Oleh:
Fachry Nur MalloGambar 1. Individu betina Cinnyris jugularis di Taman Maluku
Pendahuluan
Di areal perkotaan dan suburbia Kota Bandung tercatat enam jenis burung nectarivore; Psittaciformes (Loriculus galgulus, Loriculus pusillus dan Psittacula alexandri), Zosteropidae (Zosterops palpebrosus), Dicaedae (Dicaeum trochileum) dan Nectariniidae (Cinnyris jugularis), tidak termasuk Aethopyga mystacalis, yang dijumpai Siti Sutedja tahun 2018 di Taman Maluku. Jenis burung tersebut diduga merupakan burung peliharaan terlepas.
Gambar 2. Dicaeum trochileum di Taman Maluku |
Dari enam jenis burung tersebut satu jenis diantaranya,
merupakan jenis insectivore sejati (Cinnyris jugularis). Jenis burung insectivore sejati bentuk paruhnya
mempunyai ciri spesifik; umumnya ramping, panjang, melengkung dan tajam.
Berbagai jenis burung insectivore menyesuaikan
dengan beberapa jenis bunga tumbuhan tertentu. Umumnya jenis-jenis famili ini
mengisap nektar di bunga bertabung panjang dan pendek. Jika tabung bunga ukurannya
lebih panjang dari paruhnya, burung-burung ini akan menusuk dinding bunga
sesuai ukuran jangkauan paruh ke tempat tersimpannya nektar.
Sedangkan lima jenis lain merupakan jenis burung
frugivore dan insectivore yang menambah nutrisinya dengan mengisap nektar.
Umumnya burung-burung ini mengisap nektar pada bunga tidak bertabung atau
paling tidak bunga bertabung pendek (Mallo 2019).
Menurut Whitten dkk. (1987) bunga-bunga diserbuki
burung dapat dikenali dari ciri-ciri
berikut:
-
berkembangbiak disiang hari.
-
warnanya cerah, sering berwarna merah
tua atau berwarna menyolok.
-
bibir bunga sering tidak ada atau melekuk ke belakang.
-
dinding bunga keras, benang sari kaku
atau bersatu, cairan bunga terletak di dasar bunga.
-
tidak berbau.
-
tidak terdapat garis-garis sepanjang
daun bunga yang menuju sumber
cairan bunga.
-
kadar gula dalam cairan bunga agak rendah (+ 25%) dibandingkan yang diserbuki
lebah/tawon (+ 75%).
Jenis tumbuhan
dikonsumsi burung insectivore
Di areal perkotaan dan suburbia Kota
Bandung beragam bunga tumbuhan dikonsumsi burung-burung insectivore, penulis mencatat 28 jenis, diantaranya dapat dilihat
di tabel berikut ini: (download).
Diantara jenis psittacidae tercatat hanya Psittacula alexandri teramati mengisap
bunga, sementara dua jenis Loriculus
tidak teramati. Psittacula alexandri
hanya mengisap bunga pohon berukuran tinggi, mengingat aktifitas burung ini
hanya di tajuk atas dan kadang di tajuk bawah.
Jenis pohon favorit dikonsumsi burung ini adalah dua jenis Erythrina sp. disamping Delonix regia, sedangkan dua jenis Loriculus, jarang dijumpai, bersifat
lokal di Taman Ganesha, diduga mengisap nektar di strata tajuk bawah dan semak
tinggi, seperti Michelia Champaca, Syzygium
aqueum, Syzygium cumini dan Syzygium polyanthum, mengingat aktifitas
burung ini di strata vegetasi pohon tersebut.Gambar 3. Pachystachys lutea di timur Kota Bandung
Jenis Nectarinidae, Dicaedae dan
Zosteropidae memiliki aktivitas di strata vegetasi pohon yang sama, di semak
dan kadang tajuk bawah. Di strata tersebut banyak terdapat jenis tumbuhan dibanding
pada pada strata tajuk atas sehingga ketiga kelompok burung tersebut dapat
mengisap bunga tumbuhan lebih banyak.Gambar 4. Costus woodsonii di timur Kota Bandung
Anggota Nectarinidae dapat menjangkau lebih
banyak jenis tumbuhan berbunga, karena memiliki paruh panjang melengkung khas
burung pengisap madu, dibanding ke tiga famili lain, sehingga dapat mengisap
nektar pada bunga bertabung panjang disamping bunga bertabung pendek dan tidak
bertabung. Sedangkan jenis-jenis lain paruhnya tidak dapat menjangkau nektar
bunga bertabung panjang, sehingga sumber makanannya lebih sedikit dibanding jenis Nectarinidae.Gambar 5. Bunga Helicoma psittacorium di timur Kota Bandung
Berdasarkan pengamatan terdapat lima cara
Cinnyris jugularis dalam mengisap nektar:
a.
