Oleh: Fachry Nur Mallo
Foto 1. Individu jantan Hydrosaurus celebensis di tepi sungai antara Desa Wawopada-Desa Kolaka (Morowali). |
Pengantar
Soa-soa Layar merupakan reptilia yang paling saya
kagumi di Sulawesi, karena bentuknya seperti hewan purba, dengan adanya sirip
seperti layar di punggung dan bagian atas ekornya.
Saya mengenal pertama kali hewan ini saat membaca buku
Ekologi Sulawesi karangan Whitten dkk. Dalam
buku tersebut dijelaskan hewan ini juga terdapat di Cagar Alam Morowali
(Whitten dkk. 1987). Saat saya bertugas
di Kolonodale, selama lima tahun saya sering berkunjung ke Cagar Alam Morowali
dan sekitarnya, tetapi tidak pernah menjumpai hewan ini. Mungkin karena sangat sensitif dengan
kehadiran manusia, sehingga sulit dijumpai.
Foto 2. Habitat Hydrosaurus celebensis di tepi Sungai antara Desa Wawopada-Desa Kolaka |
Tetapi
pada 19 Mei 2010 saat melakukan
perjalanan dari Poso ke Kolonodale saya
dikejutkan bertemu dengan hewan ini,
jenis Hydrosaurus celebensis di tepi
sungai antara Desa Wawopada dan Desa Kolaka. Pertemuan ini sangat membahagiakan saya. Tetapi sangat disayangkan, sejak saat itu saya
tidak pernah lagi bertemu hewan ini. Tempat
ini menjadi catatan baru lokasi penyebarannya hewan ini.
Awalnya jenis daratan Sulawesi termasuk dalam H. ambionensis, tetapi baru-baru ini
terpisah menjadi dua jenis tersendiri (Hydrosaurus
microlophus dan Hydrosaurus
celebensis).
Filogeni dan endemisitas Sulawesi
Dari analisis filogenetik molekuler menunjukkan bahwa
genus Hydrosaurus membentuk garis
keturunan yang terpisah dan agak basal dalam Agamidae, membentuk subfamily
sendiri, yaitu Hydrosaurinae (Denzer et
al. 2020).
Genus Hydrosaurus
terdiri dari lima jenis (H. ambionensis,
H. pustulatus, H. weberi, H. microlophus
dan H. celebensis). Sebelumnya hanya tiga spesies yang berbeda
diakui, yaitu tiga species disebutkan lebih awal. Tetapi menurut Denzer et al. (2020) Hydrosaurus amboinensis di Sulawesi menunjukan dua jenis berbeda
dari ketiga jenis tersebut (Hydrosaurus microlophus
dan Hydrosaurus celebensis). Sampel
Hydrosaurus dari Sulawesi ternyata mewakili clade keempat yang berbeda yang
menunjukkan keragaman genetik yang relatif tinggi. Tampaknya kedua jenis
Sulawesi tersebut merupakan dua fenotipe yang berbeda secara morfologis dari
tiga jenis yang lain. Merupakan garis keturunan metapopulasi yang berkembang
secara separatis, sebuah gagasan yang umum untuk semua konsep spesies (Denzer et al. 2020).
Dengan demikian sangat mengagumkan Sulawesi memiliki
tiga jenis Hydrosaurus, diantaranya dua jenis endemik, dari keseluruhan 5 jenis
yang ada.
Foto 3. Individu jantan Hydrosaurus celebensis di tepi sungai antara Desa Wawopada-Desa Kolaka. Diduga sedang berjemur |
Penyebaran H.
ambionensis cukup luas dari Ambon, Seram, Waigeo dan New Guinea, H. pustulatus endemik Filipina dan H. weberi tersebar di Halmahera dan
pulau-pulau yang berdekatan (Ternate, Tidore, Bacan, termasuk Pulau Karakelong
dan Salebabu di Sulawesi).
Keberadaan H.
weberi di Pulau Karakelong dan Salebabu, menunjukkan adanya jalur kolonisasi
hewan dari Maluku Utara ke Kepulauan Talaud dan mungkin berlanjut ke Philippina
tanpa melalui daratan Sulawesi. Hal ini
ditunjukkan keberadaan H. pustulatus
di Philippina (Denzer et al. 2020).
Penyebaran di Sulawesi
Sulawesi memiliki tiga jenis Hydrosaurus (H. weberi, H. microlophus dan H.
celebensis). H. weberi terdapat di Pulau Karakelong dan Salebabu (Kepulauan Talaud);
H.
microlophus tersebar terbatas Semenanjung Barat Daya dan tengah
bagian selatan: H. celebensis tersebar
terbatas di Sungai Poso, Cagar Alam Morowali, selatan tengah Sulawesi dan Danau
Towuti dan sekitarnya.
Nampaknya kedua jenis terakhir memiliki rentang
penyebaran terbatas. Catatan lokasi perjumpaan adalah H. microlophus di Semananjung Barat Daya (Makassar, Bantimurung,
Pattunuang, Bengo-Bengo, Rompegading, Camba, Ujung Lamuru, di sekitar danau
Tempe [sungai Minralang dan sungai Tjinrana]); selatan Tengah Sulawesi (Belopa,
Palopo-Pompengan, Palopo-Siguntu dan Toraja). H.
celebensis di Semenanjung Barat Daya (Bantimurung dan Pattunuang), selatan
Tengah Sulawesi (Belopa, Palopo-Pompengan, Palopo-Siguntu, dan Malele), Sungai
Poso, Danau Towuti dan sekitarnya (Desa Jelaja, Wasponda dan Desa Limbatu),
Morowali (Cagar Alam Morowali)(Denzer et
al. 2020) dan sungai antara Desa Wawopada-Desa Kolaka (pengamatan penulis).
Menurut Riyanto & Rahmadi (2021) juga terdapat di Pulau Peleng, Kepulauan
Banggai, tetapi tidak diketahui jenisnya.
Perjumpaan penulis di tepi sungai antara Desa Wawopada
dan Desa Kolaka merupakan catatan baru lokasi penyebaran jenis ini. Tipe sungai
ini didominasi batuan karts, dan vegetasi dominan berupa hutan primer/sekunder
tua terganggu, bercampur sedikit lahan budidaya.
Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran Hydrosaurus di Sulawesi sangat terbatas
dan terlokalisasi pada tempat-tempat yang terpencar. Mungkin memiliki habitat
yang spesifik. Di Morowali dan Semenanjunga Barat Daya habitatnya berupa area
vegetasi kurang subur. Di Semanjung Barat Daya vegetasi terbentuk di pengaruhi
hutan monsoon dan batuan karst, sedangkan di Morowali tanahnya dipengaruhi
batuan ultra basa dan batuan karst bersifat tandus.
Ucapan terima kasih
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang turut membantu selama dilakukan pengamatan di lapangan. Terutama Ikhsan
dan Bushaeri (staf Cabang Kejaksaaan Negeri Poso di Kolonodale) yang
bersama-sama dalam perjalanan menjumpai Soa-soa Layar di sungai antara Desa
Wawopada - Morowali.
Tidak kalah penting adik saya Moh. Ihsan Nur Mallo,
yang telah membantu mengedit dan memposting tulisan ini. Serta semua pihak yang
tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu selama
melakukan kegiatan di lapangan.
Daftar Pustaka
Denzer, W., Campbell, P.D., Manthey, U.,
Glasser-Trobisch, A. & Koch, A. (2020). Dragons in Neglect: Taxonomic
Revision of the Sulawesi Sailfin Lizards of the Genus Hydrosaurus Kaup, 1828
(Squamata, Agamidae). March 2020.
Zootaxa 4747(2):275-301.
Riyanto, A. & Rahmadi, C. (2021).
Amphibian and reptile diversity of Peleng Island, Banggai Kepulauan, Central
Sulawesi, Indonesia. Biodiversitas. Volume 22, Number 5, May 2021
Whitten, A.J., Mustafa, M. dan Enderson, G.S.
1987. Ekologi Sulawesi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar