Alhamdulillah
cita-cita saya menulis buku Burung Rawa Lowo dan sekitarnya, telah rampung saya
selesaikan. Buku ini masih dalam persiapan untuk dicetak terbatas (beserta
ISBN). Mengingat nilai penting buku ini untuk diketahui publik, terutama bagi
yang saat ini berencana survei dan hunting burung di tempat tersebut, maka saya
memutuskan untuk mengupload di blog saya.
Jika
mendengar nama Rawa Lowo, pasti banyak yang merasa asing. Rawa ini kurang dikenal karena terletak pada
daerah terpencil di Morowali Utara. Belum ada data resmi luasnya. Tetapi rawa
ini jika musim hujan akan membentuk genangan air seperti danau, yang luasnya
menurut hasil perhitungan penulis 1500 ha. Perhitungan ini dilakukan
berdasarkan google map, dengan
melihat ketinggian, tipe vegetasi, dan areal terdampak banjir.
Rawa Lowo
dan sekitarnya, merupakan salah satu areal lahan basah penting di Sulawesi
sebagai habitat burung. Tidak kalah
penting dengan Rawa Aopa di Taman Nasional Rawa Aopa-Watumohai, Danau Tempe dan
Danau Limboto, yang sudah dikenal. Nilai penting rawa ini, karena dapat menjadi
contoh perwakilan terbaik dan terluas bagi habitat burung lahan basah pada
daerah ultra bassis Sulawesi. Selain
itu, juga mempunyai nilai konservatif
bagi beberapa jenis burung terancam punah, terutama sembilan jenis: Mycteria
cinerea, Ciconia episcopus, Rhabdotorrhinus exarhatus dan
Rhyticeros cassidix, yang dikategorikan
IUCN Rentan (Vulnerable), Anas gibberifrons, Anhinga melanogaster,
Ninox ochracea, Ichtyophaga ichthyaetus dan Loriculus exilis dikategorikan Hampir Terancam (Near Threatened). Ciconia
episcopus melimpah populasinya, mungkin rawa ini memiliki populasi
tertinggi jenis ini setelah Rawa Aopa di Sulawesi, atau mungkin juga jumlahnya
sama.