bertengger pada dahan dan ranting lalu pelan-pelan mendekati bunga yang akan diisap,
cara ini paling sering dilakukan.
b.
bertengger pada badan bunga lalu mengisap nektar, cara ini juga sering
dilakukan, tetapi tidak sesering cara disebutkan sebelumnya.
c.
bunga bertabung panjang sering diisap nektarnya dengan cara melobangi tabung
bunga agar paruhnya menjangkau posisi nektar. Hal dilakukan pada bunga Allamanda cathartica, Hibiscus rosasinensis, Hibiscus tilliaceus dan Spathodea campanulata.
d.
mengisap bunga sambil terbang, cara ini dilakukan di bunga yang tidak
terjangkau dari tempat bertengger. Cara ini dilakukan dengan durasi waktu sangat
singkat dilakukan, hanya 4 s/d 6 detik. Cara ini paling sedikit dilakukan.
Sedangkan jenis lain umumnya dilakukan dengan cara a dan b. Cara d tidak pernah dilakukan, cara c mungkin dilakukan tetapi jarang.
Gambar 6. Bunga Hamelia patens diisap individu betina Cinnyris jugularis di Taman Maluku |
Ucapan Terima Kasih
Penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang turut membantu selama dilakukan pengamatan jenis-jenis
tumbuhan yang dikonsumsi burung insectivore di Kota Bandung, terutama Kang Budi
Hermawan, Kang Ader Rahmat, Kang Adi Sugiarto, Teh Dewi Wahyuni, Kang Radiktya
Akasah dan Kang Whishal M. Dasanova (Be Wildlife Photography), dan juga
teman-teman Bandung Birding (Bandring), yang telah bersama-sama melakukan
pengamatan secara rutin di Kota Bandung terutama Kang Sam Ade, Kang Nugie, Kang
Iqbal, Kang Gagah, Kang Ahmad Sofyadi, Kang Alam dan Kang Maulana Rahman, dan
Teh Sitti Rochayatun Sutedja yang telah
memberikan informasi hasil pengamatannya.
Juga tidak kalah penting adik penulis Moh.
Ikhsan Nur Mallo, yang telah membantu mengedit dan memposting tulisan ini. Serta semua pihak yang tidak sempat penulis
sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu selama di lapangan.
Daftar Pustaka
Eaton,
J.A, van Balen, B., Bricle, N.W., & Rheindt, F.E. (2016). Birds of the
Indonesian Archipelago. Greater Sundas and Wallacea. Lynx Edicions. Barcelona.
Mallo,
F.N., (2019). Catatan pengamatan burung-Burung di Jawa. Tidak dipublikasikan.
Mallo,
F.N., (2020). Data Base Burung Sulawesi. Celebes Bird Club (CBC)(Dalam Persiapan).
Mallo,
F.N. (2021). Burung pada Lanskap Didominasi Manusia di Cekungan Bandung dan
Sekitarnya. Dalam persiapan.
Nugraha,
B.P., (2014). Efek gradien urbanisasi habitat terhadap komunitas burung di
Kampus Univeritas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Universitas Indonesia, Depok.
Whitten,
A.J., Mustafa, M. & Enderson, G.S. (1987). Ekologi Sulawesi. Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar