Kamis, 27 Mei 2021

CATATAN STRATEGI PERBURUAN ELANG-ULAR SULAWESI (SPILORNIS RUFIPECTUS)

 Oleh Fachry Nur Mallo

Gambar 1: Elang-Ular Sulawesi sedang mengintai mangsa dari tempat bertengger setinggi 7 meter di sebuah pohon di tengah areal padang rumput TN Rawa Aopa-Watumohai (Sulawesi Tenggara)

Pendahuluan

Elang-ular Sulawesi merupakan salah satu jenis burung endemik Sulawesi. Terbagi dalam dua subjenis yaitu: rufipectus; yang tersebar di daratan Sulawesi, Siau, Talisei, Lembeh, Togian, Selayar, Muna, Buton dan sulaensis yang tersebar di Kepulauan Banggai dan Kepulauan Sula.

Burung ini merupakan salah jenis raptor paling umum dijumpai di seluruh tempat penyebarannya. Sering teramati terbang mengikuti aliran udara termal secara soliter, dua individu atau berkelompok kecil di tepi hutan dan areal terbuka, atau bertengger diam-diam di areal terbuka atau di dalam vegetasi hutan. Menghuni berbagai tipe habitat, tetapi utamanya hutan primer dan hutan sekunder, juga areal terbuka dekat hutan, seperti lahan budidaya dan padang rumput terdapat pepohonan, dan areal terbuka lain. Kadang mengunjungi pulau-pulau kecil di sekitar daratan utama.

Makanan utama berupa kadal, ular kecil, dan kadang-kadang mamalia kecil (tikus) (Coates & Bishop 1997).  Diduga juga memakan burung berukuran sedang dan kecil, tetapi belum tercatat, karena kerabatnya dekatnya Spilornis cheela di India juga memakan burung berukuran sedang dan kecil (Gokula 2012).

Walaupun burung ini tersebar secara umum diberbagai tempat di Sulawesi, tetapi aspek ekologinya jarang diketahui. Termasuk juga jenis makanan maupun strategi perburuan. Hal ini disebabkan karena sangat jarang dilakukan penelitian dan survei terhadap burung ini.

Penulis mengumpulkan data-data strategi perburuan burung ini, tetapi hanya sedikit didapatkan. Tetapi penulis mendapatkan data perburuannya memanfaatkan vegetasi terbakar, satu-satunya raptor tercatat di Sulawesi yang berperilaku demikian.

Penulis memiliki cukup banyak catatan (hasil pengamatan pribadi maupun pengamatan pengamat lain) burung ini saat berburu mangsa dan memakan. Dalam tulisan ini sebagian besar materinya dari catatan pengamatan tersebut.

Tulisan sederhana ini semoga bermanfaat sebagai bahan data dan informasi strategi perburuan mangsa burung ini.

Strategi perburuan

Penulis mengamati beberapa perilaku Elang-ular Sulawesi, berupa terbang berputar-putar tinggi mengikuti termal di tepi hutan dan areal terbuka lain tidak jauh dari hutan sambil meneriakan suaranya. Selain terbang tinggi juga kadang terbang pendek di atas tajuk atau di sela-sela antara tajuk pepohonan, serta bertengger di areal terbuka dan di dalam vegetasi rapat dan agak rapat.


Gambar 2: Elang-Ular Sulawesi di barat Pulau Peleng, sedang mengintai mangsa dari tempat bertengger setinggi 8 meter di sebuah pohon mati di tengah areal lahan budidaya yang dibersihkan dari vegetasi (atas) dan di pohon Cocos nucifera setinggi 5 meter di areal lahan budidaya bervegetasi agak rapat (bawah)

Dari semua perilaku tersebut, penulis dapat memastikan bahwa saat bertengger merupakan bagian dari perilaku berburu mangsa, karena menunjukkan adanya perilaku mengawasi pergerakan mangsa dari tempat bertengger. Ada dua tipe areal perburuan saat bertengger:

- Area terbuka.  Umumnya teramati pada areal berumput pendek, lahan budidaya yang dibersihkan atau di tepi sungai dan danau terbuka. Bertengger di pohon setinggi 4 hingga 15 meter, lebih sering 4 hingga 10 meter sambil mengawasi pergerakan mangsanya. Di areal ini umumnya dijumpai kadal dan tikus dan juga burung-burung Synoicus chinensis, Spilopelia chinensis dan Lonchura spp.

- Areal tertutup vegetasi. Perilakunya soliter bertengger diam-diam di dalam vegetasi setinggi 2 hingga 6 m, sambil mengawasi mangsanya. Mangsa yang melakukan aktifitas di areal ini umumnya ular, kadal, kadang tikus, juga beberapa jenis burung berukuran sedang dan kecil.  Areal ini bervariasi, dari bervegetasi agak rapat hingga bervegetasi rapat.  Areal bervegetasi agak rapat umumnya terdapat di areal lahan budidaya ditumbuhi tanaman agak rapat, seperti Cocos nucifera berusia muda, bercampur tanaman tahunan seperti Theobroma cacao, Syzygium aromaticum, dan tanaman buah-buahan, atau juga di vegetasi tidak jauh dari areal terbuka, di tipe vegetasi ini bertengger setinggi 4 - 6 meter.  Sementara pilihan tempat bertengger di vegetasi rapat umumnya di hutan primer dan hutan sekunder tua. Burung ini cenderung bertengger semakin rendah di vegetasi rapat dibanding di vegetasi agak rapat atau areal terbuka, bahkan di hutan sekunder tua dekat Poso penulis menjumpai bertengger hanya setinggi 2 meter. Di tempat ini penulis umum menjumpai beberapa jenis reptil, yaitu Bronchocela celebensis, berukuran besar, Eutropis multifasciata, Eutropis rudis dan Lamprolepis smaragdina, berukuran sedang dan beberapa jenis bajing dan tikus (Mallo 2020). Mungkin semua jenis hewan tersebut sering dimangsa burung ini, karena mudah dijumpai. 

Aktifitas terbang, belum ketahui secara pasti apakah merupakan bagian dari perilaku berburu, karena tidak teramati aktivitas melakukan pengawasan terhadap mangsa. Tetapi mungkin perilaku ini juga bagian dari aktifitas berburu, untuk berpindah tempat dari areal berburu satu ke areal berburu lain, atau melakukan orientasi mencari areal yang cocok untuk berburu mangsa.

Di Habitat berupa areal terbuka, terdapat satu catatan menarik yang diuraikan Ferguson-Lees & Christie 2001, bahwa  burung  sering terlihat mencari makan di atas padang rumput terbuka, dan tertarik pada kebakaran rumput. Tidak dijelaskan apakan hal ini dilakukan saat menunggu mangsa di tempat bertengger atau sambil terbang di sekitar vegetasi terbakar.

Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa Elang-ular Sulawesi umumnya berburu mangsa dari tempat bertengger. Walaupun belum teramati tetapi mungkin juga berburu dari aktivitas terbang, yang menerjunkan diri menyergap mangsa, tetapi jarang dilakukan.

Dalam melakukan pengamatan Elang-ular Bido (Spilornis cheela), kerabat dekat burung ini di Jawa, penulis juga mengamati strategi perburuannya sama dengan burung ini, juga tidak pernah menjumpai berburu saat melakukan aktivitas terbang. Sepertinya perilaku berburu pada kedua jenis raptor ini dapat menggambarkan strategi perburuan pada kelompok Spilornis (Mallo 2020).

Ucapan Terima Kasih

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu selama dilakukan pengamatan burung Elang-ular Sulawesi, terutama Dadang Dwi Putra, yang telah menjelajah bersama beberapa tempat di Sulawesi; Alfian Maleso, Pak Ayu Maleso dan isteri di Pulau Peleng; dan Ikhsan yang menemani penulis melakukan pengamatan  di Taman Nasional Rawa Aopa-Watumohai.

Juga tidak kalah penting adik saya Moh. Ikhsan Nur Mallo, yang telah membantu mengedit dan memposting tulisan ini. Serta semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu selama melakukan kegiatan di lapangan.

Daftar Pustaka

Coates, B.J. & Bishop, K.D. 1997. A Guide to the Bird of Wallacea (Sulawesi, the Moluccas and the Lesser Sunda Islands, Indonesia). Alderley. Dove Publication.

Del Hoyo, J. & Collar, N.J.  2014. Illustrated Checklist of the Bird of the World,     Volume 1 Non Passerines. Lynx and Birdlife International.

Gokula, V. (2012). Breeding Ecology of the Crested Serpent Eagle Spilornis cheela (Latham, 1790) (Aves: Accipitiformes: Accipitridae) in Kolli Hills, Tamil Nadu, India. Taprobanica, October, 2012. Vol. 04, No. 02: pp. 77-82.

Mallo, F.N., (2020). Data Base Burung Sulawesi. Celebes Bird Club (CBC) (Dalam        Persiapan).     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar