Sabtu, 04 Februari 2023

INTRODUKSI SERAK JAWA (TYTO ALBA) DI DARATAN SULAWESI DAN POTENSI KOMPETISI DENGAN TYTO ASLI SETEMPAT

Oleh: Fachry Nur Mallo

Gambar 1. Tyto alba introduksi di daratan Sulawesi

Pendahuluan

Tyto alba tersebar luas diseluruh dunia; Amerika Serikat hingga Amerika Selatan, Afrika, Madagaskar, Eropa, Asia Selatan dan Tenggara, Sumatera, utara Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, pulau-pulau di Laut Flores, Papua, Australia, Melanesia, Polynesia (del Hoyo & Collar 2014).

Di Sulawesi hanya tercatat di Kepulauan Taka Bonerate (Pulau Tanahjampea, Pulau Kalao dan Pulau Kalaotoa) termasuk subjenis javanica (Coates & Bishop 1997). Di Indonesia subjenis ini juga tersebar di Kepulauan Sunda Besar, Nusa Tenggara. Dengan demikian populasi di Kepulauan Taka Bonerate merupakan kolonisasi dari Jawa dan Nusa Tenggara.

Penyebaran burung ini tidak melanjutkan ke daratan Sulawesi, mungkin karena di daratan Sulawesi sudah dihuni tiga jenis Tyto (Tyto longimembris, Tyto inexspectata dan Tyto rosenbergii), sehingga tidak berhasil mengkoloni daratan Sulawesi secara alami, karena terjadinya kompetisi dengan ketiga jenis Tyto tersebut. Kompetisi terjadi terutama dengan Tyto rosenbergii, yang berkerabat dekat, sehingga memiliki tipe habitat dan perilaku hampir sama, karena Tyto rosenbergii merupakan bagian clade Tyto alba yang membentuk jenis tersediri. Saat ini Tyto alba telah menghuni daratan Sulawesi, merupakan introduksi dilakukan perusahan-perusahaan perkebunan sawit di daratan Sulawesi bertujuan membasmi hama tikus (Rattus. sp.)

Penyebaran di daratan Sulawesi

Tyto alba telah menghuni daratan Sulawesi dengan cara introduksi, didatangkan perusahaan-perusahaan perkebunan sawit, bertujuan membasmi tikus yang menjadi hama buah sawit.

Gambar 2. Sarang buatan Tyto alba di Perkebunan sawit PT. Tamako Graha Krida di Desa Ungkaya

   Dari hasil pendataan empat perusahaan perkebunan sawit di Sulawesi telah mendatangkan Tyto alba ke perusahaannya, yaitu:

1. Perusahaan PT. Sinergi Perkebunan Nusantara, terletak di Desa Tomata, Morowali Utara. Perusahaan ini telah mendatangkan burung ini untuk mengendalikan tikus di perkebunan sawit.

2. Pada pertengahan tahun 2022 PT. Tamako Graha Krida di Desa Ungkaya, Kabupaten Morowali, telah mendatangkan beberapa pasang burung ini dari Kalimantan.

3. Pada tahun 2012 di perkebunan sawit PT Unggul Widya Teknologi Lestari Desa Motu, Baras, Mamuju Utara, Sulawesi Barat telah mendatangkan dua burung ini dan memelihara secara alami untuk mengendalikan tikus di perkebunan kelapa sawit (Atlas Burung Indonesia 2020).  Selanjutnya perusahaan ini mengembangbiakkan kedua pasang burung tersebut, dengan membuat penangkaran sejak 2014. Burung dengan usia di bawah 90 hari dipelihara sebelum akhirnya ditempatkan dalam guyon (gupon yang terbuat dari besi).

4. Perusahaan Afdeling Bayondo Unit Usaha PKS Luwu, di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan juga telah mendatangkan burung ini ke perusahaannya untuk membasmi tikus di pekebunan sawit.

Penulis memperkirakan masih banyak lagi perusahaan perkebunan sawit di Sulawesi telah memanfaatkan Tyto alba sebagai pengendali hama tikus tidak sempat terdata, dan kedepan akan semakin banyak perusahaan perkebunan sawit menggunakan burung ini sebagai pengendali tikus, karena keberhasilan  burung ini dapat meminimalisir populasi hama tikus.

Gambar 3. Tyto alba, di kandang Perkebunan Sawit PT. Tamako Griha Krida di Desa Ungkaya

Saat ini perusahaan perkebunan membutuhkan burung ini dalam jumlah besar untuk mendapatkan jumlah ideal dapat mengendalikan hama tikus di seluruh area perkebunan yang luas. Untuk itu mereka telah giat melakukan perkembangbiakan burung ini di area perkebunan.

Hama tikus merupakan masalah utama bagi produksi buah sawit, karena serangan hewan ini mengakibatkan jumlah produksi buah sawit berkurang drastis. Karena buah sawit merupakan makanan utama hama tikus di perkebunan sawit. Berdasarkan hasil penelitian Kurniawan et al. (2017) dalam Fadilla (2022), dari seluruh makanan hama tikus di perkebunan sawit 80% mengkonsumsi buah sawit, 15% serangga, 5% makanan yang lain. Dan selain itu hama tikus juga memakan bunga jantan post anthesis merupakan tempat berkembang biaknya telur dan larva kumbang penyerbuk Elaeidobius kamerunicus, sehingga mempengaruhi penyerbukan dan produksi buah sawit (Fadilla 2022).

Potensi kompetisi dengan jenis Tyto asli daratan Sulawesi

Semakin meluasnya pemanfaatan Tyto alba sebagai pengendali tikus di Sulawesi, akan berdampak terjadinya kompetisi dengan Tyto lain penghuni asli daratan Sulawesi. Daratan Sulawesi dihuni tiga jenis Tyto asli, yaitu Tyto longimembris, Tyto inexpectata, dan Tyto rosenbergii.

Di Sulawesi Tyto rosenbergii tersebar luas di seluruh daratan, dengan populasi tinggi, dari dekat pesisir pantai hingga ketinggian 1200 m, tetapi lebih umum di dataran rendah, sedangkan dua jenis Tyto lain lain (Tyto inexpectata, dan Tyto longimembris) tersebar terbatas pada tempat tertentu saja, dengan populasi yang sedikit.

Diperkirakan kedepan populasi Tyto alba akan meningkat drastis mengingat perusahaan-perusahaan sawit telah meningkatkan populasi burung ini untuk memenuhi kebutuhan ideal dalam jumlah besar untuk dapat mengendalikan hama tikus seluruh area perkebunan yang luas. Hal ini berdampak kedepan akan terjadi over populasi Tyto alba di area pekebunan sawit, sehingga mendorong sebagian populasi keluar area lain,  di vegetasi alami, mengingat burung  ini memiliki teritori dan dapat bertelur 2 hingga 18 telur (biasanya 4 hingga 7), fledgling  berusia 50 hingga 70 hari setelah menetas (Mallo 2020), dengan demikian dalam setahun burung ini dapat menghasilkan anak dalam jumlah banyak.

Hal ini berdampak terjadi kompetisi dengan ketiga jenis Tyto asli Sulawesi. Habitat Tyto longimembris di padang rumput dan lahan budidaya, Tyto inexpectata hanya terbatas dijumpai di Semenanjung utara dan bagian tengah Sulawesi secara lokal dengan populasi sedikit dan hanya menempati hutan primer dan Tyto rosenbergii menghuni hutan primer, hutan sekunder, hutan monsoon, padang tandus bertebing tanah, pepohonan di lahan budidaya, lahan persawahan dan pemukiman (termasuk di perkotaan).

Gambar 4. Tyto rosenbergii kompetitor utama Tyto alba di daratan Sulawesi

Tyto rosenbergii merupakan kerabat dekat Tyto alba, sehingga keduanya memiliki habitat dan perilaku yang sama. Keduanya menghuni lahan budidaya, dan pemukiman dan area terbuka lain. Perkebunan sawit juga habitat Tyto rosenbergii, juga dihuni Tyto alba. Hal ini menyebabkan keduanya akan melakukan kompetisi ketat. Mungkin kompetisi ketat juga dengan Tyto longimembris, karena memiliki habitat sama. Tetapi Tyto longimembris tidak sekompetitif Tyto rosenbergii. Hal ini menyebabkan populasinya sedikit di daratan Sulawesi, mungkin karena kalah berkompetisi dengan Tyto rosenbergii.

Dengan demikian Tyto longimembris akan semakin menderita dengan adanya kompetitif baru, Tyto alba. Habitat Tyto inexpectata sangat terikat dengan hutan primer, mungkin juga hutan sekunder tua. Dengan demikian peluang berkompetisi dengan Tyto alba kecil, tetapi walaupun demikian mungkin saja keduanya berkompetisi, tetapi jika terjadi tidak seketat dengan dua jenis Tyto asli lain daratan Sulawesi. Saat ini ekologi, penyebaran habitat Tyto inexpectata belum banyak diketahui.

Ucapan Terima Kasih

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu selama penulis melakukan pengumpulan data. Pertama-tama penulis mengucapkan terima kasih kepada Ikhsan telah memberikan data Tyto alba di perusahaan Perkebunan sawit PT. Tamako Graha Krida dan mengizinkan penggunaan foto-foto koleksi pribadinya. Dadang Dwi Putra yang telah memberikan informasi Tyto alba di pelihara di perusahaan perkebunan sawit PT. Sinergi Perkebunan Nusantara. Juga Adik saya Moh. Ihsan Nur Mallo, telah membantu mengedit dan mangupload tulisan ini. Serta semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu sehingga suksesnya penulisan ini.

Daftar Pustaka

Atlas Burung Indonesia (2020). Atlas Burung Indonesia: wujud karya peneliti amatir dalam memetakan burung nusantara. Yayasan Atlas Burung Indonesia. Batu.

Coates, B.J. & Bishop, K.D. (1997). A Guide to the Bird of Wallacea (Sulawesi, the Moluccas and the Lesser Sunda Islands, Indonesia). Alderley. Dove Publication.

del Hoyo, J., and Collar, N.J.  (2014). Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume 1Non Passerines. Birdlife International.

Dewi (2019). Burung Hantu Tyto Alba, Aset Berharga di Perkebunan Sawit, Bisnis Today. 10 Mei 2019.

Mallo, F.N., (2020). Data Base Burung Sulawesi. Celebes Bird Club (CBC)(Dalam Persiapan)

Fadilla, B., Lizmah, S.F., Afrillah, M. & Ritonga N.C. (2022). Potensi Pemanfaatan Burung Hantu Tyto alba sebagai Predator Alami dalam Pengendalian Hama Tikus pada tanaman Kelapa Sawit (elaeis guineensis jaqc.) di Divisi II PT. Sucfindo Seunagan.  Biofarm, Jurnal Ilmiah Pertanian. Vol. 18, No. 2, Oktober 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar