dan lincah, sering
mengejarnya. Tetapi juga berburu di areal terbuka dengan menerjunkan diri ke
atas tanah atau vegetasi. Di lautan lepas, memanfaatkan kapal atau kilangan
minyak sebagai tempat bertengger untuk memangsa burung laut. Mangsa sering dipotong-potong
dan dimakan saat terbang. saya mengamati di Sulawesi, saat berburu walet dilakuan
dengan cara membaurkan diri dalam kelompok walet lalu menyergapnya (Mallo
2020).
Hingga saat ini saya belum mendapatkan data
terkait cara burung ini membunuh Sula leucogaster,
Aquila heliaca, Milvus migrans, Buteo buteo
dan Bubo bubo. Sebagai perbandingan,
di Amerika Utara Falco mexicanus
berukuran 37-47 cm dapat membunuh Anas
platyhynchus berukuran jauh lebih besar (50-60 cm) dengan cara terbang
berkecepatan tinggi lalu menyambar-membenturkan (tidak menerkam) kakinya pada
kepala Anas platyhynchus sehingga
mati. Diduga Falco peregrinus membunuh kelima jenis burung tersebut dengan cara
demikian. Karena untuk membunuh mangsa berukuran besar, mustahil menyergap
langsung di bagian tubuhnya, tetapi harus melumpuhkan bagian tubuhnya paling
vital (terutama bagian kepala) hingga dapat membuatnya mati(Mallo 2020).
Diantara salah satu taktik berburu burung
ini yang saya kagumi adalah kemampuannya dalam kleptoparasitisme terhadap jenis
burung lain, terutama burung berukuran besar. Moshkin mencatat
kleptoparasitisme tinggi dilakukan terhadap burung berukuran besar; Aquila heliaca dan Pandion sp. di Lembah Sungai Sakmara, Pegunungan Ural selatan. Dia
mengkorelasikan hal ini disebabkan karena meningkatnya kompetisi burung ini dan
raptor lain, karena peningkatan populasinya. Pada tahun 2009, Moshkin melakukan dua
pengamatan kleptoparasitisme terhadap Pandion
sp. yang membawa ikan (Mallo 2020).
Jenis makanan
Terkait data mengenai jenis makanan Falco peregrinus saya hanya berhasil
mengamati lima kali berburu mangsa dan memakan; pada 9 Perbuari 1998 memangsa
kadal dekat manado, 24 Juli 1999 dan 14 Juli 2000 masing-masing satu individu
berburu kawanan walet (Collocalia
esculenta, Colliocalia infuscatus
dan Hirundapus sp.) di Taman Nasional
Lore Lindu, dan 18 Oktober dan awal 2016 penulis sering mengamati masing-masing
satu individu menangkap Lonchura spp.
dan Collocalia linchi dan Aerodramus fuchiphaga di Ci biru,
Bandung (Mallo 2016; Mallo 2020).Gambar 2: Falco peregrinus memakan mangsa (burung) di Ci Biru, Bandung
Makanan burung ini bukan hanya jenis-jenis
hewan tersebut, tetapi sangat beragam (dari data di The Peregrine Fund ditambah
data lain lebih dari 171 jenis).
Keragaman jenis makanan tersebut didapatkan karena burung ini
tersebar menjangkau beragam tipe
habitat; mulai dari kawasan bersalju, tundra, sub tropis, hutan tropis, padang
pasir, padang rumput, pesisir pantai, perairan laut lepas, pulau-pulau kecil
terpencil, sungai, danau, rawa, lahan budidaya, areal persawahan hingga
pemukiman termasuk perkotaan.
Makanannya dari yang berukuran kecil hingga
melebihi ukuran tubuhnya. Tetapi makanan dominan adalah berbagai jenis burung.
Terbanyak berukuran kecil, umumnya jenis passeriformes; terutama
berbagai jenis jalak, blackbird, Redwing, fieldfare, meadow pipit, hawfinch dan
Bondol; burung pantai, paling favorit dimangsa berbagai spesies
Charadriiformes termasuk Pluvialis fulva,
Pluvialis dominica dan Aethia cristatella. Juga berbagai jenis
trulek, berkik dan trinil, terutama Tringa
brevipes, Tringa semipalmata dan Tringa glareola; burung laut,
paling favorit dimangsa Oceanites spp.:
walet/kapinis, tidak banyak jenisnya, tercatat enam jenis, yaitu Aeronautes saxatalis, Collocalia linchi, Aerodramus fuchipaga, Apus
nipalensis, Hirundo rustica dan Delichon urbicum, tetapi jumlah individu
yang dimangsa sangat banyak dalam satu jenis.
Selanjutnya jenis burung berukuran
sedang: terbanyak dari jenis Columbidae: paling favorit dimangsa Columba livia, lalu Columbina
talpacoti, Zenaida auriculata, Columba palumbus dan Trerons vernans; lalu burung laut,
paling favorit adalah Sterna paradisaea
dan Sterna hirundo, juga Thalasseus maximus, Larus ridibundus dan Stercorarius
longicaudus; phasianiformes yaitu Lagopus lagopus, Alectoris,
Ptarmigan sp. dan Ammoperdix griseogularis; burung rawa; jenis mandar (rail), Gallinula
chloropus dan Tachybaptus. Jenis
lain Eolophus roseicapilla (dimangsa
cukup banyak) dan Coloeus spp.
Terakhir burung berukuran besar:
terbanyak adalah adalah jenis burung pantai/laut: Limosa fedoa, Numenius
americanus, Limnodromus griseus, Limnodromus scolopaceus, dan satu jenis
burung laut, Sula leucogaster.
Selanjutnya berbagai jenis Ardeidae: Nycticorax
nycticorax, Ixobrychus involucri
dan, Syrigma sibilatrix; jenis
Ciconiidae; Ducula pistrinaria;
berbagai jenis itik liar dan peliharaan; ayam peliharaan dan jenis ayam liar besar;
serta raptor berukuran besar, yaitu Milvus
migrans, Accipiter gentilis, Buteo buteo, Aquila heliaca, serta Bubo
bubo.
Selain burung juga memangsa mamalia,
terutama berukuran kecil, terbanyak berbagai jenis kelelawar ukuran kecil, juga
Pteropus spp., (jarang), dan juga
tercatat memangsa tikus dan Spermophilus
major (bajing); beberapa jenis Reptilia, terutama kadal; teramati memakan
beberapa kali ikan; serangga besar, tercatat belalang, Syntermes dan jangkrik
(Mallo 2020).
Kekaguman saya pada burung ini adalah
kemampuanya memangsa burung lebih besar dari ukuran tubuhnya, yaitu Aquila heliaca, Milvus migrans dan Buteo
buteo di Pegunungan Ural selatan, Bubo
bubo di India, dan juga Sula
leucogaster di Pulau Perak, Malaysia. Jarang jenis burung dapat memangsa
hewan lebih besar dari tubuhnya.
Ucapan Terima Kasih
Penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang turut membantu selama dilakukan pengamatan burung ini di Ci
Biru, terutama Kang Budi Hermawan, Kang Ader Rahmat, Kang Adi Sugiarto, Teh
Dewi Wahyuni, Kang Radiktya Akasah dan Kang Whishal M. Dasanova. Juga,
teman-teman Bandung Birding (Bandring), terutama Kang Sam Ade yang telah
bersama-sama melakukan pengamatan secara rutin di Ci Biru.
Juga tidak kalah penting adik saya Moh.
Ikhsan Nur Mallo, yang telah membantu mengedit dan memposting tulisan ini.
Serta semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang
telah membantu selama melakukan kegiatan di lapangan.
Daftar Pustaka
del
Hoyo, J. & Collar, N.J. 2014.
Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume 1 Non Passerines. Lynx
and Birdlife International.
Eaton,
J.A., van Balen, B. Brickle, N.W., &
Rheindt, F.E. (2016). Birds of the Indonesian
Archipelago, Greater Sunda and Wallacea.
Lynx Edicions. Barcelona.
Mallo,
F.N. 2016. Catatan Pengamatan Burung-burung di Jawa. Tidak dipublikasikan.
Mallo,
F.N. 2020. Data Base Burung Sulawesi. Celebes Bird Club (CBC) (Dalam Persiapan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar