Oleh: Fachry Nur MalloGambar 1. Pachystachys lutea tanaman berbunga yang sering diisap Cinnyris jugularis dan Dicaeum trochileum di lokasi penelitian
A. Pendahuluan
Di Kota Bandung cukup banyak jenis
burung insectivore. Tetapi hanya satu
jenis insectivore sejati (Cinnyris
jugularis). Jenis burung insectivore
sejati bentuk paruhnya mempunyai ciri spesifik; umumnya ramping, panjang,
melengkung dan tajam. Berbagai jenis menyesuaikan dengan beberapa jenis bunga
tumbuhan tertentu. Jenis-jenis
Nectariniidae yang mencirikan ciri tersebut. Umumnya jenis-jenis famili ini
mengisap nektar pada bunga bertabung panjang dan pendek.
Selain itu, beberapa jenis burung frugivore dan insectivore menambah nutrisinya dengan mengisap nektar, diantaranya yang rutin adalah jenis-jenis Psittaciformes, Dicaeidae dan Zosteropidae. Umumnya burung-burung ini mengisap nektar pada bunga tidak bertabung atau paling tidak bunga bertabung pendek (Mallo 2019).
Di Kota Bandung banyak jenis-jenis
tumbuhan berbunga menjadi sumber makanannya. Penulis mencatat terdapat 28 jenis
yang penting (Mallo 2021), termasuk Pachystachys
lutea dan Helicoma psittacorium,
yang menjadi objek kajian dalam penulisan ini.
Diantara semua jenis nectarivore satu jenis (Psittacula alexandri) hanya mengisap
bunga pohon berukuran tinggi. Sedangkan dua jenis burng dari genus Loriculus, jarang dijumpai, bersifat
lokal di Taman Ganesha, umumnya mengisap bunga di strata tajuk bawah dan semak
tinggi. Sedangkan jenis Nectarinidae, Dicaeidae dan Zosteropidae mengisap bunga
tumbuhan di semak dan kadang tajuk bawah. Di strata tersebut terdapat banyak
jenis tumbuhan dibanding di pohon strata tajuk atas, sehingga sumber pakan
(bunga) ketiga famili burung tersebut lebih melimpah.
Jenis burung dari famili
Nectarinidae dapat menjangkau lebih banyak jenis tumbuhan berbunga, karena
memiliki paruh panjang melengkung khas burung pengisap-madu, sehingga dapat
mengisap nektar pada bunga bertabung panjang selain bunga bertabung pendek dan
tidak bertabung. Sedangkan jenis lain paruhnya tidak dapat menjangkau nektar
pada bunga bertabung panjang, sehingga jenis sumber makanannya lebih sedikit
dibanding jenis-jenis Nectarinidae (Mallo 2021).
Burung Cinnyris jugularis dan Dicaeum
trochileum yang menjadi objek penelitian ini dapat dijumpai di semua tipe
habitat berpohon, termasuk habitat hunian perkotaan Kota Bandung. Kategori kedua jenis burung ini di lokasi
penelitian adalah jenis urban exploiter.
Karena di lokasi tersebut sangat tinggi aktifitas manusia dan lebih dominan
areal terbangun dan terbuka, dan sedikit vegetasi terbentuk.
Menurut Nugraha (2014), urban exploiter adalah yang terdiri dari
burung yang dapat beradaptasi di lingkungan yang memiliki tingkat urbanisasi
yang tinggi. Berasosiasi positif dengan variabel urban dan berasosiasi negatif
dengan variabel vegetasi. Termasuk dalam
kelompok ini habitat bangunan dengan derajat urbanisasi yang tinggi.
Hingga saat ini penulis belum
menemukan literatur penelitian tentang perilaku harian burung nectarivore dalam
mengisap bunga di Kota Bandung dan mungkin penelitian tersebut belum pernah
dilakukan. Maka hal itu menjadi salah
satu alasan yang mendorong penulis melakukan penelitian ini. Tulisan ini hanya
merupakan hasil penelitian sementara, karena rencananya akan dilakukan
penelitian lanjutan pada saat musim hujan.
Penelitian ini walaupun sederhana,
objeknya hanya dua jenis burung umum yang juga terdapat di hunian perkotaan,
tetapi cukup penting, karena dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui:
1.
Jenis-jenis tumbuhan terutama bunganya diisap burung insectivore.
2.
Proses terjadinya kompetisi jenis insectivore dalam mengisap bunga.
3.
Cara mengisap bunga.
4. Perilaku saat mengisap bunga dan aktifitas lain sekitar tumbuhan sumber makanan
dan persentasi aktifitas antara jantan dan betina.
5.
Pengaruh instensitas aktivitas manusia.
6.
Gangguan dari jenis burung lain.
B. Kegiatan pengumpulan data
Penelitian ini dilakukan pada sebuah
kompleks di jalan AH. Nasution, Bandung, dan rencananya akan dilakukan dua
tahap, pada musim kemarau dan musim hujan.
Tahap pertama telah berhasil
dilakukan sejak 4 Juni s/d 14 Juli 2021 (musim kemarau) dan berhasil terkumpul
1.102 menit aktifitas, dan tahap kedua rencananya akan dilaksanakan pada Oktober
s/d Desember 2021.
Lokasi penelitian seluas 12 x 8 m,
berupa areal yang intensitas manusia sangat tinggi, dan lebih dominan areal
terbangun dan terbuka, dan sedikit vegetasi terbentuk. Vegetasinya berupa tanaman peneduh setinggi
6,5 m dan tanaman hias yang ditanam maksimal
setinggi 170 cm.
C. Data diperoleh
Di areal penelitian terdapat
lima jenis tumbuhan semak setinggi lebih dari 1 m selalu berbunga
sepanjang waktu penelitian, yaitu Pachystachys
lutea (satu pohon), Punica granatum (satu pohon), Canna indica (membentuk vegetasi), Helicoma psittacorium (membentuk
vegetasi) dan Costus woodsonii (membentuk vegetasi). Jenis
tumbuhan lain tidak pernah berbunga adalah Terminalia
buceras (tiga pohon), Moringa
oleifera (satu pohon), dan Palem (satu pohon).
Intensitas aktivitas manusia tinggi
di sekitar areal penelitian bervariasi.
Aktivitas tertinggi antara pukul 06.30 s/d 10.00, kemudian antara pukul
16. 00 s/d 18.00 dan pukul 10.00 s/d 16.00 merupakan rentang waktu aktivitas
manusia manusia paling rendah dibanding kedua waktu lainnya. Adapun data
aktifitas Dicaeum trochileum, dan Cinnyris jugularis di areal penelitian
dapat dilihat di dua tabel berikut (Download):
D. Pembahasan
1.
Aktifitas secara umum dan terjadinya kompetisi
Berdasarkan data perbandingan
persentase lama waktu melakukan aktifitas mengisap bunga dan aktifitas lain, Cinnyris jugularis lebih dominan
melakukan aktifitas yaitu selama 1.076 menit (97,5%) dibanding Dicaeum
trochileum yang menggunakan 26 menit (2,3%). Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, individu
betina Cinnyris jugularis jauh lebih
dominan melakukan aktivitas dibanding individu jantan, dengan perbandingan
masing-masing 1.063 menit pada individu betina (96,4%) dan 13 menit (1,1%) pada
individu jantan.Gambar 2. Coostus woodsonni di lokasi penelitian
Dicaeum
trochileum rutin
setiap hari mengisap bunga Pachystachys
lutea sebelum tanggal 2 Juni 2021 hingga 5 Juni 2021. Namun, pada tanggal
6-17 Juni 2021 Pachystachys lutea
tidak dikunjungi lagi Dicaeum trochileum
dan burung-madu lain, karena ada aktifitas pekerjaan pemboran air di sekitar
tempat aktivitas mereka. Pada 18 Juni
2021 Pachystachys lutea mulai kembali
dikunjungi oleh individu betina Cynnyris
jugularis hingga akhir penelitian, sedangkan Dicaeum jugularis hanya sekali mengunjungi kembali Pachystachys lutea sejak adanya
aktivitas pemboran air yaitu pada tanggal 30 Juni 2021, tetapi terbang
menghindar setelah melihat betina Cinnyris
jugularis sedang mengisap bunga.Gambar 3. Helicoma psittacorium di lokasi penenlitian
Hasil pengamatan ini menunjukkan
adanya kompetisi antara betina Dicaeum
trochileum dengan betina Cinnyris
jugularis, dan antara dua individu betina Cinnyris jugularis, masing-masing sekali. Pada 30 Juni 2021 betina Dicaeum trochileum datang mengunjungi pohon Pachystachys lutea, lalu terbang menghindar setelah melihat betina Cinnyris jugularis sedang mengisap
bunga. Pada 13 Juli 2021 satu individu
betina Cinnyris jugularis pendatang
berebutan dengan individu betina Cinnyris
jugularis yang rutin mengisap Pachystachys
lutea menuju bunga Pachystachys lutea.
Betina pendatang menghindar terbang keluar areal penelitian, sedangkan betina
yang rutin mengisap Pachystachys lutea
mendatangi dan mengisap bunga Pachystachys
lutea. Tidak terjadi kontak fisik.
2.
Waktu dan jenis aktifitas, dan perbandingannya dengan intensitas manusia.
Waktu aktifitas kedua jenis burung
tersebut lebih banyak dilakukan pada pukul 10.00 - 16.00 sebanyak 703 menit
(63,7%), lalu pada pukul 16.00 –
18.00 sebanyak 310 menit (28,1%) dan
pukul 06.00-10.00 sebanyak 89 menit (8,0%), dari total waktu aktifitas (1.102
menit). Fakta ini berbanding terbalik
dari waktu aktifitas burung secara umum, bahwa puncak tertinggi aktifitas
burung pada pukul 06.00-10.00, kemudian pukul 16.00-18.00 dan paling rendah
pukul 10.00-16.00. Hal tersebut disebabkan waktu aktivitas makan disesuaikan
dengan intensitas aktivitas manusia. Di lokasi penelitian intensitas aktivitas
manusia tertinggi antara pukul 06.30-10.00, kemudian pukul 16.00-18.00, dan
pukul 10.00-16.00 merupakan rentang waktu aktivitas terendah. Hal ini
mengindikasikan bahwa di lokasi penelitian sangat tinggi aktifitas manusia, dan
waktu aktifitas kedua jenis burung tersebut disesuaikan intensitas aktifitas
manusia.
Hal ini juga dapat dibuktikan
tingginya aktivitas memantau sebanyak 262 menit (23,7%) yang hampir sama dengan
aktifitas mengisap nektar sebanyak 264 (23,9%). Dalam melakukan aktivitas
mengisap nektar harus sering dilakukan pemantauan karena setiap saat selalu ada
manusia melewati lokasi penelitian, karena terletak di jalan utama.
Penulis membagi tiga jenis aktifitas
burung-madu yang diteliti, selain kedua aktifitas telah disebutkan sebelumnya,
satu lainnya adalah aktifitas istirahat. Aktifitas ini merupakan tertinggi dari
keseluruhan total aktifitas burung-madu sebanyak 576 menit (52,2%).
Aktifitas
mengisap bunga
Dalam penelitian ini ada tiga cara Cinnyris jugularis mengisap nektar dari
bunga, yaitu:
1.
Bertengger di dahan dan ranting lalu pelan-pelan mendekati bunga diisap, cara
ini paling sering dilakukan.
2.
Bertengger di badan bunga lalu mengisap nektar, cara ini juga sering dilakukan, tetapi tidak sesering cara
disebutkan sebelumnya.
3.
Mengisap bunga sambil terbang, ini dilakukan pada bunga yang tidak terjangkau dari tempat bertengger. Cara ini
waktunya sangat singkat dilakukan, hanya
4 s/d 6 detik. Cara ini paling sedikit dilakukan.
Sedangkan
betina Dicaeum trochileum hanya
melakukan cara 1 dan 2.
Aktifitas
memantau
Dalam melakukan aktifitas mengisap
bunga, kedua jenis burung tersebut, termasuk jantan dan betina Cinnyris jugularis melakukan pemantauan
dengan perilaku saat datang ke bunga yang akan diisap, didahului dengan
bertengger di kawat pagar duri atau di pohon Terminalia buceras, untuk memastikan tidak ada gangguan di bunga
yang akan dikunjungi. Lama pemantauan
bervariasi: paling cepat 17 detik, paling lama 2 menit 14 detik, tetapi paling
sering antara 17 detik hingga 38 detik. Tetapi kadang juga langsung bertengger
di bunga tanpa melakukan pemantauan. Waktu aktifitas pemantauan tergantung
tingginya intensitas manusia, jika
tinggi maka waktu akifitas pemantauan lebih lama, jika rendah maka waktu
aktifitas pemantauan sedikit, bahkan kadang terbang langsung ke bunga jika
tidak ada aktifitas manusia. Jika aktifitas manusia tinggi, maka individu Cinnyris jugularis akan terbang ke
tempat lain, meninggalkan areal penelitian.
Saat mengisap bunga, jika mendapat
gangguan maka Cinnyris jugularis akan
terbang dan hinggap di pagar kawat duri setinggi 5, setelah gangguan hilang
akan Cinnyris jugularis kembali lagi
mengisap bunga. Banyaknya aktivitas tersebut dilakukan tergantung tingginya
gangguan. Frekuensi tertinggi dari aktivitas tersebut dalam satu kali kunjungan
ke bunga yaitu sebanyak enam kali. Jika gangguan lama maka Cinnyris jugularis akan terbang meninggalkan bunga atau bertengger
(istirahat) di pagar kawat duri atau di dalam tajuk Terminalia buceras yang rapat.
Individu jantan Cinnyris jugularis paling sensitif dengan kehadiran manusia, hal
tersebut ditandai dari sedikitnya waktu aktifitasnya, tidak mengisap bunga Helicoma psittacorium di lokasi yang
terdapat intensitas manusia yang tinggi, perilakunya suka terburu-buru saat
mengunjungi bunga, bertengger dengan durasi waktu yang singkat di sekitar bunga
lalu langsung hinggap di bunga, saat manusia melakukan aktifitas dekat bunga Cinnyris jugularis jantan langsung
terbang meninggalkan lokasi penelitian.
Aktivitas manusia di dekat bunga dapat ditolerir Dicaeum trochileum dan betina Cinnyris
jugularis saat mengisap bunga.
Sedangkan Dicaeum trochileum dan betina Cinnyris
jugularis tidak sesensitif individu jantan Cinnyris jugularis. Tidak terburu-buru mengisap bunga, hal ini
dapat dilihat lebih banyaknya waktu aktifitas mengisap Helicoma psittacorium, waktu mengisap bunga lebih lama
dalam satu kali kunjungan, saat sedikit aktifitas manusia tidak
meninggalkan bunga diisap, hanya bertengger di sekitarnya, setelah aman datang
lagi, bahkan kadang tetap mengisap bunga.
Kecuali manusia melakukan gerakan mengganggu. Dalam tabel 1 aktivitas
pemantauan paling banyak dilakukan betina Cinnyris
jugularis sebanyak 259 menit (98,8%) dibanding Dicaeum trochileum sebanyak 3 menit (1,1%). Individu jantan Cinnyris jugularis hanya
sekali teramati melakukan aktivitas pemantauan dengan durasi waktu 15 detik
pada pukul 16.00-18.00, namun pada penelitian ini dianggap tidak melakukan
aktivitas pemantauan.
Aktivitas memantau dilakukan dengan
cara bertengger di pagar kawat duri setinggi 5 m, jika terganggu akan masuk ke
dalam tajuk Terminalia buceras. Saat
pertama kali bertengger kadang menggesek-gesekan paruhnya di kawat duri. Diduga
hal tersebut dilakukan untuk membersihkan paruhnya dari kotoran atau serbuk
sari saat mengisap bunga.
Aktifitas
istirahat
Waktu aktifitas istirahat hanya
dilakukan oleh betina Cinnyris jugularis,
sedangkan jantan Cinnyris jugularis
dan Dicaeum trochileum tidak melakukannya. Jantan Cinnyris
jugularis dan Dicaeum trochileum
setelah selesai mengisap bunga langsung terbang meninggalkan areal penelitian. Betina
Cinnyris jugularis sering melakukan
aktifitas istirahat dengan waktu bervariasi; waktu paling cepat 10 menit,
terlama 29 menit. Tempat istirahat paling banyak dilakukan bertengger di kawat
duri setinggi 5 m, dan di dalam tajuk Terminalia
buceras saat terganggu. Perilaku istirahat diawali menggesek-gesekan
paruhnya di kawat duri, lalu menelisik bulu, terutama di sayap, dan
mengeluarkan suara, dua aktifitas terakhir paling sering dilakukan.
3.
Jenis bunga tumbuhan diisap
Dari tabel 2 hanya dua jenis
tumbuhan berbunga diisap nektarnya oleh Cinnyris
jugularis dan Dicaeum trochileum,
yaitu Pachystachys lutea dan Helicoma psittacorium, sedangkan Punica granatum, Costus woodsonii, dan Canna
indica tidak diisap. Padahal ketiga jenis tumbuhan tersebut juga berbunga sepanjang tahun. Dua jenis terakhir
di tempat lain kadang diisap Cinnyris
jugularis. Berbanding terbalik
dengan Apis sp. dan Vespa sp. Kedua kelompok lebah/tawon tersebut sering
mengisap bunga Costus woodsonii, sedangkan
bunga tumbuhan empat jenis lain tidak atau jarang diisap. Hal ini mungkin
karena Costus woodsonii memiliki
kadar gula yang cocok dengan Apis sp.
dan Vespa sp., sedangkan burung insectivore tidak atau kurang cocok.
Menurut Whitten dkk. (1987) burung insectivore
mengisap bunga yang memiliki kadar gula dalam cairan bunga agak rendah (+ 25%)
dibandingkan yang diserbuki lebah/tawon (+ 75%).
Pachystachys
lutea jauh lebih
dominan diisap bunganya oleh Cinnyris
jugularis dan Dicaeum trochileum yaitu
selama 251 menit (95,0%) dari total
aktifitas mengisap bunga (264 detik). Sedangkan Helicoma psittacorium sedikit yaitu selama 13 menit (4,9%). Dengan
demikian Helicoma psittacorium merupakan
sumber makanan kedua jenis burung tersebut.
Betina Dicaeum trochileum mengisap bunga Pachystachys lutea sebanyak 14 menit (60,8%), sedangkan bunga Helicoma psittacorium hanya 9 menit
(39,1%) dari total 23 detik aktifitas mengisap bunga jenis burung tersebut.
Betina Cinnyris jugularis mengisap
bunga Pachystachys lutea sebanyak 224
menit (98,2%) dan Helicoma psittacorium
hanya 4 menit (1,7%), dan jantan Cinnyris jugularis hanya mengisap bunga Pachystachys lutea 13 menit.
4.
Gangguan dari jenis burung lain
Pada penelitian ini tercatat dua
jenis burung berinteraksi langsung dengan betina Cinnyris jugularis, yaitu Pycnonotus
aurigaster (maksimal 3 individu) dan Passer
montanus (maksimal 5 individu).
Keduanya teramati mengganggu aktivitas betina Cinnyris jugularis terutama saat melakukan aktivitas mengisap bunga
dan istirahat. Tetapi gangguan paling besar dari Pycnonotus aurigaster. Perilaku burung tersebut saat melakukan
kontak dengan Pycnonotus aurigaster
akan segera buru-buru terbang menghindar meninggalkan tempat bertengger, bahkan
kadang meninggalkan areal penelitian, sedangkan saat melakukan kontak dengan Passer montanus hanya bergeser dari
tempat bertengger, tidak terbang menghindar. Saat Passer montanus hadir di sekitar bunga diisap, burung ini tidak
meninggalkan pohon bunga diisap, tetapi sesekali masuk ke dalam tajuk.
Di tempat lain di Kota Bandung
penulis mengamati Cinnyris jugularis
selain perilakunya mengisap bunga seperti tersebut di atas, pada bunga
bertabung panjang nektar diambil dengan cara melobangi tabung bunga agar
paruhnya menjangkau posisi nektar. Hal dilakukan pada bunga Allamanda cathartica, Hibiscus rosasinensis,
Hibiscus tilliaceus dan Spathodea
campanulata.
E. Daftar Pustaka
Eaton, J.A, van
Balen, B., Bricle, N.W., & Rheindt, F.E. (2016). Birds of the Indonesian
Archipelago. Greater Sundas and Wallacea. Lynx Edicions. Barcelona.
Mallo, F.N., (2019).
Catatan pengamatan burung-Burung di Jawa. Tidak dipublikasikan.
Mallo, F.N. (2021).
Burung pada lanskap didominasi manusia di Cekungan Bandung dan sekitarnya.
Dalam persiapan.
Nugraha, B.P.,
(2014). Efek gradien urbanisasi habitat terhadap komunitas burung di Kampus
Univeritas Indonesia, Depok, Jawa barat. Universitas Indonesia, Depok.
Whitten, A.J.,
Mustafa, M. & Enderson, G.S. (1987). Ekologi Sulawesi. Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar