Oleh: Fachry Nur MalloGambar 1. Prinia familiaris
Pendahuluan
Prinia familiaris tersebar terbatas; endemik di Sumatra, Jawa dan
Bali. Juga dilaporkan di Kalimantan dan Lombok. Cukup umum di Sumatra dan Bali,
tetapi sangat jarang di Jawa (Atlas Burung Indonesia 2020). Laporan di
Kalimantan dan Lombok mungkin introduksi. Di Sulawesi, penulis juga telah
menjumpai di beberapa tempat di Lembah Palu, dipastikan introduksi dari luar
Sulawesi.
Merupakan penghuni habitat terbuka, pemukiman, rawa dan semak hingga ketinggian 1.500 m. Mencari makan di semak, dahan rendah hingga pucuk pohon. Kadang sambil menegakkan ekor (Atlas Burung Indonesia 2020).
Perjumpaan di
lapangan
Di Lembah Palu penulis telah menjumpai Prinia familiaris di empat
tempat terpisah di Kota Palu; pada 25 Juni 2013 penulis menjumpai sepasang di
hutan mangrove pantai Talise (Mallo 2020), pada 4 s/d 9 April 2023 penulis
menjumpai di tiga tempat Kelurahan Mamboro dan Kelurahan Mamboro Barat total 14
pasang, yaitu Tanjung Ruru lima pasang, Uwe Gusu empat pasang dan Batu Ganda
lima pasang.
Jarak Tanjung Ruru ke lokasi Uwe Gusu kurang lebih 1-2 km. Jarak antara
lokasi Uwe Gus uke Batu Ganda kurang lebih 5 km. Jarak terdekat ketiga tempat
ini dengan Mangrove pantai Talise sebagai tempat awalnya dijumpainya jenis
burung ini yaitu kurang lebih 13 km.
Tanjung Ruru terletak di pesisir pantai, vegetasinya berupa semak
sekunder terbuka, bercampur lahan budidaya. Tumbuhan semak alami didominasi Moma
(bahasa lokal), Akasia berduri (Acasia sp.), Calotropis gigantea,
Jatropha gossypifolia, Kayulana (bahasa lokal) (Tabernaemontana
sp.). Tumbuhan pohon tinggi didominasi Lannea coromandeliana, Tamarindus
indica dan Syzigium cumini. Tanaman
budidaya didominasi Musa spp., Zea mays dan Cocos nucifera.
Hampir seluruh lahan budidaya ditelantarkan. Lokasi Uwe Gusu berjarak 300 m - 1
km dari pesisir pantai, ketinggian relatif sama dengan pesisir pantai, vegetasi
berupa semak sekunder terbuka, bercampur lahan budidaya yang dikelola. Tumbuhan
semak alami didominasi Moma (bahasa lokal), Akasia berduri (Acasia
sp.,), Kayulana (bahasa local) (Tabernaemontana sp.), terdapat Calotropis
gigantea dan Jatropha gossypifolia dalam jumlah sedikit. Tumbuhan
pohon tinggi terdiri Lannea coromandeliana, Macaranga spp., Syzigium
cumini, Metroxylon sagu. Tanaman budidaya terdiri dari Musa
spp., Zea mays, Cocos nucifera, Mangifera spp., dan Senna
siamea. Lokasi Batu Ganda mempunyai ketinggian 35 m, vegetasi yang terbentuk
di tengah pemukiman, didominasi Jatropha gossypifolia, Kayulana
(bahasa local) (Tabernaemontana sp.), tumbuhan pohon tinggi Lannea
coromandeliana, Tamarindus indica. Tanaman budidaya terdiri Musa
spp., Cocos nucifera, Muntingia calabura, Syzigium spp., Mangifera
spp., dan Senna siamea.Gambar 2. Vegetasi di Lokasi Tanjung Ruru
Gambar 3. Vegetasi di Lokasi Uwe Gusu (atas dan bawah) |
Analisa
Sepasang Prinia familiaris teramati di hutan mangrove Pantai
Talise mungkin menunjukkan perilaku berbiak. Sangat agresif merespon kedatangan
orang. Satu induk di dalam rerimbunan vegetasi, sedangkan satu induk (diduga individu
jantan) bertengger di area terbuka di pohon Lannea coromandeliana
setinggi 4 m, sambil menunjukkan perilaku agresif kepada penulis. Sedangkan di
tiga tempat lain, tidak menunjukkan perilaku berbiak, perilakunya selalu
berpasangan aktif mencari makan. Tidak seagresif menghindar seperti pasangan
disebutkan pertama.Gambar 4. Prinia familiaris di hutan mangrove pesisir Pantai Talise
Walaupun hasil pengamatan pertama sepasang burung ini mungkin
menunjukkan perilaku berbiak, yang merupakan salah satu indikator burung
penetap, tetapi penulis belum yakin burung ini sudah termasuk jenis burung penetap
di Sulawesi, karena masih membutuhkan pengamatan lebih lanjut menemukan
individu lain. Maka perjumpaan 14 pasang
di tiga tempat terpisah lain di Lembah Palu dapat menguatkan bukti bahwa burung
ini telah menetap di Sulawesi, dan merupakan jenis baru tercatat di Sulawesi.Gambar 5. Prinia familiaris di lokasi Uwe Gusu
Mungkin masih banyak individu lain tersebar di tempat lain belum
penulis kunjungi, dengan pertimbangan dalam pengamatan terakhir penulis hanya
mengunjungi tiga lokasi tersebut, dan selalu menjumpai burung ini, dan masih
banyak tempat di sekitarnya penulis belum kunjungi diduga terdapat populasi
burung ini
Dipastikan penyebaran burung ini di Lembah Palu karena diintroduksi.
Hal tersebut diindikasikan, sebelum tahun 2013 penulis tidak pernah menjumpai burung
ini di Lembah Palu. Introduksi yang terjadi diduga disebabkan peliharaan masyarakat
Kota Palu yang terlepas sehingga hidup liar di alam.
Burung ini banyak dijual di beberapa tempat di Kota Palu. Dan
karakter masyarakat Kota Palu yang tidak konsisten dan telaten memelihara burung,
sehingga banyak burung peliharaan terlepas atau sengaja dilepas karena bosan
memelihara.
Ucapan Terima
Kasih
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut membantu selama penulis melakukan pengumpulan pengamatan dan data. Pertama-tama
penulis mengucapkan terima kasih kepada adik penulis Moh. Taat Nur Mallo, telah
menemani penulis selama pengamatan di Lembah Palu, dan telah mengizinkan
penggunaan foto koleksi pribadinya dalam tulisan ini. Juga Adik penulis Moh.
Ihsan Nur Mallo, telah membantu mengedit dan mangupload tulisan ini. Serta
semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu sehingga suksesnya penulisan ini.
Daftar
Pustaka
Atlas Burung Indonesia (2020). Atlas Burung Indonesia:
wujud karya peneliti amatir dalam memetakan burung nusantara. Yayasan Atlas
Burung Indonesia. Batu.
del Hoyo, J., & Collar, N.J. (2016). Illustrated Checklist of the Bird of
the World, Volume 1 Non-Passerines. Birdlife International.
Mallo, F.N., (2020). Data Base Burung Sulawesi.
Celebes Bird Club (CBC) (Dalam Persiapan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar