Minggu, 26 Desember 2021

HUPO TUNGGAL (UPUPA EPOPS), SANG BURUNG HUDHUD: PERILAKU DAN HABITATNYA MENURUT AL-QURAN DAN SAINS

Oleh: Fachry Nur Mallo

Gambar 1. Foto Upupa epops di Bali, bertengger di fasilitas umum (sumber foto: Yuyun Yanwar)

PENDAHULUAN

Pada akhir tahun 2020 penulis telah menulis draf tulisan ini. Niat ini didorong setelah mengikuti “Kuliah Subuh”, tausiah Ust. Luthfi Hasan Ishaaq tentang tafsir Al-Quran setiap subuh, yang begitu menarik minat penulis menelaah perilaku burung ini menurut penjelasan Al-Quran, dan juga karena kegembiraan saya setelah mas Ari Hidayah mengirim hasil jepretan foto burung ini dari Kepulauan Wakatobi kepada saya sebagai bukti penemuan burung ini di kepulauan tersebut. Kiriman foto tersebut dapat membulatkan hati saya memasukan burung ini dalam daftar burung Sulawesi. Sebelumnya saya mendapatkan kiriman artikel dari mas Imam Taufiqurahman ditulis MacNeil dan Lambaihang (2013), penemuan burung ini oleh Jukber “Bobby” Lambaihang pada 28 September 2001 di area Tangkoko Lodge, Bitung. Penemuan ini sedikit meragukan saya karena hanya testimoni hasil pengamatan beberapa tahun sebelumnya oleh penulis kedua kepada MacNeil (penulis pertama).

Niat ini menulis urungkan karena tidak menemukan foto burung ini di Indonesia untuk dimasukan dalam artikel. Pada awal Nopember 2021 penulis dikejutkan kiriman foto penemuan burung ini di Bali dari mas Ari Hidayah, dua hari kemudian foto-foto tersebut saya lihat telah ramai dibahas di facebook. Selanjutnya penulis berhasil mendapatkan foto burung ini hasil jepretan mas Yuyun Yanwar, di tempat tersebut.

Saat mengikuti “Kuliah Subuh” ust Luthfi Hasan Ishaaq dan membaca tafsir Tafsir Fil Zhilalil (Sayyid Quthb) saya sangat menyukai cerita tentang burung ini dan burung Ababil.  Burung ini dijelaskan dalam Al-Quran pada surah An-Naml ayat 20 s/d 28. 

Dari penjelasan kedua tafsir tersebut penulis mengumpulkan data dan mengkaji perilaku burung ini menurut Al-Quran. Hal ini penulis tidak lakukan pada burung Ababil, dijelaskan dalam Al-Quran dalam surah Al-Fil. Secara saintis penjelasan dalam surah tersebut tentang burung ini sulit dipahami, maka saya fokus hanya pada burung Hudhud.

Penamaan Hudhud terhadap burung ini dari bahasa Al-Quran atau bahasa Arab, yang hingga saat ini masih dipakai menjadi kosa kata masyarakat Arab. Tetapi secara saintis burung ini tidak menggunakan nama Hudhud; nama latin disebut Upupa epops, nama Inggris disebut Huopoe, di Indonesia disebut mengadopsi nama Inggris Hupo Tunggal. Burung ini menurut del Hoyo et al. (2016) dikelompokkan dalam ordo Buceroformes, mencakup kangkareng, rangkong dan julang, dalam famili Upupidae. Menurut the Cornell Lab of Ornithology famili ini beranggotakan tiga jenis; dua jenis lain A. antaios (endemik Pulau St. Helena, barat Afrika, telah punah) dan A. marginata (endemik, Madagaskar)(del Hoyo et al. 2020 & 2020A). Sedangkan burung ini tersebar jauh lebih luas, mencakup Eropa, Asia dan Afrika.

PERILAKU DAN HABITAT

Penjelasan Al-Quran

Di dalam Al-Quran penjelasan tentang burung Hudhud tercantum di Surah An-Naml ayat 20 s/d 28, Artinya: “Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah ia termasuk yang tidak hadir (20)? Pasti akan ku hukum ia dengan hukuman yang berat atau ku sembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas (21).” Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba' membawa suatu berita yang meyakinkan (22). Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar (23). Aku (burung Hud) dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk (24), mereka (juga) tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan yang kamu nyatakan (25). Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai ‘Arsy yang agung (26).” Dia (Sulaiman) berkata, “Akan kami lihat, apa kamu benar, atau termasuk yang berdusta (27). Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan (28).”

Ringkasan tafsir Sayyid Quthb

Dalam tafsir ayat-ayat tersebut pada buku “Tafsir Fil Zhilali Qura’an” Jilid 8 ditulis Sayyid Quthb menjelaskan,”Nabi Sulaiman bersama pasukannya sedang berpawai besar-besaran. Ia menginspeksi pasukan dan tidak menemukan burung Hudhud. Burung ini khusus ditunjuk menjadi komandon dalam pawai tersebut. Dari inspeksi dilakukan terhadap burung ini dapat diketahui salah satu ciri khas burung ini, yaitu responsif, teliti dan tegas. Dia sama sekali tidak lalai dari keabsenan seorang prajurit dalam pawai besar-besaran dan ramai yang terdiri dari jin, manusia dan burung.

Nabi Sulaiman mengecek kehadiran burung Hudhud, ternyata burung ini absen  tanpa izin sebelumnya. Dalam kondisi seperti itu Nabi Sulaiman harus mengambil tindakan tegas kepadanya agar tidak terjadi kekacauan dalam barisan pasukannya.  Tetapi Sulaiman tidak otoriter, dia seorang nabi, dia tetap mendengarkan alasan burung Hudhud absen.

Burung Hudhud datang menghadap Nabi Sulaiman, maka iapun melaporkan kepadanya, penyebab dirinya absen,”Aku mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya.” Setelah berhasil menarik perhatian Nabi Sulaiman untuk mendengarkan dengan kejutan itu, burung Hudhud mulai merinci berita meyakinkan yang dibawanya dari Negeri Saba’, bahwa kerajaan itu diperintah seorang ratu, dia menjelaskan kekuasaan ratu beserta kekayaannya, kebudayaan, kekuatan dan kenikmatan yang melimpah. Ia mempunyai singgasana yang megah, besar, dan dapat dibanggakan. Burung Hudhud mendapati ratu dan kaumnya menyembah matahari. Akhir cerita Nabi Sulaiman tidak jadi menghukum burung Hudhud.

Sesungguhnya burung Hudhud memiliki pemahamanan, kecerdasan, keimanan, keindahan tutur kata dalam melaporkan sesuatu peristiwa, daya respon sensistif.  Nabi Sulaiman menguji burung Hudhud untuk meyakinkan kebenaran ceritanya, dia menyuruh membawa surat kepada ratu Saba’ (ratu Balqis). Di istananya ratu Balqis mendapatkan surat dijatuhkan, tanpa mengetahui bagaimana surat itu jatuh dan siapa yang menjatuhkan.

Ringkasan tasfir tausiah ust. Luthfi Hasan Ishaaq

Pada intinya sama dengan tafsir Sayyid Quthb, tetapi difatsir ini perlu ditambahkan bahwa,”Dari kejauhan Burung Hudhud bercerita,”Saya punya informasi yang kamu tidak miliki, saya datang dari negeri Saba’.” Negeri Saba’ terletak di Yaman, sementara Nabi Sulaiman tinggal di Syam (Yerusalem), jaraknya sangat jauh dari Yaman, ribuan kilometer.

Jenis burung yang mana bisa menempuh perjalanan sejauh itu? Ada ulama yang mengatakan bukan dia mondar-mandir dari Syam (Yerusalem) ke Yaman, tetapi dia melakukan penggalangan kepada tim burung agar dapat mendapatkan informasi itu. Tetapi ada ulama yang mengatakan dia sendiri melakukannya. Setelah mendengarkan hal itu langsung Nabi Sulaiman memverifikasi kejujuran burung Hudhud, memerintahkan,”berangkatlah ke Saba’ bawa suratku, berikan surat ini kepada mereka”. Disini terhubunglah missing link antara kita dan kemampuan burung bisa mendeskripsikan bahwa burung bisa membawa surat, ini dikenal pada kerajaan-kerajaan zaman dahulu burung membawa surat sebagai pos.

Lanjut Nabi Sulaiman,”setelah itu engkau menjauhlah dan perhatikan apa yang mereka lakukan”. Diapun melaksanakan perintah Nabi Sulaiman. Setelah itu diapun pulang, lalu menceritakan kepada Nabi Sulaiman hasil pengamatannya. Dari cerita Hudhud tersebut, Nabi Sulaiman bisa memahami kinerja sang ratu, dan respon terhadap suratnya.

Dari terjemah kedua tafsir ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan perilaku burung Hudhud sebagai berikut:

1.  Merupakan jenis pengembara dari satu tempat ke tempat lain, karena dijelaskan burung ini dapat melakukan perjalanan dari Istana Nabi Sulaiman di Syam (Yerusalem), utara Jazirah Arab ke Istana ratu Balqis di Yaman, selatan Jazirah Arab. Menempuh perjalanan sepanjang ribuan kilometer (dari pengukuran google map mungkin lebih 2000 km). 

2.  Burung ini hidup di sekitar areal vegetasi hunian, termasuk juga pusat perkotaan, di istana ratu Balqis, dan familiar dengan kehadiran manusia.

3. Untuk standar burung memiliki pemahamanan, kecerdasan, keimanan, keindahan tutur kata dalam melaporkan sesuatu peristiwa, daya respon sensistif tinggi, setia dan akurat memberikan informasi.  

Penjelasan sains

Ukuran dan bentuk tubuh. Berukuran sedang 27 - 32 cm. (Eaton et al. 2016), hampir seukuran Tekukur Biasa (Spilopelia chinensis) dan Merpati Karang (Columba livia), tetapi tubuhnya lebih ramping, paruh jauh lebih panjang dan ramping.

Penyebaran. Burung ini tersebar luas di Eropa, Asia, dan Afrika, juga utara dan Afrika Sub-Sahara utara. Sebagian besar populasi di Eropa dan Asia utara bermigrasi ke daerah tropis di musim dingin. Banyak spesies yang bermigrasi ke Afrika sub-Sahara terbang melalui daratan barat (Iberia) dan timur (Timur Tengah) massa Mediterania (Reichlin et al. 2009: del Hoyo et al. 2014: BirdLife International 2021). Dari peta penyebaran di seluruh dunia tercantum status populasi di Syam (Yerusalem) “native breeding” (kawasan berbiak), di Yaman statusnya “native resident” (populasi penetap)(BirdLife International 2021). Populasi di timur laut dan timur  Asia (ras saturata) berkunjung ke Selatan (Eaton et al. 2016); vagrant ke Sumatera, utara Kalimantan, Sulawesi (semenanjung utara dan Kepulauan Wakatobi)(Mallo 2020) dan bulan lalu di temukan di Bali. Burung ini melakukan pergerakan musiman dalam menanggapi hujan di beberapa daerah seperti di Ceylon dan di Ghats Barat (Champion-Jones R.N., 1937), fenomena ini juga teramati pada beberapa tempat.

Makanan dan habitat. Sebagian besar berupa serangga, meskipun reptil kecil, katak dan bagian tanaman seperti biji dan buah terkadang juga diambil. Soliter yang biasanya mencari makan di tanah. Lebih umum mencari makan berjalan di atas tanah (Kristin 2001 dalam Wikipedia). Sering mengunjungi beberapa tipe lanskap di areal terbuka seperti lahan budidaya, kebun anggur, kebun buah-buahan, kebun zaitun, stepa atau sabana berhutan. Sering terlihat di sekitar atau di desa-desa, dan juga di tepi hutan atau hutan terbuka (http://www.oiseaux-birds.com/card-hoopoe.html).

Gambar 2. Upupa epops di Bali, sedang memakan serangga di areal seputar aktivitas manusia  (Sumber Foto: Yuyun Yanwar)

Analisa

Dari fakta tersebut di atas terdapat kesamaan perilaku utama burung Hudhud dijelaskan Al-Quran dan sains, yaitu:

1.  Menurut Al-Quran burung ini melakukan perjalanan dari Syam (Yerusalem) ke Yaman (istana Ratu Balqis) berjarak sangat jauh (mungkin lebih 2000 km). Hal ini menunjukkan bahwa burung ini merupakan pengembara dari satu tempat ke tempat lain yang saling berjauhan. Perilaku ini tidak dilakukan oleh burung yang bersifat teritori.

     Dan dalam penjelasan sains burung ini memiliki perilaku pengembara dari satu tempat ke tempat lain. Pengembaraan ini dilakukan oleh dua faktor, yaitu pertama, karena adanya musim dingin di utara sehingga populasi di utara melakukan kunjungan ke  selatan yang memiliki  suhu lebih hangat, dan kedua, mengembara karena dipengaruhi musim hujan. Mungkin populasi di Syam (Yerusalem dan sekitarnya) mengembara ke Yaman karena dipengaruhi musim dingin, mengingat koordinat letak kedua kawasan tersebut masing-masing di utara (Syam/Yerusalem) dan selatan (Yaman). Populasi berbiak di Syam (Yerusalem dan sekitarnya), saat di luar musim berbiak akan berkunjung ke selatan termasuk ke Yaman. Perilaku ini juga umum pada populasi di Eropa dan Asia timur, berkunjung ke selatan saat musim dingin.

2. Menurut Al-Quran burung ini menjatuhkan surat ke istana Ratu Balqis dan mendengarkan pembicaraan Ratu Balqis dan para pembesar kerajaan dalam merespon isi surat nabi Sulaiman. Dengan demikian pekerjaan ini tidak mungkin dilakukan oleh jenis burung penghuni areal di luar hunian. Fakta ini terkorelasi dengan penjelasan sains bahwa burung ini selain menghuni areal tepi hutan dan hutan terbuka, juga menghuni lahan dipengaruhi aktifitas manusia, seperti areal lahan budidaya, di antaranya kebun anggur, kebun buah-buahan, kebun zaitun, dan areal di desa-desa. 

3.  Menurut penjelasan Al-Quran burung ini mendatangi istana ratu Balqis lalu menjatuhkan surat, hal ini menunjukkan perilakunya familiar dengan kehadiran manusia. Fakta ini terkorelasi dengan penjelasan sains bahwa burung ini juga menghuni lahan dipengaruhi aktifitas manusia, seperti areal lahan budidaya, diantaranya kebun anggur, kebun buah-buahan, kebun zaitun, dan areal di desa-desa. Dengan demikian hal ini menujukkan familiar dengan kehadiran manusia.

4. Menurut penjelasan Al-Quran burung ini ditugaskan Nabi Sulaiman membawa surat ke istana Ratu Balqis dan menjatuhkannya ke dalam istana tanpa diketahui ratu Balqis dan penghuni istana lain. Pekerjaan ini tidak mungkin dilakukan oleh burung yang berukuran besar, seperti elang, rangkong, karena pasti akan ketahuan karena badannya yang menyolok dan kepakan sayapnya yang mengeluarkan desingan keras.  Dengan demikian ukuran ideal untuk tugas tersebut adalah sedang, seukuran burung ini.

Merpati Karang (Columba livia) hampir seukuran burung ini, salah satu rasnya (Merpati Pos), zaman dahulu merupakan jenis burung dipakai mengirim surat dari satu tempat ke tempat lain. Dengan demikian ukuran burung ini ideal membawa surat dari Syam (Yerusalem) ke Yaman. Jika ukurannya kecil, seukuran Bondol (Lonchura spp.) dan walet (Apodidae) tidak akan mampu membawa surat dalam perjalanan jauh.

5. Sedangkan perilaku lain penjelasan Al-Quran pada poin 3, sulit untuk ditafsirkan, karena kalau dipaksakan dikhawatirkan tafsirannya akan menimbulkan pemahaman yang bias atau sesat.  

Dengan demikian terdapat persamaan perilaku antara burung Hudhud sebagaimana dimaksud dan dijelaskan Al-Quran dan Hupo Tunggal (Upupa epops), sebagaimana dijelaskan sains. Dengan demikian hal ini mengindikasikan bahwa burung Hudhud yang dijelaskan Al-Quran adalah Hupo Tunggal (Upupa epops).

Beberapa penulis berpandangan bahwa yang dimaksud burung Hudhud bukanlah Hupo Tunggal (Upupa epops), tetapi seluruh anggota famili Upupidae. Pandangan ini kurang tepat, karena dua jenis lain famili Upupidae; A. antaios, endemik Pulau St. Helena, barat Afrika dan A. marginata endemik Madagaskar. Dengan demikian tidak pernah berinteraksi dengan kehidupan masyarakat Arab, sedangkan Upupa epops berinteraksi dengan kehidupan masyarakat Arab. Dari fakta tersebut membuktikan bahwa yang dimaksud burung Hudhud yang dijelaskan Al-Quran dan penamaan masyarakat Arab adalah Upupa epops.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas Rahmat dan Rahman-Nya jualah maka tulisan ini dapat terselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu sehingga terselesaikan tulisan ini. Yang pertama ust Luthfi Hasan Ishaaq yang telah menjelaskan panjang lebar tafsir Al-Quran pada tausiah “Kuliah Subuh” tentang burung ini, dan pak Herly Isdiharsono, telah membantu mentranskrip melalui google docs materi bahasa suara tafsir Al-Quran tausiah tersebut, sehingga memudahkan penulis dapat mentranformasikan ke bentuk ketikan, termasuk materi tulisan ini. Melalui tausiah tersebut memotivasi penulis menulis tulisan ini. Selanjutnya mas Ari Hidayat yang memberikan informasi penemuan burung ini di Kepulauan Wakatobi dan Bali, mas Yuyun Yanwar dengan ikhlas menyumbangkan fotonya untuk artikel ini dan juga dipakai pada buku “Panduan Burung Sulawesi”, yang saat ini sedang dalam tahap revisi akhir, dan mas Oka Dwi Po telah banyak memberikan informasi kepada penulis tentang penemuan burung ini di Bali

Juga tidak kalah penting adik saya Moh. Ihsan Nur Mallo, yang telah membantu mengedit dan memposting tulisan ini. Serta semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu selama menyelesaikan tulisan ini.

DAFTAR ISI

BirdLife International (2021) Species factsheet: Upupa epops. Downloaded from http://www.birdlife.org on 05/12/2021.

Champion-Jones, R.N., (1937). The Ceyllon Hoopoe (Upupa epops ceylonensis). Bombay Nat. Hist. Soc. 39. (2): 418

del Hoyo, J. and Collar, N.J.  2014. Illustrated Checklist of the Bird of the World,   Volume 2 Non Passerines. Lynx and Birdlife International.

del Hoyo, A. Elliott, J. Sargatal, D. A. Christie & E. de Juana (editors)(2020). St. Helena Hoopoe (Upupa antaios), version 1.0. In Birds of the World. Cornell Lab of Ornithology, Ithaca, NY, USA.

del Hoyo, J., N. Collar, and G. M. Kirwan (2020A). Madagascar Hoopoe (Upupa marginata), version 1.0. In Birds of the World (J. del Hoyo, A. Elliott, J. Sargatal, D. A. Christie, and E. de Juana, Editors). Cornell Lab of Ornithology, Ithaca, NY, USA.

Kristin, A. (2001). Famili Upupidae (hoopoes). In de Hoyo, J., Elliott, A., & Jordi, S (editor). Handbook of the Birds of tehe World. Volume 6, Mousebirds to Hornbill. Barcelona: Lynx Edicions.

Kumpulan Catatan Pribadi “Kuliah Subuh” (Tausiah Tafsir Khusus Surah An-Naml) Ust. Luthfi Hasan Ishaaq, Desember 2020.

MacNeill, R.D., and Lambaihang. First record of Eurasian Hoopoe Upupa epops for Wallacea. Kukila 17 (1) 2013: 39-40.

MacKinnon, J., Phillips, K., dan Balen, B.V., 1992. Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor. LIPI dan Birdlife-Indonesia Programme.

Mallo, F.N., (2020). Data Base Burung Sulawesi. Celebes Bird Club (CBC. Dalam Persiapan.

Reichlin, T.S.,   Schaub, M., Menz M.H.M., Mermod, M., Portner, P., Arlettaz, R & Jenni L., (2009). Migration patterns of Hoopoe Upupa epops and Wryneck Jynx torquilla: an analysis of European ring recoveries. J Ornithol (2009) 150:393–400

Quthb, S. (2017). Tafsir Fi Zhilalil Qura’an, Dibawah Naungan Al-Qur’an, Jilid 8 (terjemah). Gema Insani. Jakarta.

2 komentar:

  1. Terima kasih sudah menyajikan tulisan yang menarik ini, pak. Semoga pak Fachry sehat2 selalu,.

    BalasHapus
  2. Sama-sama terima kasih mas Asman, semoga bersama keluarga diberikan keberkahan kesehatan. Amiiiin.

    BalasHapus