Oleh
Fachry Nur MalloGambar 1: Elang-Ular Sulawesi sedang mengintai mangsa dari tempat bertengger setinggi 7 meter di sebuah pohon di tengah areal padang rumput TN Rawa Aopa-Watumohai (Sulawesi Tenggara)
Pendahuluan
Elang-ular Sulawesi merupakan salah satu jenis burung endemik Sulawesi.
Terbagi dalam dua subjenis yaitu: rufipectus; yang tersebar di daratan
Sulawesi, Siau, Talisei, Lembeh, Togian, Selayar, Muna, Buton dan sulaensis
yang tersebar di Kepulauan Banggai dan Kepulauan Sula.
Burung ini merupakan salah jenis raptor paling umum dijumpai di seluruh tempat penyebarannya. Sering teramati terbang mengikuti aliran udara termal secara soliter, dua individu atau berkelompok kecil di tepi hutan dan areal terbuka, atau bertengger diam-diam di areal terbuka atau di dalam vegetasi hutan. Menghuni berbagai tipe habitat, tetapi utamanya hutan primer dan hutan sekunder, juga areal terbuka dekat hutan, seperti lahan budidaya dan padang rumput terdapat pepohonan, dan areal terbuka lain. Kadang mengunjungi pulau-pulau kecil di sekitar daratan utama.
Makanan utama berupa kadal, ular kecil, dan kadang-kadang mamalia kecil
(tikus) (Coates & Bishop 1997). Diduga juga memakan burung berukuran sedang
dan kecil, tetapi belum tercatat, karena kerabatnya dekatnya Spilornis cheela di India juga memakan burung
berukuran sedang dan kecil (Gokula 2012).
Walaupun burung ini tersebar secara umum diberbagai tempat di Sulawesi,
tetapi aspek ekologinya jarang diketahui. Termasuk juga jenis makanan maupun
strategi perburuan. Hal ini disebabkan karena sangat jarang dilakukan
penelitian dan survei terhadap burung ini.
Penulis mengumpulkan data-data strategi perburuan burung ini, tetapi
hanya sedikit didapatkan. Tetapi penulis mendapatkan data perburuannya
memanfaatkan vegetasi terbakar, satu-satunya raptor tercatat di Sulawesi yang
berperilaku demikian.
Penulis memiliki cukup banyak catatan (hasil pengamatan pribadi maupun
pengamatan pengamat lain) burung ini saat berburu mangsa dan memakan. Dalam
tulisan ini sebagian besar materinya dari catatan pengamatan tersebut.
Tulisan sederhana ini semoga bermanfaat sebagai bahan data dan informasi
strategi perburuan mangsa burung ini.
Strategi
perburuan
Penulis mengamati beberapa perilaku Elang-ular Sulawesi, berupa terbang berputar-putar tinggi mengikuti termal di tepi hutan dan areal terbuka lain tidak jauh dari hutan sambil meneriakan suaranya. Selain terbang tinggi juga kadang terbang pendek di atas tajuk atau di sela-sela antara tajuk pepohonan, serta bertengger di areal terbuka dan di dalam vegetasi rapat dan agak rapat.
Dari semua perilaku tersebut, penulis dapat memastikan bahwa saat
bertengger merupakan bagian dari perilaku berburu mangsa, karena menunjukkan adanya
perilaku mengawasi pergerakan mangsa dari tempat bertengger. Ada dua tipe areal
perburuan saat bertengger:
- Area terbuka. Umumnya teramati
pada areal berumput pendek, lahan budidaya yang dibersihkan atau di tepi sungai
dan danau terbuka. Bertengger di pohon setinggi 4 hingga 15 meter, lebih sering
4 hingga 10 meter sambil mengawasi pergerakan mangsanya. Di areal ini umumnya
dijumpai kadal dan tikus dan juga burung-burung Synoicus chinensis, Spilopelia
chinensis dan Lonchura spp.
- Areal tertutup vegetasi. Perilakunya soliter bertengger diam-diam di
dalam vegetasi setinggi 2 hingga 6 m, sambil mengawasi mangsanya. Mangsa yang
melakukan aktifitas di areal ini umumnya ular, kadal, kadang tikus, juga
beberapa jenis burung berukuran sedang dan kecil. Areal ini bervariasi, dari bervegetasi agak
rapat hingga bervegetasi rapat. Areal
bervegetasi agak rapat umumnya terdapat di areal lahan budidaya ditumbuhi
tanaman agak rapat, seperti Cocos
nucifera berusia muda, bercampur tanaman tahunan seperti Theobroma cacao, Syzygium aromaticum, dan tanaman buah-buahan, atau juga di vegetasi
tidak jauh dari areal terbuka, di tipe vegetasi ini bertengger setinggi 4 - 6
meter. Sementara pilihan tempat
bertengger di vegetasi rapat umumnya di hutan primer dan hutan sekunder tua. Burung
ini cenderung bertengger semakin rendah di vegetasi rapat dibanding di vegetasi
agak rapat atau areal terbuka, bahkan di hutan sekunder tua dekat Poso penulis
menjumpai bertengger hanya setinggi 2 meter. Di tempat ini penulis umum
menjumpai beberapa jenis reptil, yaitu Bronchocela
celebensis, berukuran besar, Eutropis
multifasciata, Eutropis rudis dan
Lamprolepis smaragdina, berukuran
sedang dan beberapa jenis bajing dan tikus (Mallo 2020). Mungkin semua jenis
hewan tersebut sering dimangsa burung ini, karena mudah dijumpai.
Aktifitas terbang, belum ketahui secara pasti apakah merupakan bagian
dari perilaku berburu, karena tidak teramati aktivitas melakukan pengawasan
terhadap mangsa. Tetapi mungkin perilaku ini juga bagian dari aktifitas berburu,
untuk berpindah tempat dari areal berburu satu ke areal berburu lain, atau melakukan
orientasi mencari areal yang cocok untuk berburu mangsa.
Di Habitat berupa areal terbuka, terdapat satu catatan menarik yang diuraikan
Ferguson-Lees & Christie 2001, bahwa
burung sering terlihat mencari
makan di atas padang rumput terbuka, dan tertarik pada kebakaran rumput. Tidak
dijelaskan apakan hal ini dilakukan saat menunggu mangsa di tempat bertengger
atau sambil terbang di sekitar vegetasi terbakar.
Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa Elang-ular Sulawesi umumnya
berburu mangsa dari tempat bertengger. Walaupun belum teramati tetapi mungkin
juga berburu dari aktivitas terbang, yang menerjunkan diri menyergap mangsa,
tetapi jarang dilakukan.
Dalam melakukan pengamatan Elang-ular Bido (Spilornis cheela), kerabat dekat burung ini di Jawa, penulis juga
mengamati strategi perburuannya sama dengan burung ini, juga tidak pernah
menjumpai berburu saat melakukan aktivitas terbang. Sepertinya perilaku berburu
pada kedua jenis raptor ini dapat menggambarkan strategi perburuan pada
kelompok Spilornis (Mallo 2020).
Ucapan
Terima Kasih
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu
selama dilakukan pengamatan burung Elang-ular Sulawesi, terutama Dadang Dwi
Putra, yang telah menjelajah bersama beberapa tempat di Sulawesi; Alfian
Maleso, Pak Ayu Maleso dan isteri di Pulau Peleng; dan Ikhsan yang menemani
penulis melakukan pengamatan di Taman
Nasional Rawa Aopa-Watumohai.
Juga tidak kalah penting adik saya Moh. Ikhsan Nur Mallo, yang telah
membantu mengedit dan memposting tulisan ini. Serta semua pihak yang tidak
sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu selama
melakukan kegiatan di lapangan.
Daftar
Pustaka
Coates, B.J. & Bishop, K.D. 1997. A Guide to the
Bird of Wallacea (Sulawesi, the Moluccas and the Lesser Sunda Islands,
Indonesia). Alderley. Dove Publication.
Del Hoyo, J. & Collar, N.J. 2014. Illustrated Checklist of the Bird of
the World, Volume 1 Non Passerines.
Lynx and Birdlife International.
Gokula, V. (2012). Breeding Ecology of the Crested
Serpent Eagle Spilornis cheela (Latham, 1790) (Aves: Accipitiformes:
Accipitridae) in Kolli Hills, Tamil Nadu, India. Taprobanica, October, 2012.
Vol. 04, No. 02: pp. 77-82.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar