Rabu, 28 April 2021

TAKTIK BERBURU DAN SUMBER MAKANAN ALAP-ALAP KAWAH (FALCO PEREGRINUS) YANG MENGAGUMKAN

Oleh Fachry Nur Mallo
Gambar 1: Falco peregrinus membawa mangsa (burung) di Ci Biru, Bandung

Pendahuluan

Falco peregrinus merupakan jenis burung tipe kosmopolitan, tersebar di seluruh dunia. Musim dingin berkunjung ke Afrika, India, Asia Tenggara dan Sunda Besar dan Wallacea (del Hoyo et al 2014). Di Kepulauan Indonesia tiga subjenis; 1. ernesti (penetap); 2. callidus (pengunjung dari utara khatulistiwa saat musim dingin) dam 3. japonensis (pengunjung dari Asia ke Kalimantan)(Eaton et al. 2016).

Diantara semua jenis alap-alap, burung ini paling saya kagumi, karena kemampuan terbangnya yang cepat dan lincah, dan kemampuannya menyergap burung lebih besar dari ukuran tubuhnya, serta jenis makanannya yang beragam.

Di Sulawesi saya hanya berhasil menjumpai tiga kali tidak rutin di dekat Manado dan Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah. Setelah tinggal di Jawa, saya rutin menjumpainya setiap tahun di Ci Biru, Bandung.

Dalam menulis buku “Data Base Burung Sulawesi” saya berupaya mengumpulkan semaksimal mungkin data taktik berburu dan jenis makanan burung ini.  Saya bersyukur data tersebut melimpah di situs The Peregrine Fund. 

Taktik berburu

Kemampuan dan taktik berburu burung ini sangat mengagumkan.  Kebanyakan mangsa disergap dalam penerbangan, dengan gerakan sangat cepat dan lincah, sering mengejarnya. Tetapi juga berburu di areal terbuka dengan menerjunkan diri ke atas tanah atau vegetasi. Di lautan lepas, memanfaatkan kapal atau kilangan minyak sebagai tempat bertengger untuk memangsa burung laut. Mangsa sering dipotong-potong dan dimakan saat terbang. saya mengamati di Sulawesi, saat berburu walet dilakuan dengan cara membaurkan diri dalam kelompok walet lalu menyergapnya (Mallo 2020).

Hingga saat ini saya belum mendapatkan data terkait cara burung ini membunuh Sula leucogaster, Aquila heliaca, Milvus migrans, Buteo buteo dan Bubo bubo. Sebagai perbandingan, di Amerika Utara Falco mexicanus berukuran 37-47 cm dapat membunuh Anas platyhynchus berukuran jauh lebih besar (50-60 cm) dengan cara terbang berkecepatan tinggi lalu menyambar-membenturkan (tidak menerkam) kakinya pada kepala Anas platyhynchus sehingga mati.  Diduga Falco peregrinus membunuh kelima jenis burung tersebut dengan cara demikian. Karena untuk membunuh mangsa berukuran besar, mustahil menyergap langsung di bagian tubuhnya, tetapi harus melumpuhkan bagian tubuhnya paling vital (terutama bagian kepala) hingga dapat membuatnya mati(Mallo 2020).

Diantara salah satu taktik berburu burung ini yang saya kagumi adalah kemampuannya dalam kleptoparasitisme terhadap jenis burung lain, terutama burung berukuran besar. Moshkin mencatat kleptoparasitisme tinggi dilakukan terhadap burung berukuran besar; Aquila heliaca dan Pandion sp. di Lembah Sungai Sakmara, Pegunungan Ural selatan. Dia mengkorelasikan hal ini disebabkan karena meningkatnya kompetisi burung ini dan raptor lain, karena peningkatan populasinya.  Pada tahun 2009, Moshkin melakukan dua pengamatan kleptoparasitisme terhadap Pandion sp. yang membawa ikan (Mallo 2020).

Jenis makanan

Terkait data mengenai jenis makanan Falco peregrinus saya hanya berhasil mengamati lima kali berburu mangsa dan memakan; pada 9 Perbuari 1998 memangsa kadal dekat manado, 24 Juli 1999 dan 14 Juli 2000 masing-masing satu individu berburu kawanan walet (Collocalia esculenta, Colliocalia infuscatus dan Hirundapus sp.) di Taman Nasional Lore Lindu, dan 18 Oktober dan awal 2016 penulis sering mengamati masing-masing satu individu menangkap Lonchura spp. dan Collocalia linchi dan Aerodramus fuchiphaga di Ci biru, Bandung (Mallo 2016; Mallo 2020).

Gambar 2: Falco peregrinus memakan mangsa (burung) di Ci Biru, Bandung

Makanan burung ini bukan hanya jenis-jenis hewan tersebut, tetapi sangat beragam (dari data di The Peregrine Fund ditambah data lain lebih dari 171 jenis).  Keragaman jenis makanan tersebut didapatkan karena burung ini tersebar  menjangkau beragam tipe habitat; mulai dari kawasan bersalju, tundra, sub tropis, hutan tropis, padang pasir, padang rumput, pesisir pantai, perairan laut lepas, pulau-pulau kecil terpencil, sungai, danau, rawa, lahan budidaya, areal persawahan hingga pemukiman termasuk perkotaan.

Makanannya dari yang berukuran kecil hingga melebihi ukuran tubuhnya. Tetapi makanan dominan adalah berbagai jenis burung. Terbanyak berukuran kecil, umumnya jenis passeriformes; terutama berbagai jenis jalak, blackbird, Redwing, fieldfare, meadow pipit, hawfinch dan Bondol; burung pantai, paling favorit dimangsa berbagai spesies Charadriiformes termasuk Pluvialis fulva, Pluvialis dominica dan Aethia cristatella. Juga berbagai jenis trulek, berkik dan trinil, terutama Tringa brevipes, Tringa semipalmata dan Tringa glareola; burung laut, paling favorit dimangsa Oceanites spp.: walet/kapinis, tidak banyak jenisnya, tercatat enam jenis, yaitu Aeronautes saxatalis, Collocalia linchi, Aerodramus fuchipaga, Apus nipalensis, Hirundo rustica dan Delichon urbicum, tetapi jumlah individu yang dimangsa sangat banyak dalam satu jenis.

Selanjutnya jenis burung berukuran sedang: terbanyak dari jenis Columbidae:  paling favorit dimangsa Columba livia, lalu Columbina talpacoti, Zenaida auriculata, Columba palumbus dan Trerons vernans; lalu burung laut, paling favorit adalah Sterna paradisaea dan Sterna hirundo, juga Thalasseus maximus, Larus ridibundus dan Stercorarius longicaudus; phasianiformes yaitu Lagopus lagopus, Alectoris, Ptarmigan sp. dan Ammoperdix griseogularis; burung rawa;  jenis mandar (rail),  Gallinula chloropus dan Tachybaptus. Jenis lain Eolophus roseicapilla (dimangsa cukup banyak) dan Coloeus spp.

Terakhir burung berukuran besar: terbanyak adalah adalah jenis burung pantai/laut: Limosa fedoa, Numenius americanus, Limnodromus griseus, Limnodromus scolopaceus, dan satu jenis burung laut, Sula leucogaster. Selanjutnya berbagai jenis Ardeidae: Nycticorax nycticorax, Ixobrychus involucri dan, Syrigma sibilatrix; jenis Ciconiidae; Ducula pistrinaria; berbagai jenis itik liar dan peliharaan; ayam peliharaan dan jenis ayam liar besar; serta raptor berukuran besar, yaitu Milvus migrans, Accipiter gentilis, Buteo buteo, Aquila heliaca, serta Bubo bubo.

Selain burung juga memangsa mamalia, terutama berukuran kecil, terbanyak berbagai jenis kelelawar ukuran kecil, juga Pteropus spp., (jarang), dan juga tercatat memangsa tikus dan Spermophilus major (bajing); beberapa jenis Reptilia, terutama kadal; teramati memakan beberapa kali ikan; serangga besar, tercatat belalang, Syntermes dan jangkrik (Mallo 2020).

Kekaguman saya pada burung ini adalah kemampuanya memangsa burung lebih besar dari ukuran tubuhnya, yaitu Aquila heliaca, Milvus migrans dan Buteo buteo di Pegunungan Ural selatan, Bubo bubo di India, dan juga Sula leucogaster di Pulau Perak, Malaysia. Jarang jenis burung dapat memangsa hewan lebih besar dari tubuhnya.

Ucapan Terima Kasih

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu selama dilakukan pengamatan burung ini di Ci Biru, terutama Kang Budi Hermawan, Kang Ader Rahmat, Kang Adi Sugiarto, Teh Dewi Wahyuni, Kang Radiktya Akasah dan Kang Whishal M. Dasanova. Juga, teman-teman Bandung Birding (Bandring), terutama Kang Sam Ade yang telah bersama-sama melakukan pengamatan secara rutin di Ci Biru.

Juga tidak kalah penting adik saya Moh. Ikhsan Nur Mallo, yang telah membantu mengedit dan memposting tulisan ini. Serta semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu selama melakukan kegiatan di lapangan.

Daftar Pustaka

del Hoyo, J. & Collar, N.J.  2014. Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume 1 Non Passerines. Lynx and Birdlife International.

Eaton, J.A., van Balen, B.  Brickle, N.W., & Rheindt, F.E. (2016). Birds of the Indonesian Archipelago,  Greater Sunda and Wallacea. Lynx Edicions. Barcelona.

Mallo, F.N. 2016. Catatan Pengamatan Burung-burung di Jawa. Tidak dipublikasikan.

Mallo, F.N. 2020. Data Base Burung Sulawesi. Celebes Bird Club (CBC) (Dalam Persiapan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar