Oleh:
Fachry Nur MalloGambar 1. Foto Upupa epops di Bali, bertengger di fasilitas umum (sumber foto: Yuyun Yanwar)
PENDAHULUAN
Pada akhir tahun 2020 penulis telah menulis draf tulisan ini. Niat ini didorong setelah mengikuti “Kuliah Subuh”, tausiah Ust. Luthfi Hasan Ishaaq tentang tafsir Al-Quran setiap subuh, yang begitu menarik minat penulis menelaah perilaku burung ini menurut penjelasan Al-Quran, dan juga karena kegembiraan saya setelah mas Ari Hidayah mengirim hasil jepretan foto burung ini dari Kepulauan Wakatobi kepada saya sebagai bukti penemuan burung ini di kepulauan tersebut. Kiriman foto tersebut dapat membulatkan hati saya memasukan burung ini dalam daftar burung Sulawesi. Sebelumnya saya mendapatkan kiriman artikel dari mas Imam Taufiqurahman ditulis MacNeil dan Lambaihang (2013), penemuan burung ini oleh Jukber “Bobby” Lambaihang pada 28 September 2001 di area Tangkoko Lodge, Bitung. Penemuan ini sedikit meragukan saya karena hanya testimoni hasil pengamatan beberapa tahun sebelumnya oleh penulis kedua kepada MacNeil (penulis pertama).
Niat ini menulis urungkan karena tidak menemukan
foto burung ini di Indonesia untuk dimasukan dalam artikel. Pada awal Nopember
2021 penulis dikejutkan kiriman foto penemuan burung ini di Bali dari mas Ari
Hidayah, dua hari kemudian foto-foto tersebut saya lihat telah ramai dibahas di
facebook. Selanjutnya penulis berhasil mendapatkan foto burung ini hasil
jepretan mas Yuyun Yanwar, di tempat tersebut.
Saat mengikuti “Kuliah Subuh” ust Luthfi Hasan
Ishaaq dan membaca tafsir Tafsir Fil Zhilalil (Sayyid Quthb) saya sangat
menyukai cerita tentang burung ini dan burung Ababil. Burung ini dijelaskan dalam Al-Quran pada
surah An-Naml ayat 20 s/d 28.
Dari penjelasan kedua tafsir tersebut penulis
mengumpulkan data dan mengkaji perilaku burung ini menurut Al-Quran. Hal ini
penulis tidak lakukan pada burung Ababil, dijelaskan dalam Al-Quran dalam surah
Al-Fil. Secara saintis penjelasan dalam surah tersebut tentang burung ini sulit
dipahami, maka saya fokus hanya pada burung Hudhud.
Penamaan Hudhud terhadap burung ini dari bahasa Al-Quran
atau bahasa Arab, yang hingga saat ini masih dipakai menjadi kosa kata
masyarakat Arab. Tetapi secara saintis burung ini tidak menggunakan nama
Hudhud; nama latin disebut Upupa epops, nama Inggris disebut Huopoe, di
Indonesia disebut mengadopsi nama Inggris Hupo Tunggal. Burung ini menurut del
Hoyo et al. (2016) dikelompokkan dalam ordo Buceroformes, mencakup kangkareng,
rangkong dan julang, dalam famili Upupidae. Menurut the Cornell Lab of
Ornithology famili ini beranggotakan tiga jenis; dua jenis lain A. antaios
(endemik Pulau St. Helena, barat Afrika, telah punah) dan A. marginata
(endemik, Madagaskar)(del Hoyo et al. 2020 & 2020A). Sedangkan
burung ini tersebar jauh lebih luas, mencakup Eropa, Asia dan Afrika.
PERILAKU
DAN HABITAT
Penjelasan
Al-Quran
Di dalam Al-Quran penjelasan tentang burung Hudhud
tercantum di Surah An-Naml ayat 20 s/d 28, Artinya: “Dan dia memeriksa
burung-burung lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah ia
termasuk yang tidak hadir (20)? Pasti akan ku hukum ia dengan hukuman yang
berat atau ku sembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang
jelas (21).” Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata,
“Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu
dari negeri Saba' membawa suatu berita yang meyakinkan (22). Sungguh, kudapati
ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala
sesuatu serta memiliki singgasana yang besar (23). Aku (burung Hud) dapati dia
dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan setan telah menjadikan
terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga
menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk
(24), mereka (juga) tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam
di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan yang
kamu nyatakan (25). Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai
‘Arsy yang agung (26).” Dia (Sulaiman) berkata, “Akan kami lihat, apa kamu
benar, atau termasuk yang berdusta (27). Pergilah dengan (membawa) suratku ini,
lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu
perhatikanlah apa yang mereka bicarakan (28).”
Ringkasan tafsir Sayyid Quthb
Dalam tafsir ayat-ayat tersebut pada buku “Tafsir
Fil Zhilali Qura’an” Jilid 8 ditulis Sayyid Quthb menjelaskan,”Nabi Sulaiman
bersama pasukannya sedang berpawai besar-besaran. Ia menginspeksi pasukan dan
tidak menemukan burung Hudhud. Burung ini khusus ditunjuk menjadi komandon
dalam pawai tersebut. Dari inspeksi dilakukan terhadap burung ini dapat
diketahui salah satu ciri khas burung ini, yaitu responsif, teliti dan tegas.
Dia sama sekali tidak lalai dari keabsenan seorang prajurit dalam pawai
besar-besaran dan ramai yang terdiri dari jin, manusia dan burung.
Nabi Sulaiman mengecek kehadiran burung Hudhud,
ternyata burung ini absen tanpa izin
sebelumnya. Dalam kondisi seperti itu Nabi Sulaiman harus mengambil tindakan
tegas kepadanya agar tidak terjadi kekacauan dalam barisan pasukannya. Tetapi Sulaiman tidak otoriter, dia seorang
nabi, dia tetap mendengarkan alasan burung Hudhud absen.
Burung Hudhud datang menghadap Nabi Sulaiman, maka
iapun melaporkan kepadanya, penyebab dirinya absen,”Aku mengetahui sesuatu yang
kamu belum mengetahuinya.” Setelah berhasil menarik perhatian Nabi Sulaiman
untuk mendengarkan dengan kejutan itu, burung Hudhud mulai merinci berita
meyakinkan yang dibawanya dari Negeri Saba’, bahwa kerajaan itu diperintah
seorang ratu, dia menjelaskan kekuasaan ratu beserta kekayaannya, kebudayaan,
kekuatan dan kenikmatan yang melimpah. Ia mempunyai singgasana yang megah,
besar, dan dapat dibanggakan. Burung Hudhud mendapati ratu dan kaumnya menyembah
matahari. Akhir cerita Nabi Sulaiman tidak jadi menghukum burung Hudhud.
Sesungguhnya burung Hudhud memiliki pemahamanan,
kecerdasan, keimanan, keindahan tutur kata dalam melaporkan sesuatu peristiwa,
daya respon sensistif. Nabi Sulaiman
menguji burung Hudhud untuk meyakinkan kebenaran ceritanya, dia menyuruh
membawa surat kepada ratu Saba’ (ratu Balqis). Di istananya ratu Balqis
mendapatkan surat dijatuhkan, tanpa mengetahui bagaimana surat itu jatuh dan
siapa yang menjatuhkan.
Ringkasan
tasfir tausiah ust. Luthfi Hasan Ishaaq
Pada intinya sama dengan tafsir Sayyid Quthb,
tetapi difatsir ini perlu ditambahkan bahwa,”Dari kejauhan Burung Hudhud bercerita,”Saya
punya informasi yang kamu tidak miliki, saya datang dari negeri Saba’.” Negeri
Saba’ terletak di Yaman, sementara Nabi Sulaiman tinggal di Syam (Yerusalem),
jaraknya sangat jauh dari Yaman, ribuan kilometer.
Jenis burung yang mana bisa menempuh perjalanan
sejauh itu? Ada ulama yang mengatakan bukan dia mondar-mandir dari Syam
(Yerusalem) ke Yaman, tetapi dia melakukan penggalangan kepada tim burung agar
dapat mendapatkan informasi itu. Tetapi ada ulama yang mengatakan dia sendiri
melakukannya. Setelah mendengarkan hal itu langsung Nabi Sulaiman memverifikasi
kejujuran burung Hudhud, memerintahkan,”berangkatlah ke Saba’ bawa suratku,
berikan surat ini kepada mereka”. Disini terhubunglah missing link
antara kita dan kemampuan burung bisa mendeskripsikan bahwa burung bisa membawa
surat, ini dikenal pada kerajaan-kerajaan zaman dahulu burung membawa surat
sebagai pos.
Lanjut Nabi Sulaiman,”setelah itu engkau menjauhlah
dan perhatikan apa yang mereka lakukan”. Diapun melaksanakan perintah Nabi
Sulaiman. Setelah itu diapun pulang, lalu menceritakan kepada Nabi Sulaiman
hasil pengamatannya. Dari cerita Hudhud tersebut, Nabi Sulaiman bisa memahami
kinerja sang ratu, dan respon terhadap suratnya.
Dari terjemah kedua tafsir ayat-ayat tersebut dapat
disimpulkan perilaku burung Hudhud sebagai berikut:
1. Merupakan jenis pengembara dari satu tempat ke
tempat lain, karena dijelaskan burung ini dapat melakukan perjalanan dari
Istana Nabi Sulaiman di Syam (Yerusalem), utara Jazirah Arab ke Istana ratu
Balqis di Yaman, selatan Jazirah Arab. Menempuh perjalanan sepanjang ribuan
kilometer (dari pengukuran google map mungkin lebih 2000 km).
2. Burung ini hidup di sekitar areal vegetasi
hunian, termasuk juga pusat perkotaan, di istana ratu Balqis, dan familiar
dengan kehadiran manusia.
3. Untuk standar burung memiliki
pemahamanan, kecerdasan, keimanan, keindahan tutur kata dalam melaporkan
sesuatu peristiwa, daya respon sensistif tinggi, setia dan akurat memberikan
informasi.
Penjelasan
sains
Ukuran
dan bentuk tubuh. Berukuran
sedang 27 - 32 cm. (Eaton et al. 2016), hampir seukuran Tekukur Biasa (Spilopelia
chinensis) dan Merpati Karang (Columba livia), tetapi tubuhnya lebih
ramping, paruh jauh lebih panjang dan ramping.
Penyebaran. Burung ini tersebar luas di Eropa, Asia, dan
Afrika, juga utara dan Afrika Sub-Sahara utara. Sebagian besar populasi di
Eropa dan Asia utara bermigrasi ke daerah tropis di musim dingin. Banyak
spesies yang bermigrasi ke Afrika sub-Sahara terbang melalui daratan barat
(Iberia) dan timur (Timur Tengah) massa Mediterania (Reichlin et al.
2009: del Hoyo et al. 2014: BirdLife International 2021). Dari peta
penyebaran di seluruh dunia tercantum status populasi di Syam (Yerusalem) “native
breeding” (kawasan berbiak), di Yaman statusnya “native resident”
(populasi penetap)(BirdLife International 2021). Populasi di timur laut dan
timur Asia (ras saturata)
berkunjung ke Selatan (Eaton et al. 2016); vagrant ke Sumatera,
utara Kalimantan, Sulawesi (semenanjung utara dan Kepulauan Wakatobi)(Mallo 2020)
dan bulan lalu di temukan di Bali. Burung ini melakukan pergerakan musiman
dalam menanggapi hujan di beberapa daerah seperti di Ceylon dan di Ghats Barat
(Champion-Jones R.N., 1937), fenomena ini juga teramati pada beberapa tempat.
Makanan
dan habitat.
Sebagian besar berupa serangga, meskipun reptil kecil, katak dan bagian tanaman
seperti biji dan buah terkadang juga diambil. Soliter yang biasanya mencari
makan di tanah. Lebih umum mencari makan berjalan di atas tanah (Kristin 2001 dalam
Wikipedia). Sering mengunjungi beberapa tipe lanskap di areal terbuka seperti
lahan budidaya, kebun anggur, kebun buah-buahan, kebun zaitun, stepa atau
sabana berhutan. Sering terlihat di sekitar atau di desa-desa, dan juga di tepi
hutan atau hutan terbuka (http://www.oiseaux-birds.com/card-hoopoe.html).Gambar 2. Upupa epops di Bali, sedang memakan serangga di areal seputar aktivitas manusia (Sumber Foto: Yuyun Yanwar)
Analisa
Dari fakta tersebut di atas terdapat kesamaan
perilaku utama burung Hudhud dijelaskan Al-Quran dan sains, yaitu:
1. Menurut Al-Quran burung ini melakukan perjalanan dari Syam
(Yerusalem) ke Yaman (istana Ratu Balqis) berjarak sangat jauh (mungkin lebih
2000 km). Hal ini menunjukkan bahwa burung ini merupakan pengembara dari satu
tempat ke tempat lain yang saling berjauhan. Perilaku ini tidak dilakukan oleh
burung yang bersifat teritori.
Dan
dalam penjelasan sains burung ini memiliki perilaku pengembara dari satu tempat
ke tempat lain. Pengembaraan ini dilakukan oleh dua faktor, yaitu pertama,
karena adanya musim dingin di utara sehingga populasi di utara melakukan
kunjungan ke selatan yang memiliki suhu lebih hangat, dan kedua,
mengembara karena dipengaruhi musim hujan. Mungkin populasi di Syam (Yerusalem
dan sekitarnya) mengembara ke Yaman karena dipengaruhi musim dingin, mengingat
koordinat letak kedua kawasan tersebut masing-masing di utara (Syam/Yerusalem) dan
selatan (Yaman). Populasi berbiak di Syam (Yerusalem dan sekitarnya), saat di luar
musim berbiak akan berkunjung ke selatan termasuk ke Yaman. Perilaku ini juga
umum pada populasi di Eropa dan Asia timur, berkunjung ke selatan saat musim
dingin.
2. Menurut Al-Quran burung ini menjatuhkan surat ke istana Ratu Balqis
dan mendengarkan pembicaraan Ratu Balqis dan para pembesar kerajaan dalam
merespon isi surat nabi Sulaiman. Dengan demikian pekerjaan ini tidak mungkin
dilakukan oleh jenis burung penghuni areal di luar hunian. Fakta ini
terkorelasi dengan penjelasan sains bahwa burung ini selain menghuni areal tepi
hutan dan hutan terbuka, juga menghuni lahan dipengaruhi aktifitas manusia,
seperti areal lahan budidaya, di antaranya kebun anggur, kebun buah-buahan,
kebun zaitun, dan areal di desa-desa.
3. Menurut penjelasan Al-Quran burung ini mendatangi istana ratu
Balqis lalu menjatuhkan surat, hal ini menunjukkan perilakunya familiar dengan
kehadiran manusia. Fakta ini terkorelasi dengan penjelasan sains bahwa burung
ini juga menghuni lahan dipengaruhi aktifitas manusia, seperti areal lahan
budidaya, diantaranya kebun anggur, kebun buah-buahan, kebun zaitun, dan areal
di desa-desa. Dengan demikian hal ini menujukkan familiar dengan kehadiran
manusia.
4. Menurut penjelasan Al-Quran burung ini ditugaskan Nabi Sulaiman
membawa surat ke istana Ratu Balqis dan menjatuhkannya ke dalam istana tanpa
diketahui ratu Balqis dan penghuni istana lain. Pekerjaan ini tidak mungkin
dilakukan oleh burung yang berukuran besar, seperti elang, rangkong, karena
pasti akan ketahuan karena badannya yang menyolok dan kepakan sayapnya yang
mengeluarkan desingan keras. Dengan
demikian ukuran ideal untuk tugas tersebut adalah sedang, seukuran burung ini.
Merpati Karang (Columba livia) hampir
seukuran burung ini, salah satu rasnya (Merpati Pos), zaman dahulu merupakan
jenis burung dipakai mengirim surat dari satu tempat ke tempat lain. Dengan
demikian ukuran burung ini ideal membawa surat dari Syam (Yerusalem) ke Yaman.
Jika ukurannya kecil, seukuran Bondol (Lonchura spp.) dan walet
(Apodidae) tidak akan mampu membawa surat dalam perjalanan jauh.
5. Sedangkan perilaku lain penjelasan Al-Quran pada poin 3, sulit
untuk ditafsirkan, karena kalau dipaksakan dikhawatirkan tafsirannya akan menimbulkan
pemahaman yang bias atau sesat.
Dengan demikian terdapat persamaan perilaku antara
burung Hudhud sebagaimana dimaksud dan dijelaskan Al-Quran dan Hupo Tunggal (Upupa
epops), sebagaimana dijelaskan sains. Dengan demikian hal ini
mengindikasikan bahwa burung Hudhud yang dijelaskan Al-Quran adalah Hupo
Tunggal (Upupa epops).
Beberapa penulis berpandangan bahwa yang dimaksud
burung Hudhud bukanlah Hupo Tunggal (Upupa epops), tetapi seluruh
anggota famili Upupidae. Pandangan ini kurang tepat, karena dua jenis lain
famili Upupidae; A. antaios, endemik Pulau St. Helena, barat Afrika dan A.
marginata endemik Madagaskar. Dengan demikian tidak pernah berinteraksi
dengan kehidupan masyarakat Arab, sedangkan Upupa epops berinteraksi
dengan kehidupan masyarakat Arab. Dari fakta tersebut membuktikan bahwa yang
dimaksud burung Hudhud yang dijelaskan Al-Quran dan penamaan masyarakat Arab
adalah Upupa epops.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.,
karena atas Rahmat dan Rahman-Nya jualah maka tulisan ini dapat terselesaikan. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu sehingga
terselesaikan tulisan ini. Yang pertama ust Luthfi Hasan Ishaaq yang telah
menjelaskan panjang lebar tafsir Al-Quran pada tausiah “Kuliah Subuh” tentang
burung ini, dan pak Herly Isdiharsono, telah membantu mentranskrip melalui
google docs materi bahasa suara tafsir Al-Quran tausiah tersebut, sehingga
memudahkan penulis dapat mentranformasikan ke bentuk ketikan, termasuk materi tulisan
ini. Melalui tausiah tersebut memotivasi penulis menulis tulisan ini.
Selanjutnya mas Ari Hidayat yang memberikan informasi penemuan burung ini di
Kepulauan Wakatobi dan Bali, mas Yuyun Yanwar dengan ikhlas menyumbangkan
fotonya untuk artikel ini dan juga dipakai pada buku “Panduan Burung Sulawesi”,
yang saat ini sedang dalam tahap revisi akhir, dan mas Oka Dwi Po telah banyak
memberikan informasi kepada penulis tentang penemuan burung ini di Bali
Juga tidak kalah penting adik saya Moh. Ihsan Nur
Mallo, yang telah membantu mengedit dan memposting tulisan ini. Serta semua
pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu selama menyelesaikan tulisan ini.
DAFTAR
ISI
BirdLife International (2021)
Species factsheet: Upupa epops. Downloaded from http://www.birdlife.org on
05/12/2021.
Champion-Jones, R.N., (1937). The
Ceyllon Hoopoe (Upupa epops ceylonensis). Bombay Nat. Hist. Soc. 39. (2): 418
del Hoyo, J. and Collar,
N.J. 2014. Illustrated Checklist of the
Bird of the World, Volume 2 Non
Passerines. Lynx and Birdlife International.
del Hoyo, A. Elliott, J.
Sargatal, D. A. Christie & E. de Juana (editors)(2020). St. Helena Hoopoe
(Upupa antaios), version 1.0. In Birds of the World. Cornell Lab of
Ornithology, Ithaca, NY, USA.
del Hoyo, J., N. Collar, and G.
M. Kirwan (2020A). Madagascar Hoopoe (Upupa marginata), version 1.0. In Birds
of the World (J. del Hoyo, A. Elliott, J. Sargatal, D. A. Christie, and E. de
Juana, Editors). Cornell Lab of Ornithology, Ithaca, NY, USA.
Kristin, A. (2001). Famili
Upupidae (hoopoes). In de Hoyo, J., Elliott, A., & Jordi, S (editor).
Handbook of the Birds of tehe World. Volume 6, Mousebirds to Hornbill.
Barcelona: Lynx Edicions.
Kumpulan Catatan Pribadi “Kuliah
Subuh” (Tausiah Tafsir Khusus Surah An-Naml) Ust. Luthfi Hasan Ishaaq, Desember
2020.
MacNeill, R.D., and Lambaihang.
First record of Eurasian Hoopoe Upupa epops for Wallacea. Kukila 17 (1) 2013:
39-40.
MacKinnon, J., Phillips, K., dan
Balen, B.V., 1992. Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan
Kalimantan. Bogor. LIPI dan Birdlife-Indonesia Programme.
Mallo, F.N., (2020). Data Base
Burung Sulawesi. Celebes Bird Club (CBC. Dalam Persiapan.
Reichlin, T.S., Schaub, M., Menz M.H.M., Mermod, M.,
Portner, P., Arlettaz, R & Jenni L., (2009). Migration patterns of Hoopoe
Upupa epops and Wryneck Jynx torquilla: an analysis of European ring
recoveries. J Ornithol (2009) 150:393–400
Quthb, S. (2017). Tafsir Fi
Zhilalil Qura’an, Dibawah Naungan Al-Qur’an, Jilid 8 (terjemah). Gema Insani.
Jakarta.
Terima kasih sudah menyajikan tulisan yang menarik ini, pak. Semoga pak Fachry sehat2 selalu,.
BalasHapusSama-sama terima kasih mas Asman, semoga bersama keluarga diberikan keberkahan kesehatan. Amiiiin.
BalasHapus