Fachry Nur MalloGambar 1. Foto Orthotomus sepium di Taman Kota Bandung
LATAR BELAKANG
Awalnya, setelah menulis dan memsposting di blog pribadi penulis artikel “Burung-Burung Pemukiman Kota Bandung; Kajian Biogeografi Pulau”, disadari bahwa penulis masih kurang memahami status beberapa jenis burung di Cekungan Bandung dan sekitarnya, sehingga tidak akurat dalam menjelaskan, dan bahkan dua jenis mengalami kesalahan mengidentifikasi suaranya, sehingga salah dicantumkan dalam tulisan tersebut. Terpenting adalah Cacomantis variolosus. Dan saat akhir penulisan, penulis juga mengalami kesalahan mengidentifikasi Orthotomus ruficeps dan Orthotomus sepium.
Awalnya penulis menyangka Cacomantis
variolosus tersebar umum di Kota Bandung, area hunian dan lahan budidaya di
luar Kota Bandung, khususnya setelah mendengar suaranya. Setelah penulis
memperhatikan ternyata burung tersebut jarang di tempat-tempat tersebut.
Kesalahan penulis
mengidentifikasi Orthotomus ruficeps dan Orthotomus sepium karena
awalnya penulis merujuk pada banyak pengamatan dilakukan terdahulu mencatat Orthotomus
ruficeps di Kota Bandung dan sekitarnya, dan menggambarkan tidak jarang,
padahal faktanya tidak demikian, bahkan mungkin burung ini tidak terdapat di
Kota Bandung dan sekitarnya. Hal ini terjadi mungkin karena kesalahan
membedakannya dengan Orthotomus sepium.
Situasi tersebut mendorong
penulis bertekad mempelajari perburungan di Cekungan Bandung dan sekitarnya
lebih serius, khususnya pada lanskap didominsi manusia.
Untuk merealisasikannya, maka
dilakukan upaya pengumpulan artikel hasil penelitian dan survei yang terkait
obyek dipelajari, lalu mempelajarinya. Setelah menyelesaikan upaya tersebut
barulah penulis bisa memahaminya. Ternyata Cacomantis variolosus jarang
tersebar di bawah ketinggian 900 m, termasuk Kota Bandung, dan umum di atas
ketinggian 900 m terutama diatas 1000 m. Sedangkan Orthotomus ruficeps
terkesan umum, karena kesalahan mengidentifikasi Orthotomus sepium saat
pengamatan.
PEMBAHASAN
Cacomantis merulinus dan Cacomantis variolosus
Dibanding Cacomantis
merulinus, Cacomantis variolosus tidak umum di bawah
ketinggian 1.000 m. Di area
perkotaan dan suburbia Bandung, penulis hanya sekali mendengar suaranya, dan Siti
Sutedjo satu kali memotret di Taman Maluku, Bandung. Mulai umum dijumpai di atas
di ketinggian 1000 m, sedangkan Cacomantis merulinus mulai berkurang
dibanding Cacomantis merulinus. Semakin bertambah ketinggian, populasi Cacomantis
merulinus semakin berkurang, hingga tidak dijumpai.Gambar 2. Cocomantis variolosus di Perkebunan Teh Panaruban
Cacomantis variolosus penulis jumpai umum pada
perkebunan teh Panaruban ketinggian 1000 m dan Ranca Upas ketinggian 1700 m,
sementara Cacomantis merulinus tidak dijumpai di Ranca Upas. Hakim et
al. (2020) menjumpai satu individu di perkebunan campuran di Desa Sukapura/Resmi
Tinggal ketinggian 1000 - 1250 m (Mallo 2023).
Nampaknya terjadi kompetisi
antara Cacomantis variolosus dan Cacomantis merulinus dalam
memanfaatkan ruang dan sumberdaya. Untuk menghindari kompetisi ketat terjadi
maka kedua jenis burung ini membagi ruang dan sumberdaya dengan menghuni tempat
ketinggian berbeda. Cacomantis variolosus menghuni tempat-tempat lebih
tinggi dari Cacomantis merulinus. Selain juga, mungkin keduanya menghuni
tipe habitat yang lebih spesifik. Di vegetasi rawa Ranca Ekek dan Ci Biru
penulis menjumpai umum Cacomantis merulinus, tidak dijumpai Cacomantis
variolosus. Secara umum di area
perkotaan dan suburbia Kota Bandung, Cacomantis merulinus umum dijumpai
tetapi Cacomantis variolosus sangat jarang.Gambar 3. Cacomantis merulinus di Taman Kota Maluku, Kota Bandung
Orthotomus ruficeps dan Orthotomus sepium
Awal penulis mendapatkan data Orthotomus
ruficeps di Kota Bandung dan sekitarnya dari pengamatan-pengamatan
dilakukan sebelumnya, mencatat burung ini tersebar di Kota Bandung dan
sekitarnya, dan menggambarkan tidak jarang, padahal faktanya tidak demikian, bahkan
mungkin burung ini tidak terdapat di Kota Bandung dan sekitarnya.
Dari data resmi penyebaran
burung ini di Jawa tidak terdapat di Cekungan Bandung dan sekitarnya. Berdasarkan
Atlas Burung Indonesia (2000), burung ini tidak umum di Jawa, terbatas hanya di
area mangrove pesisir utara dan tutupan vegetasi berbatasan langsung dengannya,
serta pulau-pulau di Laut Jawa. Sebarannya terbatas di pesisir utara Jawa.
Tidak banyak diketahui pengamat, sehingga tidak sedikit laporan perjumpaan
untuk Atlas Burung Indonesia berasal dari kawasan pedalaman hingga pesisir
selatan. Namun, tidak terdapat pembuktian menguatkan perjumpaan-perjumpaan
tersebut, sehingga catatan menjadi meragukan dan tidak terkonfirmasi.
Sejauh ini, diketahui lokasi
keberadaan paling selatan hanya mencakup area Jakarta dan sekitarnya. Untuk
membedakan morfologi kedua jenis burung ini di lapangan sangat sulit. Tidak
banyak data yang penulis dapatkan menjelaskan perbedaan detail, kecuali dari penjelasan
Madge (2020), dan terakhir dari Taufiqurrahman dkk. (2022) bahwa untuk
membedakan perhatikan sapuan hijau-zaitun di tubuh bagian atas serta semburat
kekuningan di perut Orthotomus sepium, membedakan dengan Orthotomus
ruficeps. Mungkin hal ini bisa membantu pengamatan di lapangan.
Sebaiknya dilakukan pengamatan
lebih lanjut dan lebih akurat terhadap statusnya di Kota Bandung dan
sekitarnya, khususnya Kota Bandung. Mungkin catatan yang ada karena kesalahan
mengidentifikasi Orthotomus sepium, yang tersebar lebih luas dan umum.
Kedua jenis burung ini memiliki kesamaan morfologis dan suara. Sehingga
berpeluang besar terjadi kesalahan identifikasi di lapangan. Kesalahan ini juga
penulis alami saat mengamati di Bandung dan sekitarnya, sehingga saat ini
penulis merevisi semua catatan perjumpaan. Gambar 4. Foto Orthotomus sepium di Tahura Ir. H. Djuanda
Orthotomus sepium, umum dijumpai pada pada semua
area berpohon di lahan budidaya, juga pepohonan di hunian pedesaan hingga pusat
perkotaan, terutama di taman-taman Kota Bandung, juga pepohonan di halaman
rumah. Salah satu jenis burung kategori generalis atau eksploiter, sehingga
umum dijumpai pada vegetasi pohon di perkotaan. Suaranya merupakan penciri
suara alam di tempat-tempat tersebut pada siang hari.
Nampaknya Orthotomus sepium
berkompetisi ketat dengan Orthotomus ruficeps, karena memiliki kebutuhan
sumberdaya sama. Di Jawa, burung ini tersebar luas di seluruh tempat, termasuk
di pemukiman pedesaan dan perkotaan, sedangkan Orthotomus ruficeps
tersebar terbatas di pesisir pantai utara Jawa. Dengan demikian, jika Orthotomus
ruficeps tersebar di Bandung dan sekitarnya populasinya kecil, karena kalah
berkompetisi dengan Orthotomus sepium.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Teman-teman di Be Wildlife Photography (BWP); Kang Budi Hermawan, Kang Ader Rahmat, Kang Adi Sugiarto, Teh Wahyuni Dewi, Kang Radiktya Akasah dan Kang Wishal M. Dasanova, yang telah bersama-sama menjelajahi banyak tempat di Bandung dan sekitarnya mengamati dan memotret burung, termasuk keempat jenis menjadi kajian dalam tulisan ini, teman-teman Bandung Birding (Bandring), yang telah bersama-sama melakukan pengamatan rutin di Cekungan Bandung dan sekitarnya, terutama Kang Sam Ade, Kang Nugie, Kang Iqbal, Kang Maulana Rahman, Kang Ahmad Sofyandi, Kang Gagah dan Kang Alam. Juga Teh Siti Sutedjo, telah memberikan data pengamatannya. Terakhir, Moh. Ihsan Nur Mallo, yang telah membantu mengedit dan memposting tulisan ini. Serta semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu selama melakukan kegiatan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
del Hoyo, J., & Collar, N.J.
(2014). Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume 1 NonPasserines.
Birdlife International.
del Hoyo, J., & Collar, N.J.
(2016). Illustrated Checklist of the Bird of the World, Volume 2
Passerines. Birdlife International.
Hakim L., Abdoellah O.S, Parikesit & Withaningsih S. (2020). Impact
of agricultural crop type and hunting on bird communities of two villages in
Bandung, West Java, Indonesia). Biodiversity, Volume 21, Number 1, January
2020.
Madge, S. (2020). Olive-backed Tailorbird (Orthotomus sepium), version
1.0 in Bird of the World (J. del Hoyo, A. Elliott, J. Sargatal, D.A. Christie,
and E. de Juana. Editors). Cornell Lab of Ornithology, Ithaca, NY, USA.
Mallo, F.N. (2023). Burung Pada Lanskap Didominasi manusia Di Cekungan
Bandung dan Sekitarnya. Celebes Bird Club (CBC). Dalam persiapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar