Oleh:
Fachry Nur MalloGambar 1. Tyto alba introduksi di daratan Sulawesi
Pendahuluan
Tyto alba tersebar luas diseluruh dunia; Amerika Serikat hingga Amerika Selatan, Afrika, Madagaskar, Eropa, Asia Selatan dan Tenggara, Sumatera, utara Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, pulau-pulau di Laut Flores, Papua, Australia, Melanesia, Polynesia (del Hoyo & Collar 2014).
Di Sulawesi hanya tercatat di Kepulauan
Taka Bonerate (Pulau Tanahjampea, Pulau Kalao dan Pulau Kalaotoa) termasuk
subjenis javanica (Coates & Bishop 1997). Di Indonesia subjenis ini juga
tersebar di Kepulauan Sunda Besar, Nusa Tenggara. Dengan demikian populasi di
Kepulauan Taka Bonerate merupakan kolonisasi dari Jawa dan Nusa Tenggara.
Penyebaran burung ini tidak melanjutkan ke
daratan Sulawesi, mungkin karena di daratan Sulawesi sudah dihuni tiga jenis Tyto
(Tyto longimembris, Tyto inexspectata dan Tyto rosenbergii),
sehingga tidak berhasil mengkoloni daratan Sulawesi secara alami, karena
terjadinya kompetisi dengan ketiga jenis Tyto tersebut. Kompetisi
terjadi terutama dengan Tyto rosenbergii, yang berkerabat dekat,
sehingga memiliki tipe habitat dan perilaku hampir sama, karena Tyto
rosenbergii merupakan bagian clade Tyto alba yang membentuk jenis
tersediri. Saat ini Tyto alba telah menghuni daratan Sulawesi, merupakan
introduksi dilakukan perusahan-perusahaan perkebunan sawit di daratan Sulawesi
bertujuan membasmi hama tikus (Rattus. sp.)
Penyebaran
di daratan Sulawesi
Tyto alba telah menghuni
daratan Sulawesi dengan cara introduksi, didatangkan perusahaan-perusahaan
perkebunan sawit, bertujuan membasmi tikus yang menjadi hama buah sawit.Gambar 2. Sarang buatan Tyto alba di Perkebunan sawit PT. Tamako Graha Krida di Desa Ungkaya
Dari hasil pendataan empat perusahaan
perkebunan sawit di Sulawesi telah mendatangkan Tyto alba ke
perusahaannya, yaitu:
1.
Perusahaan PT. Sinergi Perkebunan Nusantara, terletak di Desa Tomata, Morowali
Utara. Perusahaan ini telah mendatangkan burung ini untuk mengendalikan tikus
di perkebunan sawit.
2.
Pada pertengahan tahun 2022 PT. Tamako Graha Krida di Desa Ungkaya, Kabupaten
Morowali, telah mendatangkan beberapa pasang burung ini dari Kalimantan.
3.
Pada tahun 2012 di perkebunan sawit PT Unggul Widya Teknologi Lestari Desa
Motu, Baras, Mamuju Utara, Sulawesi Barat telah mendatangkan dua burung ini dan
memelihara secara alami untuk mengendalikan tikus di perkebunan kelapa sawit
(Atlas Burung Indonesia 2020). Selanjutnya
perusahaan ini mengembangbiakkan kedua pasang burung tersebut, dengan membuat
penangkaran sejak 2014. Burung dengan usia di bawah 90 hari dipelihara sebelum
akhirnya ditempatkan dalam guyon (gupon yang terbuat dari besi).
4.
Perusahaan Afdeling Bayondo Unit Usaha PKS Luwu, di Kabupaten Luwu, Sulawesi
Selatan juga telah mendatangkan burung ini ke perusahaannya untuk membasmi
tikus di pekebunan sawit.
Penulis memperkirakan masih banyak lagi
perusahaan perkebunan sawit di Sulawesi telah memanfaatkan Tyto alba
sebagai pengendali hama tikus tidak sempat terdata, dan kedepan akan semakin
banyak perusahaan perkebunan sawit menggunakan burung ini sebagai pengendali
tikus, karena keberhasilan burung ini dapat
meminimalisir populasi hama tikus.Gambar 3. Tyto alba, di kandang Perkebunan Sawit PT. Tamako Griha Krida di Desa Ungkaya
Saat ini perusahaan perkebunan membutuhkan
burung ini dalam jumlah besar untuk mendapatkan jumlah ideal dapat
mengendalikan hama tikus di seluruh area perkebunan yang luas. Untuk itu mereka
telah giat melakukan perkembangbiakan burung ini di area perkebunan.
Hama tikus merupakan masalah utama bagi
produksi buah sawit, karena serangan hewan ini mengakibatkan jumlah produksi
buah sawit berkurang drastis. Karena buah sawit merupakan makanan utama hama
tikus di perkebunan sawit. Berdasarkan hasil penelitian Kurniawan et al.
(2017) dalam Fadilla (2022), dari seluruh makanan hama tikus di
perkebunan sawit 80% mengkonsumsi buah sawit, 15% serangga, 5% makanan yang
lain. Dan selain itu hama tikus juga memakan bunga jantan post anthesis
merupakan tempat berkembang biaknya telur dan larva kumbang penyerbuk Elaeidobius
kamerunicus, sehingga mempengaruhi penyerbukan dan produksi buah sawit (Fadilla
2022).
Potensi
kompetisi dengan jenis Tyto asli daratan Sulawesi
Semakin meluasnya pemanfaatan Tyto alba
sebagai pengendali tikus di Sulawesi, akan berdampak terjadinya kompetisi dengan
Tyto lain penghuni asli daratan Sulawesi. Daratan Sulawesi dihuni tiga
jenis Tyto asli, yaitu Tyto longimembris, Tyto inexpectata, dan Tyto
rosenbergii.
Di Sulawesi Tyto rosenbergii tersebar
luas di seluruh daratan, dengan populasi tinggi, dari dekat pesisir pantai
hingga ketinggian 1200 m, tetapi lebih umum di dataran rendah, sedangkan dua jenis
Tyto lain lain (Tyto inexpectata, dan Tyto longimembris) tersebar
terbatas pada tempat tertentu saja, dengan populasi yang sedikit.
Diperkirakan kedepan populasi Tyto alba
akan meningkat drastis mengingat perusahaan-perusahaan sawit telah meningkatkan
populasi burung ini untuk memenuhi kebutuhan ideal dalam jumlah besar untuk
dapat mengendalikan hama tikus seluruh area perkebunan yang luas. Hal ini
berdampak kedepan akan terjadi over populasi Tyto alba di area pekebunan
sawit, sehingga mendorong sebagian populasi keluar area lain, di vegetasi alami, mengingat burung ini memiliki teritori dan dapat bertelur 2
hingga 18 telur (biasanya 4 hingga 7), fledgling berusia 50 hingga 70 hari setelah menetas
(Mallo 2020), dengan demikian dalam setahun burung ini dapat menghasilkan anak
dalam jumlah banyak.
Hal ini berdampak terjadi kompetisi dengan
ketiga jenis Tyto asli Sulawesi. Habitat Tyto longimembris di
padang rumput dan lahan budidaya, Tyto inexpectata hanya terbatas
dijumpai di Semenanjung utara dan bagian tengah Sulawesi secara lokal dengan
populasi sedikit dan hanya menempati hutan primer dan Tyto rosenbergii
menghuni hutan primer, hutan sekunder, hutan monsoon, padang tandus
bertebing tanah, pepohonan di lahan budidaya, lahan persawahan dan pemukiman
(termasuk di perkotaan).Gambar 4. Tyto rosenbergii kompetitor utama Tyto alba di daratan Sulawesi
Tyto rosenbergii merupakan kerabat
dekat Tyto alba, sehingga keduanya memiliki habitat dan perilaku yang sama.
Keduanya menghuni lahan budidaya, dan pemukiman dan area terbuka lain.
Perkebunan sawit juga habitat Tyto rosenbergii, juga dihuni Tyto alba.
Hal ini menyebabkan keduanya akan melakukan kompetisi ketat. Mungkin kompetisi
ketat juga dengan Tyto longimembris, karena memiliki habitat sama.
Tetapi Tyto longimembris tidak sekompetitif Tyto rosenbergii. Hal
ini menyebabkan populasinya sedikit di daratan Sulawesi, mungkin karena kalah
berkompetisi dengan Tyto rosenbergii.
Dengan demikian Tyto longimembris
akan semakin menderita dengan adanya kompetitif baru, Tyto alba. Habitat
Tyto inexpectata sangat terikat dengan hutan primer, mungkin juga hutan
sekunder tua. Dengan demikian peluang berkompetisi dengan Tyto alba
kecil, tetapi walaupun demikian mungkin saja keduanya berkompetisi, tetapi jika
terjadi tidak seketat dengan dua jenis Tyto asli lain daratan Sulawesi.
Saat ini ekologi, penyebaran habitat Tyto inexpectata belum banyak
diketahui.
Ucapan
Terima Kasih
Penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut membantu selama penulis melakukan pengumpulan
data. Pertama-tama penulis mengucapkan terima kasih kepada Ikhsan telah
memberikan data Tyto alba di perusahaan Perkebunan sawit PT. Tamako
Graha Krida dan mengizinkan penggunaan foto-foto koleksi pribadinya. Dadang Dwi
Putra yang telah memberikan informasi Tyto alba di pelihara di
perusahaan perkebunan sawit PT. Sinergi Perkebunan Nusantara. Juga Adik saya
Moh. Ihsan Nur Mallo, telah membantu mengedit dan mangupload tulisan ini. Serta
semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu sehingga suksesnya penulisan ini.
Daftar
Pustaka
Atlas
Burung Indonesia (2020). Atlas Burung Indonesia: wujud karya peneliti amatir dalam
memetakan burung nusantara. Yayasan Atlas Burung Indonesia. Batu.
Coates,
B.J. & Bishop, K.D. (1997). A Guide to the Bird of Wallacea (Sulawesi, the Moluccas
and the Lesser Sunda Islands, Indonesia). Alderley. Dove Publication.
del
Hoyo, J., and Collar, N.J. (2014).
Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume 1Non Passerines.
Birdlife International.
Dewi
(2019). Burung Hantu Tyto Alba, Aset Berharga di Perkebunan Sawit, Bisnis
Today. 10 Mei 2019.
Mallo,
F.N., (2020). Data Base Burung Sulawesi. Celebes Bird Club (CBC)(Dalam Persiapan)
Fadilla,
B., Lizmah, S.F., Afrillah, M. & Ritonga N.C. (2022). Potensi Pemanfaatan
Burung Hantu Tyto alba sebagai Predator Alami dalam Pengendalian Hama Tikus
pada tanaman Kelapa Sawit (elaeis guineensis jaqc.) di Divisi II PT. Sucfindo
Seunagan. Biofarm, Jurnal Ilmiah
Pertanian. Vol. 18, No. 2, Oktober 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar